[ O ] - Oh My ...

24.5K 4K 1.7K
                                    

"Kalian ngapain saja di sini?"

Begitu memasang seatbelt, Salsa melirik Arkhan sejenak. Menaksir sepotong kalimat yang disampaikan laki-laki itu dengan wajah datar. Sepintas, Arkhan terdengar seperti ... kekasih posesif akut di novel-novel romance yang lagi cemburu. Ugh!

"Zaka traktir aku makan. Sama kasih aku kado ulang tahun. Nih...," Ditunjuknya sebuah kotak transparan berisi satu set action figure One Piece WFC Luffy edisi kiribo. "Lucu ya? Mirip aku katanya."

"Cie cie masih cinta." Meski kalimat ini sarat akan candaan, tapi Arkhan menyampaikannya superdatar. Laki-laki itu menstarter mobil keluar dari parkiran sebuah hotel tempat Salsa meminta dijemput.

Salsa tertawa, sengaja tak berkelit maupun membenarkan. Dibiarkannya lelaki itu bermain dengan asumsi. Bagi Salsa, sekarang gilirannya menjengkelitkan perasaan Arkhan. Jika dulu Salsa selalu menangis setiap kali melihat Arkhan jalan dengan pacarnya, saat ini, biar Arkhan merasakan situasi yang sama-meski dalam prosi kecilnya.

"Ngobrol apa aja tadi?" Lagii-lagi Arkhan bertanya.

"Banyak."

"Salah satunya?"

"Hmm," Salsa menggaruk ujung hidung. "Masalah kebijakan moneter dan fiskal nasional," jawabnya serius.

Arkhan menirukan salah satu emoticon; menenggelamkan pupil matanya di kelopak atas.

Tertawa, Salsa menempeleng lengan lelaki itu. "Awas nabrak! Sekarang, lagi musim dilindas truk. Jangan sampai yah kita jadi korban kecelakaan yang organnya terburai di jalanan."

"Iya, apalagi belum jadian, yah?" sela Arkhan. Meski matanya bergantian menatap jalanan di depan dan spion samping, lelaki itu tetap mengusili Salsa, "Nanti kalau hatinya bercecer, orang-orang pasti tau-ooh, ini hati bekas terluka bertahun-tahun. Oh, ini otak yang dipakai memikirkan satu lelaki. Oh, ini potongan tubuh yang mendamba pelukan."

"Kan, kan, nyambaar aja kerjaan lu. Kek tukang jambret!"

Tertawa, bibir Arkhan dimajukan seperti bebek. "Kalau Kang Mas jambret, Dik Salsa gebukin dong. Pakai cinta yang agung."

Ya Ampun. Dasar kulit mati terkelupas!

Candaan koin, gombalan un-faedah, kegoblokkan yang hakiki! Beberapa hari belakangan, Salsa disuguhkan tiga hal ini oleh Arkhan. Meski muak, tapi nagih. Meski ilfeel, tapi sayang. Meski receh, tapi candu. Ya... mungkin Salsa jatuh cinta untuk kedua kali. Namanya juga lagi kasmaran, neguk Sirup Marjan pun bisa mabuk 15 hari.

"Kak Arkhan seriusan dikit. Kita mau ke mana?"

Arkhan menggaruk hidung. Menginjak rem tepat saat lampu lalulintas menyala merah. "Hmm, ke lokasi proyek," jawabnya sembari memerhatikan pengendara motor yang bersusun-susun di depan.

"Ngapain?" Salsa melirik jam tangan. Sudah pukul sembilan malam. Badannya letih, ingin cepat-cepat bercumbu dengan kasur. Sepulang kantor, Rizaka langsung menculiknya jalan-salan sekalian dinner. Kata Zaka, dia akan keluar keluar kota tepat di Hari Ulang Tahun Salsa nanti, jadi, lebih baik hadiah untuk Salsa diberikan lebih dulu.
Ugh, mantan lillahi ta'ala. Salsa doakan semoga Kakak Author yang baik ini memberikan Rizaka jodoh di lapak lain.

"Lihat-lihat saja. Sejak tahap pembangunan, kamu kan jarang ke sana."

Salsa kembali diam dan membiarkan Arkhan mulai berceloteh soal pembangunan gedung perusahaannya.

***

Gedung itu adalah bekas ruko berlantai empat yang Arkhan beli untuk dijadikan kantor barunya. Kantor yang lama, masih ngontrak dan beroperasi di salah satu rumah kenalan Januar.

Dictionary Of Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang