"Slowly Missing"

8 0 0
                                    

"Peluklah aku dengan erat, peluk aku erat-erat. Peluk aku karena aku sudah mulai kehilangan kekuatanku."~Byun Ji Hyun

Ji Hyun POV

Hanya warna putih yang membentang luas di mataku, aku tidak tahu aku berada dimana, hanya aku sendiri disini, kemana ayah? Kemana Chanyeol? aku menatap kesekitar hanya aku sendiri disini, rasanya ingin menangis namun air mata tak ada yang mau menetes sebutir pun, aku takut sendirian berada ditempat aneh seperti ini. Aku memandang jauh disana, sosok wanita yang sepertinya ku kenali sedang berjalan menuju kearahku sambil terus tersenyum padaku, saat dia terus mendekat dan wajahnya semakin jelas terlihat, itu ibuku. Dia benar-benar cantik dengan baju layaknya gaun pengantin putih yang ia kenakan. Aku tersenyum kearahnya benar-benar sangat bahagia saat bertemu dengannya semenjak ia pergi meninggalkan aku untuk selamanya dan kini aku bertemu lagi dengannya.

"Apa yang ibu lakukan disini?" Tanyaku.

"Ibu merindukanmu nak, ayo ikut ibu!"

Wajahku seketika berubah saat dia berusaha mengajakku untuk mengikutinya, ia mengulurkan tangannya berusaha mengajakku, namun aku merasa aneh dengan ajakkannya.

"Jika aku ikut ibu, ayah bagaimana? Dia pasti sendirian."

"Tenanglah nak, ayahmu sudah mengikhlaskanmu, ayo kita pergi!"

"Apa maksudnya sudah mengikhlaskanku?"

"Kau juga nanti akan mengerti, ayo pegang tangan ibu!"

Sebenarnya ada apa ini? Kenapa aku bertemu ibu ditempat yang aneh seperti ini? dan ibu mau mengajakku kemana? Ayah mengikhlaskan aku? apa maksudnya? Namun aku hanya diam saat ibu mengajakku untuk pergi bersamanya. Setelah itu tubuh ibu semakin menjauh, jauh dan jauh dengan terus mengulurkan tangannya dan terus menghilang perlahan dari pandanganku. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada diriku? Apa ini nyata? Atau hanya mimpi?

~Ji Hyun POV End

***

Hanya ada kekhawatiran yang tergambar jelas di wajahnya yang paruh baya. Semalaman ia hanya memandang wajah anaknya yang putih pucat dengan masker oksigen di sekitar mulut dan hidungnya. Masih memejamkan matanya, tidur dengan lelap dan tidak tahu kapan akan bangun. Hatinya begitu sedih melihat putrinya harus menahan sakit seumur hidupnya, menderita saat sakit itu mulai menyerang jantungnya. Butiran bening itu kembali menetes membuat sungai kecil diwajahnya, jatuh dengan derasnya, menggenggam erat tangan putrinya, berdoa kepada sang pencipta untuk putri kesayangannya.

"Tuhan, jika memang engkau mau mengambil putriku secepat ini, aku rela, aku ikhlas, aku tidak mau melihat putriku terus menahan dan merasakan penderitaan yang begitu lama seumur hidupnya, mungkin dengan cara itu kau menyayangi putriku, jika kau masih mengizinkannya untuk meneruskan hidupnya, sembuhkan lah dia jangan diberikan penderitaan penyakit ini lagi, aku tahu dia lelah menjalani pengobatan ini, tapi ini semua demi kesembuhannya. Maafkan aku yang belum bisa membuatnya tersenyum. Sembuhkanlah dia Tuhan, jika kau mengizinkannya untuk hidup lebih lama lagi bersamaku, jika kau ingin mengambilnya dariku, aku juga akan mengikhlaskannya, asalkan dia tidak menderita seumur hidupnya." Batin Tn. Young Dae berdoa dengan berlinang air mata.

Hanya air mata yang menetes terus menerus dengan derasnya, membuat Tn. Young Dae semakin kuat. Dengan terus mengelus rambut anaknya, kesedihannya semakin bertambah melihat putrinya yang belum sadarkan diri dari pingsan siang tadi.

***

Langit mendung masih membentang luas di Kota Dong-gu, suhu udara semakin lama semakin rendah. Membuat semua orang yang akan beraktivitas di pagi itu semua memakai jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya.

The First Snow Falls in DecemberWhere stories live. Discover now