15. Sakitnya Tuh Disini

172 24 1
                                    

Forgive Me, Please✧

Hari class meeting adalah hari terbaik untuk bermalas-malasan dengan ponsel.

Aku duduk bersama Haechan, bermain menggunakan ponselnya. Ah, tidak bisa dibilang bermain juga karena aku hanya membuka galeri yang penuh akan fotoku. Dia selalu meminta foto terbaru yang ada di ponselku, atau kami berfoto bersama.

Saat menggulir layar, sebuah pesan muncul pada bar notifikasi. Aku tidak sempat membaca namanya, tapi aku membaca pesannya. 'Kenapa gak negeri aja?' begitulah kira-kira isi pesannya.

Aku tidak ambil pusing, sepertinya yang dibahas adalah kemana Haechan akan pergi setelah lulus. Tapi karena sempat membaca pesan itu aku seolah terpaku beberapa detik, dan Haechan menangkap itu.

"Itu temen aku. Baca aja pesannya kalau kamu mau." Ujarnya.

Aku yang sebelumnya tidak curiga, malah jadi curiga.
Ku buka pesan itu, terlihat sangat akrab. Aku akhirnya mengetahui kalau yang memberi pesan itu adalah seorang perempuan.

"Dia temen aku, beda sekolah. Lagi nanya mau kemana lulus nanti kan aku pengen jadi guru matematika. Aku bilang mau ke swasta tempat Ayah jadi dosen, ini baru dia tanya kenapa gak ke negeri aja." Jelas Haechan panjang lebar tanpa ditanya.

"Kalian deket?" Tanyaku.

"Ya, temen." Jawabnya.

Aku menggeleng, bukan ini maksudku. "Dia suka sama kamu kan?" Tanyaku namun sepertinya pertanyaan ini retoris.

Dengan ragu, dia menjawab "Ya, dia memang bilang suka sama aku."

Forgive Me, Please✧

Berbagai macam perlombaan diadakan dalam seminggu penuh sebelum hari pengambilan raport. Ada lomba khusus untuk kelas 3 yaitu membuat mading dengan media styrofoam.

Kelasku sendiri banyak orang berjiwa seni, digabung beberapa orang yang ambis untuk menang terciptalah sebuah karya yang menarik.

Mading kami dibuat dalam bentuk menyerupai castle. Kami memotong beberapa bagian yang semula hanya kotak agar benar-benar berbentuk bangunan.

Menempelkan berbagai kertas warna-warni dan isi berita yang menarik agar bisa mendapatkan juara.

Sehari penuh kemarin membuat mading, hari ini mading akan di pajang di aula tertutup yang menjadi tempat perlombaan lain agar penonton yang sedang menunggu lomba bisa membaca berita-berita informatif dari mading buatan yang tersedia.

Mading berukuran besar ini di pindahkan dengan hati-hati pagi hari.
Aku memindahkannya bersama Olivia dan beberapa teman yang lain.

Sesaat setelah menaruhnya di dalam aula, Haechan berangkat. Tapi kali ini dia tidak menyapaku, dia diam dan hanya melewatiku.

Olivia bertanya kepadaku hanya dengan matanya, 'kenapa Haechan, apa yang terjadi padanya?' ku jawab dengan bahuku yang naik tanda akupun tidak tau apa yang terjadi.

Forgive Me, Please✧

Lorong mading memang salah satu spot favorit untuk bersantai ria seperti saat ini. Aku sendiri saja, menikmati angin yang masuk melalui celah gerbang samping sekolah.

Haechan datang, melewati belakang kelas yang terdapat banyak tanaman. Aku mengernyit bingung kenapa dia tidak lewat depan kelas saja yang lebih nyaman untuk di lewati.

Dengan wajah yang terlihat memerah Haechan duduk beberapa jarak di sebelahku, tidak di sebelahku seperti biasanya.

"Chaer." Ujarnya.

"Ya?" Kataku.

"Aku pikir keputusan aku dua minggu yang lalu benar. Lebih baik kita putus." Kata Haechan dengan mata yang semakin memerah.

Aku memejamkan mata, mempertajam telinga dan memutar kembali memori beberapa detik yang lalu. Ucapannya seolah berproses begitu lama di dalam kepala.

"Maksud kamu apa? Apa salah aku?" Tanyaku. Gila! Baru minggu lalu kami berbaikan dan kali ini dia mengakhiri hubungan (kembali) tanpa sebab yang jelas.

Aku sendiri sudah mencoba berpikir kesalahanku dalam seminggu ini, tapi aku tidak merasa melakukan hal yang salah.

"Kamu kan yang mau putus?" Tanyanya berbalik. Suaranya sudah sedikit lebih serak dibanding sebelumnya.

"Hah? Maksud kamu apa?" Jawabku. Aku sungguh tidak mengerti apa maksudnya.

"Kemarin aku liat kamu duduk di lorong depan kelas hadap aula sama beberapa anak kelas kamu. Kamu nyanyi bareng-bareng lagi Cita-citata yang Sakitnya Tuh Disini yang di play di aula. Kamu keliatan niat banget nyanyinya. Maksud kamu, kamu pengen putus kan?" Jelasnya.

ASTAGA! HANYA MENYANYI BERSAMA PUN DIA BEGINI?

"Kamu semudah itu bilang putus cuma karena hal begini?" Tanyaku tak habis pikir.

Haechan diam tak menjawab. Air matanya sudah menetes sekali saat matanya berkedip.

"FINE! KITA PUTUS KALAU INI MAU KAMU!" Kataku final terpancing emosi.

Aku pergi meninggalkannya di sana, terduduk meringkuk dengan kepala bersandar di lutut di tangga kesukaan. Menangis dengan berusaha tidak menimbulkan suara.

Sebelum terduduk Olivia melihatku terduduk dengan cepat ke arah tangga, aku mengabaikannya. Dia sepertinya melihat ada yang tidak beres dan berjalan ke lorong mading.

Entah apa yang dia bicarakan disana dengan Haechan, tapi setelah kembali dia langsung memeluk tubuhku.

"Nangis aja gak apa. Kalau nangis bisa bikin kamu lebih tenang." Katanya.

Sahabat terbaik memang.

Forgive Me, Please✧

Forgive Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang