Yoon Ji menatap keluar jendela dengan rasa cemas dan hati berdebar tak karuan. Ia gugup. Siapa yang tak gugup saat ia akan menghadapi malam pertama? Sekarang dia tak mau lagi membebani pikirannya dengan pertanyaan seputar masa lalunya. Dia hanya akan mempercayai Sehun dan ayah mertuanya. Karena... Kalau tak seperti itu, ia malah frustasi sendiri.
Ia membiarkan pintu jendela terbuka lebar. Membiarkan angin malam datang bertamu. Sambil bersandar di pinggir jendela, perasaan damai itu menyeruak tatkala dia merasakan sentuhan angin lembut yang menyapu wajah dan menerbangkan rambutnya.
Lima menit kemudian, bunyi derit pintu yang dibuka menggelitik indra pendengarannya. Ia memutar tubuhnya dan alangkah kagetnya ia melihat penampilan Sehun saat ini.

Dengan tatapan tajam yang sangat Oh Sehun sekali, pria itu melangkah maju.
Demi Tuhan, Yoon Ji benar-benar gemetaran saat ini. Raut wajah yang dingin tetap tak mampu membekukan ketampanan yang ia miliki. Dan lihat! Yoon Ji meneguk salivanya, saat tatapannya mengarah ke arah perut abs pria yang sudah sah menjadi suaminya. Lalu dengan kurang ajarnya, matanya kembali bergerak turun melihat sesuatu yang agak menyembul dari balik celana Sehun. Membayangkan kalau sesuatu di balik celana hitam itu keluar dan menunjukkan jati dirinya di dalam tubuhnya."Tidak! Jangan berpikir macam-macam Yoon Ji!" rutuknya dalam hati.
Jantungnya berdegup semakin kencang saat Sehun berdiri tepat dihadapannya lalu menatapnya tajam tanpa berkedip. Aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya semakin menambah kesan jantan pada diri Oh Sehun yang sedingin es.
"Yoon ji, apa yang kau pikirkan, hem? Kau ingin disentuh olehku dengan memakai pakaian seperti ini?"

Pria itu menelusuri penampilan Yoon Ji dari atas ke bawah dengan cermat, lalu tersenyum sinis. Apa yang dilakukan Sehun membuat Yoon Ji merasa tak nyaman. Memang pakaian yang ia pakai itu terbuka. Tapi itu jadi sesuatu yang wajar kalau ia sedang bersama suaminya di kamar berdua, bukan? Yoon Ji memperhatikan gaun lingerie hitam yang agak menerawang namun sangat pas ditubuhnya dengan seksama.
"Kau tidak suka? Kalau kau tidak suka aku berpakaian seperti ini, aku bisa menggantinya. Aku hanya memakai pakaian yang diberikan ayah."
"Kenapa kau selalu berlindung di balik punggung ayah?"
Sehun semakin mendekat hingga membuat Yoon Ji mundur perlahan.
"Aku sangat muak denganmu sama seperti aku muak dengan ayah," bisik Sehun ditelinganya.
Semakin Sehun mendekat, semakin jelas bau alkohol itu tercium dalam indera penciuman Yoon Ji. Gadis itu tahu kalau suaminya sedang mabuk berat. Makanya Sehun tak tahu apa yang ia bicarakan sekarang. Yoon Ji membatin.
"Sehun kau sedang mabuk."
"Iya aku mabuk! Pintar sekali. Aku sangat merindukan dia. Makanya aku mabuk. Dan yang aku rindukan sama sekali bukan dirimu! Aku bahkan tak tertarik sedikit pun untuk mencicipi tubuhmu meski kau telanjang bulat di depanku sambil menari erotis seperti wanita nakal. Hahaha.... Kau sama sekali tidak seksi!" jawab Sehun sambil menoyor kepala Yoon Ji.
Dia? Siapa dia? Bukannya aku tunangannya? Dia sendiri yang bilang begitu!
Hati Yoon Ji menjerit, "perasaan apa ini?" Yang terasa hanya sakit, sesak, marah. Hanya air mata yang meluncur turun yang bisa mewakili apa yang tengah ia rasakan sekarang.
Bukan lagi rasa bahagia seorang gadis yang akan melepas keperawanannya untuk laki-laki yang dia cintai, tapi ia malah menerima semua hal yang tak pernah ia bayangkan. Yoon ji terisak pelan. Hatinya terluka mendapat penolakan dari suaminya sendiri.
Sehun melangkah gontai ke arah ranjang dan merebahkan dirinya disitu. Mata merahnya menatap langit-langit kamar. Ia tersenyum sendiri saat langit kamarnya menggoreskan sketsa wajah mantan kekasihnya yang sangat dia rindukan. Perlahan matanya mulai memberat dan dia pun tertidur.
Sebenarnya dalam hati ia tidak sungguhan membenci Yoon Ji. Hanya saja... ketika mengingat Sejeong memutuskannya hanya demi laki-laki yang ia lihat di taman tempo hari membuatnya naik darah. Dan yang menjadi sasaran dalam amarahnya adalah Yoon Ji. Dia yang harus menerima bentakan dari Sehun, tatapan sinis, sikap dingin, acuh tak acuh, yang kian hari makin parah.
"Kalau kau tak mencintaiku, kenapa kau menikahi aku? Bukan seperti ini pernikahan yang aku impikan. Tidak seperti ini Sehun."
Suara isakan Yoon Ji teredam oleh angin malam yang menusuk.

Semenjak malam itu, Sehun seperti menghindar darinya. Tidur pun mereka di kamar terpisah. Kalau toh mereka bertatap muka, Sehun hanya memalingkan wajah saat Yoon Ji melempar senyum ke arahnya. Seolah Yoon Ji hanyalah pengganggu yang tak perlu dipedulikan. Anggap saja tidak ada!
Setiap hari Yoon Ji mencoba bersikap biasa saja. Layaknya seorang istri dia tetap menjalankan tugasnya dengan baik.
Seperti sekarang ini, ia dari tadi sibuk menyiapkan makanan untuk suaminya sebelum berangkat ke kantor. Ia tahu mungkin masakannya kali ini tak akan disentuh sedikit pun oleh Sehun seperti hari-hari sebelumnya. Tapi tak apalah... Pikirnya. Sekedar hanya untuk menggugurkan kewajibannya saja."Sehun, kau ingin sarapan dulu? Makanannya sudah siap."
Senyum cerah Yoon Ji menyambut Sehun yang tengah menuruni tangga.
"Tidak. Untuk apa kau memasak makanan untukku. Kau tahu sendiri aku tak pernah sarapan di rumah. Aku malas," jawab Sehun dingin.
"Aku hanya menawarkan."
Yoon Ji merangsek maju ingin membantu Sehun memakaikan dasi. Belum lagi tangannya sampai, Sehun sudah mencekal kedua tangannya erat hingga membuat gadis itu meringis lalu dengan kasar Sehun menghempaskan tangannya.
"Sudah berkali-kali aku bilang. Jangan sentuh!"
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Yoon ji mengiringi kepergian Sehun ke kantor sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah. Ia hanya bisa tersenyum getir atas perlakuan kasar suaminya yang kembali ia dapatkan pagi ini.
Tidak apa. Mungkin besok atau lusa kau akan berubah mencintai ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret ( Tamat )
FanfictionGenre: Romance, Angst. Warning: Novel ini mengandung tema dan muatan dewasa (21+). Juga mengandung cerita yang menyesakkan dada. Bagi pembaca yang belum cukup...