Chapter 62 - Udahan

38.8K 3.2K 155
                                    

Nina mengerutkan dahi. Di atas karpet ada sepatu dan tas olah raga yang berantakan.

Tanpa pikir panjang, cewek itu tahu siapa pelakunya. Dia menggeram, setengah jam telah berlalu, Rios, temannya tadi sudah pulang.

Nina benar-benar nggak mau mengalah kali ini. Membiarkan Stef pergi dan mereka kembali bercengkerama.

Cewek itu makin kesal sekarang. Berniat membuang semua barang-barang cowok itu dari rumahnya.

Menendang begitu saja, meskipun tidak bisa rapi, Nina menggerutu dan menuju kamarnya.

Moodnya benar-benar hancur. Dia membutuhkan tidur untuk melupakan drama hari ini.

Dia berdecak. Semakin kesal dan menutup pintu kencang. Nina menggeram, Stef ternyata belum pulang. Dia tidur di kamar Nina

Dasar cowok sedeng.

"Nin..." Stef menggeliat, tersentak karena dentuman pintu. Dia menggaruk-garuk badannya secara acak.

Nina menyedekapkan tangan di dada. Melototi Stef yang nggak tahu diri.
"Ngapain masih di sini? Lupa jalan pulang?" Kata Nina sarkasme.

"Apaan sih, Nin. Lo berisik banget. Ganggu gue tidur aja." Stef kembali memejamkan mata.

"Gue atau lo yang berisik?"

"Elo lah!"

"Oh!" Nina berkacak pinggang. "Pulang sekarang!"

"Masih ngantuk."

"Stef! Lo lupa?"

"Nggak. Gue masih inget." Jawab Stef tanpa membuka kedua matanya.

"Kalau masih inget, ngapain di sini?" Nina menggeram. "Kita udahan Stef. Kita udahan..." Nina memperjelas sekali lagi.

"Iya. Kita emang udahan. Apalagi masalahnya?" Stef berdecak dan bangun. Kedua matanya memerah karena masih mengantuk.

"Terus ngapain masih di sini?"

"Nin, lo sensi banget sih." Stef malah kesal. "Elo yang bilang udahan. Terus kenapa elo masih marah-marah?!"

"Anjir!" Nina meraih bantal dan memukul kepalanya.

"Jelas lah. Kita udahan tapi elo masih datang ke rumah gue. Pake acara marah-marah segala."

"Emang kenapa? Salah kalo gue datang? Elo kan sayangnya gue." Ucapnya manja di akhir kalimat.

"Setan! Kita udahan. Udah putus!" Nina kembali memperjelas status mereka.

"Astajim, putus apanya?" Stef terkejut.

"Jangan pura-pura bego lah. Telmi banget sih!" Nina menggerutu.

"Jangan bilang kita putus beneran?!" Stef memicing. "Nin?"

"Apa lagi? Elo udah setuju tadi sore buat udahan."

"Anjir... Itu buat udahan ngambeknya, setan. Bukan putus!" Stef meninggikan suara.

"Nggak ada alesan. Pokoknya udahan sekarang. Putus!" Nina enggan dibantah. "Elo pulang sekarang! Bawa pulang semua barang-barang lo. Dan jangan lupa tinggalin kunci rumah gue."

"Enak aja." Stef menolak. "Nggak ada kata udahan putus."

"Bodo amat! Pulang lo sekarang!"

"Nggak!"

"Stef!"

"Apaan sih, berisik banget."

"Kita udah putus. Ngapain lo masih di sini?"

"Gue nggak mau putus. Ngapain lo yang sewot sih?" Stef berdecak.

Nina menggeram. "Dasar cowok nggak tahu diri!"

"Bodo amat. Yang penting gue sayang sama elo. Gue nggak mau putus." Nina mencak-mencak. "Lo mending siapin gue makanan. Lapar nih."

"Bodo amat. Cari makan sendiri." Nina melotot.

"Yaudah. Gue mau tidur lagi." Stef menarik selimut dan memejamkan mata.

"Stef lo belum mandi. Astaga... Ini kamar gue." Nina menarik selimut cowok tersebut.

"Cari kamar lain lah. Gue duluan tadi tidur di sini."

"Argh..." Nina makin kesal. Keluar dari kamar dan membanting pintu kesal.

Sedangkan Stef tersenyum sembari memejamkan mata. Merasa nyaman tidur di kamar Nina.

Bodo amat lah Nina mau ngapain. Yang penting Stef tidur dulu.

Mudah-mudahan cewek udah nyiapin makan malam pas Stef bangun nanti.

***

Jakarta, 25 Maret 2018

Anjir setip malah gamau putus 😂😂

Dasar upil onta, malah banyak alesan 😂😂

Kalo punya pacar kek Setip, mati mendadak kali ya hahahahahahgaa

Crazy Possessive [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang