"Sehun aku pasti merindukanmu kalau kau terlalu lama menetap disana. Sedangkan aku? Paling juga cuma beberapa hari saja ikut denganmu. Ck, kenapa kau bersikeras pergi ke London? Kenapa tidak bekerja di Seoul saja? London itu jauh...."
Gadis itu memberengut kesal. Sejeong sungguh tidak rela jika kekasihnya Sehun meneruskan pendidikannya ke London, sedangkan ia sendiri berada di Seoul. Berada jauh dari sang kekasih dalam waktu yang lama membuatnya takut. Apalagi Sejeong termasuk tipe wanita pencemburu. Kekasihnya itu tampan. Kaya pula. Meski kaya dan tampan tidak pernah menjadi alasan utama Sejeong untuk mencintai Sehun, tapi bukan berarti hal yang sama akan terjadi pada wanita lain yang mencoba mendekati Sehun di kemudian hari.
Laki-laki berjaket hitam itu hanya memberikan senyuman kecil sebagai jawaban. Sejeong melirik sekilas ke arah Sehun yang terlihat tak berniat mengeluarkan sepatah kata pun untuk membalas perkataannya.
"Sehun? Sehun-ah, jika kau terus mengacuhkanku kenapa kau mengajakku ikut bersamamu?"
Sejeong menghentikan langkahnya lalu melayangkan protes kepada lelaki bertubuh tinggi yang berjalan di depannya.
"Aku tidak mengacuhkanmu, Sayang. Kalau aku berniat mengacuhkanmu... kenapa aku malah membawamu ke sana bersamaku sekarang? Kau tidak keberatan bukan menemaniku ke sana? Aku punya kejutan untukmu."
Sehun tersenyum manis sambil mengangkat dagu wanita yang memiliki postur tubuh jauh lebih pendek darinya. Iris pekat kopi milik Sehun yang sedang menatapnya tajam, membuat Sejeong terpana hingga larut dalam pusaran. Sejeong tak bisa berhenti mengagumi keindahan yang melekat dalam diri Sehun. Di matanya, Sehun adalah karya seni terindah yang pernah tercipta di muka bumi.
Perlahan, Sejeong mulai menjulurkan tangannya. Dia tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh rahang tegas milik Sehun. Mata Sejeong menatap intens hidung mancung milik Sehun, sebelum beralih pada kedua pasang bibir Sehun yang terlihat begitu menggiurkan. Gadis itu susah payah menenggak salivanya sendiri, ketika otaknya bergerak liar membayangkan bibir Sehun mengecup lembut bibirnya.
Setelah puas memanjakan kedua netranya melihat keindahan lukisan Tuhan yang tercermin di wajah Sehun, Sejeong mulai beralih menurunkan kedua tangannya menyentuh dada Sehun yang bidang. Entah kenapa, matanya mulai berkaca-kaca, saat dirinya membayangkan pemilik dada bidang yang senantiasa menjadi tempatnya bersandar, akan pergi jauh meninggalkannya. Sejeong menggeleng pelan. Mencoba menepis kesedihan yang datang tiba-tiba, agar suasana hatinya tetap kondusif.
"Kau bilang kau punya kejutan? Kejutan apa?"
"Kalau aku memberitahumu itu bukan kejutan lagi namanya."
Sehun kemudian berbalik dan meninggalkan Sejeong yang menatap punggung lebarnya dengan tatapan bingung.
"Hei, Sehun! Tunggu aku!"
***
***
Di tempat yang sama...
"Chagiya. Kau harus hati-hati disana. Pokoknya jangan lupakan semua pesan yang aku katakan padamu, karena aku tidak bisa menemanimu seterusnya."
Taehyung sedikit memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Gadis bersurai hitam panjang, dengan wajah manis berlesung pipi itu pun terkekeh pelan.
"Baiklah. Kau jangan khawatir. Aku akan menjaga diriku dan...."
Aegi menghentikan langkahnya untuk menghadap Taehyung dan memberikannya tatapan tajam.
"Berhenti memanggilku chagiya, aku bukan kekasihmu!" Taehyung mengerjap pelan.
"Aegi... agi... chagiya... Kata-kata itu terdengar mirip bukan??? Anggap saja aku sedang memanggil nama aslimu." Jawab Taehyung polos.
"Karena kau seperti ini, jadinya So Hyang salah paham. Dia bersikap dingin padaku karena menganggap kita ini punya hubungan spesial, asal kau tahu. Aku jadi merasa tidak nyaman. Dia terus saja bersikap sinis padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret ( Tamat )
FanfictionGenre: Romance, Angst. Warning: Novel ini mengandung tema dan muatan dewasa (21+). Juga mengandung cerita yang menyesakkan dada. Bagi pembaca yang belum cukup...