07. Second Truth or Dare

184 33 9
                                    

Forgive Me, Please✧

Hari-hari yang di jalani semakin terasa baik, hubunganku dengan Lee Haechan pun semakin baik. Akhir semester lalu aku mengira adalah waktu terakhir kami bisa berteman dengan baik, ternyata dugaanku salah karena hubungan kami semakin baik setelah berpisah kelas.

Semacam, sepasang LDR yang saat bertemu semakin menggebu-gebu.

Perlahan aku juga mengenal teman-teman dekatnya di kelas. Ada lima perempuan; Dita, Denise, Soodam, Jinny, dan Lea. Dan dua laki-laki, Jeno dan Jaemin ditambah satu laki-laki kelas berbeda kekasih dari salah satu teman perempuannya, Renjun kekasih Soodam.

Aku sudah mengenal Soodam, Renjun, Jaemin juga anggota inti Pramuka. Sedangkan Jinny, kami sudah lama mengenal karena sebelumnya -bahkan hingga kini- kami tergabung dalam grup dance cover yang sama.

Terhitung ini adalah hari ke sebelas setelah ulang tahunku. Sepulang sekolah aku kembali di cegat. Kali ini oleh geng perempuan teman Haechan. Aku sudah pasrah mau dibawa kemana, dan dengan dirangkulnya tanganku -seolah takut aku kabur- aku dibawa kembali ke ruang kelas mereka, ruang kelas dimana Haechan memberikan hadiah ulang tahunku.

Karena ini hari Jum'at, sekolah pulang lebih cepat dan seperti biasa akan ada jadwal mingguan ekstrakulikuler Pramuka pukul 2 nanti aku juga tidak masalah karena aku juga tidak akan pulang mengingat aku adalah anggota inti.

Di dalam kelas, aku liat beberapa teman lain yang ku kenal -semua anggota geng Haechan, Minju, Minjeong dan beberapa teman yang sebelumnya satu sekolah denganku di SMP.

Bagaimana bisa mereka berkumpul disini, itu yang sedang aku pikirkan sekarang.

Fokusku kembali setelah mendengar pintu di tutup, dan aku kembali di rangkul dan di dudukan di salah satu bangku disana.

Gugup mulai menghampiri kala melihat Haechan mulai berjalan ke arahku. Aku benar-benar tidak bisa kabur, aku duduk di bangku paling belakang dan pintu pun ada yang menjaga.

Aku tak menyadari Haechan sudah duduk menghadapku, saat aku tengah memikirkan cara kabur dari sini.

"Chaer." Panggilnya

"Hm?" Aku mendongakkan kepalaku sebentar, karena aku benar-benar gugup jadi aku berusaha untuk tidak menatap matanya.

"Lee Chaeryeong."

Panggilan kali ini melemahkan ku, ini tandanya dia ingin atensiku kali ini hanya padanya. Dengan seluruh sisa tenagaku, aku mulai menatapnya. Kedua tanganku hanya saling meremas satu sama lain dibawah meja, seolah sedang berusaha menghilangkan kegugupanku.

Kami saling menatap beberapa detik dalam heningnya ruang kelas, semua atensi orang-orang yang berkumpul ada pada kami.

"Kamu, mau jadi pacar aku?" Tanya Lee Haechan.

Ini yang aku harapkan sejak lama.
Ini yang aku aku tunggu.
Tapi entah kenapa, aku ragu.

Sebelumnya, Haechan tidak pernah menunjukkan perasaan yang sama -atau aku yang tidak menyadarinya-. Haechan tidak pernah mengatakan dia menyukaiku sebelumnya, dan ini yang membuatku ragu karena sejatinya perempuan lebih mudah mempercayai kata-kata dibanding tindakan.

Aku ragu dia serius, meski matanya mengatakan dia memang serius.
Aku ragu dia hanya ingin membuatku senang saja tanpa memikirkan perasaannya sendiri.

Dengan semua keraguanku, aku terdiam. Meski memang ini yang aku inginkan, tapi tidak semudah yang dipikirkan.

Aku juga takut kehilangan dia jika ternyata kami tidak cocok di masa depan.

Berdiri dari dudukku, aku benar-benar ingin kabur. Aku butuh waktu untuk berpikir, namun aku tidak bisa mengeluarkan kata apapun.

Jalanku di halangi, mereka menunggu jawabanku. Tidak hanya Haechan yang memandangku dengan penuh harap -jika penglihatanku benar-.

"Chaer, kamu maukan jadi pacar aku?" Tanyanya lagi.

Sungguh, lidahku kelu saat ini. Aku tidak bisa berpikir jernih. Aku terdiam cukup lama sembari Haechan terus meyakinkanku untuk menerimanya.

Hingga satu saat, aku mendengar Denise berkata.

"Ayo dong Chaer, terima Haechan. Biar kita bisa menang Truth or Dare dan dapet makan gratis."

Forgive Me, Please✧

Forgive Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang