10. Sweetness

139 25 2
                                    

Forgive Me, Please✧

Dalam rangka ulang tahun Jinny, kami berkumpul bersama. Memilih menonton film bergenre horror di bioskop. Kalau tidak salah, saat itu yang diputar adalah Film Annabelle.

Di dalam, Haechan merangkulku dengan tangan kirinya. Membiarkanku bersandar di bahunya. Tangan kanannya menggenggam tanganku erat, memastikan aku tidak ketakutan.

Padahal, aku hanya terkejut. Aku mudah terkejut, itulah sebabnya aku terlihat seperti ketakutan. Aku akan ketakutan justru bukan sekarang, tapi nanti setelah dirumah.

Seperti, terpikir adegan dimana pembunuhan. Terpikir boneka, terpikir hantu yang muncul di kamar mandi. Beruntung, rumahku hanya satu lantai. Jika tidak, pasti aku akan terpikir adegan terjun dari lantai atas.

Kami memutuskan pergi ke mall setelah film selesai diputar, mencari kado untuk Jinny dan juga mencari makan.

Karena bingung mencari yang Jinny suka, kami berencana untuk membuatnya menjawab dengan sangat mulus. Di antara banyaknya boneka yang terpajang, kami berdiskusi.

"Ih, bonekanya lucu-lucu. Kalian suka boneka apa sih?" Ujar Lea memancing.

"Aku suka Doraemon." Ujar Soodam.

"Aku suka Donald Duck. Lucu gitu." Ujar Dita.

"Aku suka boneka Panda. Kalau kamu Jinny?" Ujarku.

"Aku suka Rillakuma." Jawabnya.

Gotcha! Inilah yang kami tunggu. Perlahan aku dan Denise menghilang dari kerumunan. Mencoba mencari Rillakuma diantara ribuan boneka disini.

Aku sudah tidak memikirkan ucapan Denise, jika itu yang kalian pikirkan. Aku akan membiarkan ini mengalir seperti air.

Tidak ada satupun Rillakuma disini. Beruang coklat itu tidak ada. Mungkin kami harus mencari yang lain. Aku menggeleng memberi kode pada Dita, Soodam, dan Lea yang masih bersama Jinny.

Kami putuskan untuk meninggalkan tempat ini dan pergi mencari makan.

Baru melangkah keluar, Haechan kembali ke dalam. Mengambil boneka dan ke kasir.

Aku terkejut, tentu saja. Itu boneka Panda. Aku ingat aku menyebutnya tadi. Lebih terkejut lagi, dia membelikannya untukku.

Menunggu Haechan yang tengah mengambil tasnya di penitipan barang, aku menggenggam kantong berisi boneka ini. Boneka yang ukurannya tidak bisa dibilang kecil sudah kupegang.

Yang lain sudah mulai berlalu ke Foodcourt tujuan kami. Aku dan Haechan menyusul di belakang.

"Kenapa?" Tanya Haechan yang melihatku sedikit cemberut. "Gak suka bonekanya?"

Sontak aku menggeleng, aku menyukainya tentu saja. "Kenapa beliin ini?" Tanyaku berbalik.

"Ya kan katanya kamu suka panda." Jawabnya.

"Kamu gak harus beliin aku juga." Ujarku.

"Udah, gak apa." Katanya.

Bukan apa, aku tidak suka saat Haechan mengeluarkan materi yang berlebih untukku. Aku merasa bersalah setiap Haechan mengeluarkannya. Dia membayar tiketku saat menonton bioskop, dia membelikanku boneka ini, dan dia pasti akan menolakku saat aku akan membayar sendiri makanan nanti.

Aku merasa masih belum pantas memilikinya dan mendapatkan semua ini.

Aku juga realistis, dimana aku mungkin bukanlah masa depannya. Aku mungkin bukan yang berhak menerima hasil dari jerih payahnya di masa depan.

Dia belum wajib membiayaiku kini.

Forgive Me, Please✧

Forgive Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang