Chapter 11 - Cewek Itu Disupirin! Bukan Nyupirin

72.2K 4.3K 23
                                    

"Males naik motor." Stef merengut. "Lagi nggak mood bawa yang berat-berat." Ucapnya mengangkat kaki di atas meja.

"Gaya lo." Balas Nina merapikan rambutnya di samping Stef yang sedang bermalas-malasan sembari menekan remote control televisi. Kebiasaan Stef jika datang ke rumah Nina, selalu menganggap rumah sendiri. Tak pernah segan atau menjaga kesopanan. Salah satunya mengangkat kaki di atas meja meskipun tuan rumah ada di depan mata.

"Lagian deket." Tambahnya lagi. Memeluk bantal kursi dan menunjukkan wajah cemberut sok imut pada cewek itu. Nina memutar bola mata, mengambil salah satu bantal kursi dari sampingnya dan menabok Stef.

"Jalan kaki aja. Atau naik sepeda." Usul Nina kembali menabok cowok itu. Tampak bersemangat sekali, terlihat dari wajahnya yang berbinar.

"Oke." Stef beranjak dari sofa, setuju dengan usulan cewek tersebut. Diikuti oleh Nina dari belakang. Cowok itu membuka garasi dan mengeluarkan sepeda hitam milik Nina.

Nina mengunci pintu dan menunggu Stef di depan rumahnya.

Beberapa saat kemudian barulah Stef muncul. Mengayuh sepeda tersebut dengan wajah ditekuk. "Berapa lama lo nggak pake sepeda lagi?" Tanyanya.

"Itung sendiri dong. Lagi males ngitung gue." Balas Nina angkuh, duduk di kursi dekat pintu.

Stef memutar bola mata. Menginjak pedal sehingga suara berisik rantai itu terdengar bising. Stef melakukannya lagi hingga suara berisik dari sepeda mulai berkurang.

"Kalau nggak dipake, jangan lupa ngasih oli, Nin, rusak sepeda lo kalau dibiarin gitu aja." Kata Stef, dia merasa sudah cukup meratakan oli di rantai sepeda itu dengan mengayuh ditempat.

"Bawel deh." Balas Nina. "Apa gunanya lo? Lo lah harusnya yang merhatiin." Balas Nina tidak mau kalah.

"Buset lo!" Balas cowok itu. "Nih, lo yang bawa. Lagi males gue jadi supir lo. Sekali-kali ganti posisi." Ucapnya menyerahkan sepeda tersebut pada pemiliknya.

"Hei..., gue ini cewek. Masa mau supirin cowok? Ogah lah!" Nina mengibaskan rambut ke belakang. "Jadi cewek itu kudu anggun, udah punya posisi masing-masing. Salah satunya disupirin sama cowok kemana-mana!"

"Gaje lo!" Balas Stef. "Tahunya cuma naik sepeda aja?!" Cibirnya.

"Iya dong. Sepeda kan buat olah raga biar badan sehat." Jawabnya tidak mau kalah.

Stef memutar bola mata. Selalu kalah jika berdebat dengan cewek itu. Namun perdebatan mereka selalu ada dan hal terkeci pun menjadi masalah bagi mereka. "Ayo cepat!" Kata Stef memberikan ruang di depannya agar Nina duduk di depannya.

"Tempat duduknya dong, Sfet. Sakit bokong gue kalau duduk di besi kecil itu." Tunjuknya bergidik ngeri. "Kebas tahu!"

Stef memutar bola mata. "Nggak punya pantat aja belagu." Cibirnya lalu mengambil busa tempat duduk untuk besi depan sepeda. Meletakkan di besi tersebut sehingga nyaman untuk duduk di sana.

Nina tergelak dan menunggu lagi. "Gue punya kali."

"Kecil. Nggak enak buat diremas." Balas Stef. Nina memutar bola mata. "Ayo sini, udah nih." Ajaknya. kembali menekan busa tersebut untuk mengetes kerekatannya.

Nina mendekat, lalu duduk di depan Stef. "Pelan-pelan ya." Ucapnya. Menumpukan kedua tangannya di tengah-tengah kedua stang yang dipegang oleh Stef. Niana berada di kungkukan Stef, cowok itu berdehem dan mulai mengayuh sepeda. 

Nina memang tidak tahu menyetir atau mengendarai motor. Dia enggan belajar meskipun Stef mengajaknya belajar. Hal yang sering kali membuat Stef menggeram, terkadang dia malas mengantar Nina pulang. Dia tidak bisa lagi membolos sekolah. 

Crazy Possessive [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang