The Confession - Prolog

9 0 0
                                    


"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Panji Brantasenawa dengan putri saya Abrianna Tejakencana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Kedua tanganku yang sedari tadi kuletakkan diatas pangkuanku, kini saling meremas, mengabaikan keringat yang membasahi keduanya. Mati-matian aku mencoba menenangkan debar jantungku ketika ayah mulai angkat suara dan mengucapkan kalimat yang akan disahuti oleh lelaki disebelahku dan akan membuatku menjadi tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab ayah lagi. Aku menenangkan gemuruh hatiku sembari berharap kalau lelaki disebelahku tak akan pernah menyahuti ucapan ayah dan membatalkan pernikahan ini pada detik-detik terakhir. Tapi rupanya harapanku hanyalah sekedar harapan. Dengan suara berat dan seraknya, lelaki disampingku mengucapkan ijab qabul-nya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Abrianna Tejakencana dengan mas kawin tersebut tunai,"

Begitu lelaki disampingku usai mengucapkan sumpahnya dihadapan ayah, penghulu, saksi,keluargaku dan Tuhan, suara orang-orang yang menyerukan kata 'sah' seketikamenulikan telingaku dan menyerap seluruh tenaga yang tersisa dalam diriku hinggayang tersisa hanyalah kegelapan. Aku terjatuh. Pingsan. 

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang