[ I ] - Ikut Arus Saja

38.3K 4.5K 1.5K
                                    

Minggu pagi, pekarangan luas kostan Chori Chori Chupke Chupke ditumpahi sebagian penghuninya. Memang sudah agenda rutin di sini. Sebulan sekali, pemilik kost akan mengadakan perlombaan bertema olahraga. Hadiahnya hanya berupa makan siang gratis di kafe miliknya yang baru beroperasi. Meski begitu, anak-anak kost selalu antusias menyambut. Sebagian hanya iseng mengisi waktu weekend, sebagiannya lagi--terutama yang melarat--mati-matian berlomba demi makan gratis. 

Sorak sorai terdengar di sayap kiri pekarangan, tempat di mana anak lelaki membentuk lapangan bola dadakan dengan gawang sederhana. Saat ini, sedang berlangsung pertandingan antara penghuni kost C4 melawan penghuni kost Harajuku.

Di sisi kanan, tak kalah berisik. Lapangan bulu tangkis dengan jaring net dari spanduk bekas demo salah satu penghuni tersebut, dikelilingi cewek-cewek; menonton pertandingan ganda antara Akbar-Pita vs Arjuna-Mei.

"Giliran lo, Sa," Pita berteriak.

Oke Salsa mendapat giliran. Lawannya bapak kost mereka. Uhm, jangan bayangkan bapak kost yang buncit lengkap dengan kumis Pak Raden. No. Bapak kost yang ini hawt abis. Namanya Eldava. Bujangan awal 30an. Jangan ditanya penampakannya. Konon, 'racikan' Minahasa ada Cina, Belanda, Arab, dan sudah pasti Indonesianya. Salsa berpikir, itu manusia apa organisasi PBB? Banyak sekali komposisi negaranya. Ucret dah.

"Aduh!" Salsa meringis kesakitan. Smash keras Eldava menghantar bola menubruk tulang hidungnya. gadis itu melepas raket, lalu memberi usapan bertubi.

El terkikik. Disusul beberapa teman--tetangga kost--yang berjejer di tepi lapangan.

Menghapus titik keringat di pelipis, El berujar, "Biasa yah, orang yang lagi jatuh cinta emang gitu. Suka nggak fokus. Padahal tadi malam sudah pelukan panjang," goda lelaki itu.

Wajah Salsa terangkat. Menyorot El dengan sepasang pangkal alis terhubung tanda bingung. El bilang apa? Pelukan? Itu berarti....

"Iyah tuh Kak El," Mei mengimbuh, "mana peluk cowok cakep lagi, harusnya semangat dong, Sa"

"Kalian lihat?" suara Salsa meninggi.

El tertawa mencemooh. Laki-laki itu melepas baju. Lantas perut batako susunnya terekspos sempurna. "Makanya, kalau mau pelukan tuh di kamar. Biar ekslusif. Masa di bawah pohon mangga. Kamu nggak lihat?" Telunjuk El menunjuk jejeran jendel kamar kost yang menghadap ke timur. Itu artinya apa pun yang dilakukan di pekarangan kostan ini, bisa dilihat oleh seluruh penghuni 15 kamar itu.

Salsa menepuk jidat. "Untung cuma pelukan. Bukan cipokan," celutuknya.

"lagian," Arjuna ikut menindih percakapan, "najisin banget gaya lu! Malu-maluin! Lo nggak denger tadi malam? Anak-anak ngetawain lo dari lantai tiga."

Serta merta pandangan Salsa merayap ke atap gedung kost. Tempat yang kadang difungsikan sebagai wilayah menjemur pakaian tapi kalau malam, disulap menjadi area nongkrong. "Bangkiks!" umpat Salsa. Jadi, momen romantis tadi malam ditonton orang?

Juna kembali melanjutkan, "Gue ngakak liat tingkah lo yang kek lintah ditabur garam. Gelinjang sana-sini. Ngulet kiri-kanan. Ngorek tanah pakai ujung sepatu. Anak-anak sampe taruhan,  kalau obrolan lo bedua berlanjut sejaam ajah, lo pasti berhasil buat satu sumur galian pakai ujung sepatu lo."

"Bangsat lu Jun," maki Salsa.

Eldva tertawa sebelum menyambung, "Besok kamu ke bangunan kostan baru yah. Saya ada proyek untuk kamu. Gali lubang septik tank."

Gelak tawa menggiring. Salsa mengumpat, "Taeee."

***

Usai merampungkan satu babak, Salsa bergabung bersama cewek-cewek; bergosip tentang perempuan cantik bernama Prisa yang seminggu ini tinggal bersama bapak kost mereka. Salsa hanya menjadi pendengar setia. Hitung-hitung setor muka biar masih dianggap.

Dictionary Of Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang