Chapter 17 - Dikit!

56.4K 4K 25
                                    


            "Sejak lo dekat sama Bu Nina, lo berubah banget, Stef! Lo selalu nurut sama guru baru itu!" Kevin menghela nafas panjang. Berdecak dan berkacak pinggang menghadap Stef yang sedang setengah berbaring dan bermain video game. Sama sekali tidak menghiraukan ocehan Kevin seja beberapa saat yang lalu. "Sebaiknya lo jauhin Bu Nina deh. Jangan mau dimanfaatin aja, Stef." Tambahnya kesal.

"Hm..." Stef berdehem. Mengerutkan dahi dan mengumpat. Dia kalah. Hampir saja membanting handphone tersebut, namun dia menghela nafas panjang. Memandang Kevin yang berhenti berbicara dan menatapnya tajam.

"Bangsat! Lo dengerin gue nggak sih? Monyet lo sejak tadi gue ngomong lo malah main game!!" Amarah Kevin menggeram.

Stef meletakkan handphonennya di atas meja. "Gue denger lah! Telinga gue masih berfungsi kali!" Jawabnya santai. Meneguk air mineral dari kemasan yang terletak di atas meja. Di samping handpone yang diletakkannnya tadi.

"Lo hubungan apa sama Bu Nina? Gue yakin lo nyembunyiin sesuatu dari kita." Selidik Kevin mengernyit curiga. Pasalnya, apapun yang mereka rencanakan, selalu tercium oleh Nina. Sehingga selalu gagal dan berantakan. Kevin geram, ingin mencabik-cabik cewek itu.

Posisinya sebagai guru jelas lebih tinggi dan memiliki kuasa untuk menghukum mereka. Tetapi Kevin merasa tidak adil. Sejak ada Nina, kesenangan mereka jadi terhambat. Terutama pada kedekatan Stef dan Nina. Membuat semua semakin sulit.

Baru dua hari jadian dengan Citra. Cewek yang selalu di elu-elukan oleh satu sekolahan. Mereka sepakat membuat permainan. Menjadikan Citra bahan taruhan lalu mencampakkannya setelah seminggu berlalu.

Namun sial. Semua hancur karena Nina mengetahuinya. Mendapatkan perhatian Citra melebihi menjawab soal ujian kelulusan. Contoh dan tugas beda jauh. Kevin amat penasaran dengan hubungan mereka. Tidak mungkin Stef begitu menurut jika tidak ada apa-apanya.

Stef mengangkat bahu. "Guru dan murid." Jawabnya sekenanya.

Kevin memutar bola mata. Sial. Jawaban macam apa itu? "Guru apaan gitu ikut campur sama semua muridnya. Dan murid apaan kayak lo main curhat-curhatan sama itu cewek? Naksir lo? Cinta?"

"Dikit!" Stef menjentikkan jari. Membuar Kevin, Romeo, dan Barta menggeram. Stef cowok yang paling tidak bisa serius. Kekanak-kanakan dan selalu menganggap sebelah mata masalah yang dihadapinya.

"Mati aja lo, bangsat!"

"Monyet!"

"Babi! Sukanya sama tante-tante!"

Mereka memaki dan bergidik ngeri pada cowok tersebut. Stef hanya terkekeh dan menggapai handphonenya kembali. Hanya Kevin dan Stef yang berbicara di sana. Keda teman mereka membiakan begitu saja. Kevin tempreman, bisa saja menghancurkan ruangan itu jika sudah mengamuk.

Gara-gara dia taruhan kita batal!! Motor lo nggak dibolehin sama gue. Bangsat banget itu cewek. Awas aja nanti, gue bales dia!" Kevin tersenyum licik. Tidak sabar memberikan peringatan pada Nina yang sok itu.

"Lo sentuh seujung rambut, gue lawan lo, bangsat!" Maki Stef menatap tajam pada Kevin.

"See..., sekarang lo belain dia!" Kevin menggeram. "Gue nggak habis pikir sama lo. Gue tahu Nina memang cantik dan seksi. Tapi lo tunduk banget sama dia. Nggak wajar, Stef. Tahuna kita gagal. Lo udah jarang bolos. Jarang ngerokok. Jangan tidur di kelas. Setiap kita melanggar peraturan sekolah, surat ke orang tua langsung otewe. Bangsat! Apaan itu?! Skors gue udah lebih banyak daripada nilai gue. Sialan!!"

Stef tergelak. "Sama!" Ujarnya.

"Dasar sinting!!" Maki Kevin.

"Oke. Gue traktir makan aja sebagai gantinya. Nina nggak ngebolehin gue ngasih motor buat elo. Mulai sekarang jangan taruhan lagi. Kasian Citra jadi korbannya."

"Diam lo!"

Stef terkekeh. Handphonennya berdering. Dia tersenyum lebar lalu menempelkan di telinganya. "Hallo...," Senyumnya semakin melebar. "Iya. Bentar lagi. Lagi ngumpul sama anak-anak. Hm, oke, gue otewe." Stef langsung duduk. Ketiga temannya memandang horror. Stef mengangkat bahu. "Dari Bu Guru Nina. Nyuruh gue pulang. Katanya dia udah selesai masak. Nunggu gue makan." Cengirnya tanpa merasa bersalah.

"Lagi???" Tanya mereka kompak.

"Kompak banget." Cibir Stef mengernyit. Mereka menggeram marah. "Mau gabung? Gue nyuruh Nina masak banyak tadi." Ujarnya.

"Ogah! Masih sanggup beli sendiri!!!" Jawab mereka kompak sekali lagi. membuat Stef tergelak dan berdiri.

"Gue cabut ya."

"Ingat, Stef! Jangan banyak bergaul sama Nina. Cari cewek lain yang semuran. Jangan tante-tante."

"Tante itu lebih menggoda, bro. Jangan salah!" Jawab Stef bersemangat.

"Goblok lo!" Kevin kembali memaki. Tetapi Stef tidak terpengaruh. "Syfa kayaknya aksir elo. Coba lo dekati dia. Jangan berfokus sama Nina."

"Nggak suka!"

"Lo belum nyoba, bangsat!"

"Buat lo aja! Atau Citra jadiin pacar. Dia kayaknya mulai naksir elo. Usaha lo dua bulan ini berhasil bikin dia luluh!" Stef tergelak.

"Bangsat lo!" Makinya. Namun Stef telah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan gelak tawanya.




***

Jakarta, 15 Oktober 2017

Crazy Possessive [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang