13. Broke Up

140 23 0
                                    

Forgive Me, Please✧

Aku tidak sempat membuka ponsel hari ini karena sibuk di acara yang ramai itu. Ini saja aku, Minjeong, dan Jinny sudah pulang lebih awal dari jadwal yang seharusnya.

Closing acara masih satu jam lagi, tapi karena kota yang jauh kami harus pergi terlebih dahulu tanpa mengikuti hingga akhir acara.

Sudah malam, barulah aku sampai dirumah. Setelah membersihkan diri aku baru bisa membuka ponsel.

Ratusan notifikasi terpampang di layar, dan siapa lagi pelakunya kalau bukan Lee Haechan.

Rasanya aku lupa kalau aku sudah memiliki pacar saat ini.

Ku baca satu persatu, dan mataku terfokus pada salah satu pesan disana.

-----------------------------------------------------------
Lee Haechan
-----------------------------------------------------------

• Sepertinya lebih baik kita putus.

-----------------------------------------------------------

Deg.

Jantungku berdetak lebih kencang saat ini. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu. Aku merasa kami tidak ada masalah hingga dia harus berkat seperti ini.

Aku berusaha tenang agar bisa berpikir lebih jernih. Berpikir dimana letak kesalahan, dan apa kesalahan yang sudah aku perbuat. Namun, aku tidak mengingat apapun.

Ku panggil nomornya segera. Tak berapa lama dia mengangkatnya.

"Halo."

"Halo, Mas"

"Ada apa?"

Nadanya lebih dingin kali ini. Tidak sehangat biasanya.

"Maksud Mas apa?"

"Apa kurang jelas? Aku minta putus."

Bahkan dia tidak menyebut dirinya 'Mas' ataupun menyebutku 'Dek' seperti hari-hari biasa setelah kami berpacaran.

"Ya tapi kenapa?"

"Aku rasa kamu sudah tidak mencintaiku. Keberadaanku kaya angin di hadapanmu. Kamu bahkan gak bilang apa-apa waktu pergi tadi pagi."

Dugaanku benar, dia marah karena aku tidak sempat berpamitan padanya saat pergi tadi. Ya bagaimana? Aku terburu-buru mengingat harus tampil siang itu di luar kota. Jika masih dalam kota, mungkin akan lebih santai.

"Fine, kalau itu mau Mas. Kita putus."

Forgive Me, Please✧

Jika dikatakan aku tersulut emosi, tidak. Aku sadar benar apa yang aku katakan.

Aku sudah siap jika hari ini terjadi, aku sangat siap jika suatu saat Haechan memutuskan hubungan.

Itu semua karena dalam pikiranku, dia hanya bermain denganku. Dia menjalin hubungan denganku agar bisa menang dari Truth or Dare jika kalian ingat.

Karena itu, aku sangat siap saat dia berkata putus.

Aku merasakan dia tulus.
Aku merasakan apa yang dia lakukan kepadaku memang dilakukan sepenuh hati.
Aku juga merasakan kalau dia tidak main-main.

Tapi pikiranku enggan. Pikiranku menolak semua itu.

Saat menerimanya, dalam pikiranku adalah ini satu-satunya saat merasakan menjadi orang terdekatnya. Entah sungguhan atau bohong, aku tidak perduli. Yang jelas aku tetap mencintainya meski harus menjadi pihak yang tersakiti.

Pernah merasakan kasih sayangnya saja sudah cukup. Meski malam ini aku harus kembali menangis, setelah beberapa lama.

Menangisi kebodohan diri yang sebenarnya tidak ikhlas melepasnya.

Forgive Me, Please✧

Forgive Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang