03. Truth or Dare

221 38 10
                                    

Forgive Me, Please✧

Sejak waktu itu, hubungan pertemanan ku dengan Haechan tidak berubah. Meski aku merasa sedikit canggung diawalnya -yang sepertinya hanya aku yang merasa- tapi berakhir seperti normalnya.

Bolehkah aku sedikit berharap? Karena di waktu dua minggu liburan sekolah kemarin, Haechan tetap mengirimkan pesan kepadaku. Maksudku adalah, ini liburan dan tentu saja bukan mata pelajaran yang dibahas.

Ini hari Jumat, pembelajaran olahraga dari Pak Shindong berlangsung cepat. Masih tersisa banyak waktu untuk memulai mata pelajaran selanjutnya. Aku duduk di lorong kelas, didepan pintu yang menghadap taman mini dan bersandar di tiang bersama duo Kim. Di dalam kelas terdengar suara ribut dan tawa yang menggelegar dari siswi-siswi yang lain.

Aku tidak peduli, karena aku cukup lelah jadi tidak ingin bergabung dan menghamburkan sisa energiku.

Sampai pada akhirnya suara tawa semakin keras yang membuatku kini mengetahui kalau mereka sedang bermain truth or dare. Permainan ini memang sedang booming.

Aku masuk kelas, bukan untuk bergabung melainkan untuk mengambil posisi ternyaman tidur di meja. Aku memang memiliki kelebihan bisa tidur di mana saja, meski tidak jarang berakhir dengan pegal saat terbangun.

Menata tas berisi bekas pakaian olahraga di meja dan menjadikannya bantal, dan mulai memejamkan mata.  Sembari masih mendengarkan keributan truth or dare di kelas yang saat mengantuk ini malah menjadikannya seperti alunan lagu rock.

"Hiichan! Truth or dare!."

"Truth."

"Sekarang lagi suka sama siapa?"

"Yang lain dong pertanyaannya."

"Ya gak bisa dong, harus dijawab kan tadi udah milih truth."

"Hmm...."

"Siapa?"

"Lee Haechan."

"Woaaahh"

Aku yang masih mendengarkannya sembari memejamkan mata akhirnya terduduk kembali. Rasa kantuk sudah meluap entah kemana, dan kepala sedang memproses semuanya.

Kesadaran ku kembali setelah Hitomi melewati mejaku bersama satu teman kelas kami yang lain. Wajahnya seperti malu-malu keluar kelas.

Truth or Dare dimainkan di meja Nako, teman dekat Hitomi yang berada tepat di sebelah kiri meja seorang Lee Haechan. Dan baru kusadari Haechan ada disana, yang juga ikut mengamati permainan yang berada tepat di seberangnya itu. Jadi mungkin Hitomi malu karena Haechan melihatnya berkata seperti itu.

Aku melihat kearah Haechan, dia hanya memasang senyumnya saat perempuan-perempuan lain meledeknya.

Entah kenapa aku jadi kesal, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun. Bahkan, dia tidak tau aku menyukainya. Aku tidak memiliki hak apapun atas dirinya. Tapi, perasaan ini berkata lain. Seolah sedang cemburu saat orang lain menyukai yang kita miliki.

Aku memilih keluar kelas, bertepatan dengan Hitomi yang baru kembali. Masih dengan senyumnya dan disambut dengan candaan anak kelas yang membuat pipinya semakin bersemu.

Ku arahkan diriku menuju kantin, sepertinya aku perlu mengisi energi sebelum kembali ke kelas. Ku pesan segelas pop mie rasa soto dengan tambahan cabai rawit diatasnya dan sepiring pecel.

Sembari menunggu makanan di meja, pikiranku kembali kepada Hitomi. Dia, lebih dari memiliki banyak kelebihan dibanding diriku.

Ini adalah tahun keduaku satu kelas dengannya, meski tidak pernah duduk sebangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah tahun keduaku satu kelas dengannya, meski tidak pernah duduk sebangku. Hitomi orang yang cerdas, nilainya selalu bagus. Memang nilaiku tidaklah buruk, tapi tidak sebagus Hitomi.

Dan jika mengingat ekspresi Haechan tadi yang tersenyum, sedikit menambah pilu di hati. Entah mengapa aku merasa dia tidak menolak Hitomi.

Tidak sepertiku, yang waktu itu langsung dijawab 'hanya teman.'

Forgive Me, Please✧

XOXO

Reader-nim, ada gak sih ship Chaeryeong favorit kalian selain Haechan?

Trisha

Forgive Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang