Girl 3

468 12 0
                                    

.Girl 3.
"APA?! Kamu udah mau nikah?" pekik teman-teman Gytha.

"Sshh... jangan berlebihan.." desisnya sambil menyeruput jus buah-buahan di hadapannya.

"Jadi, kamu udah foto pre wed? " tanya Alina, salah satu teman Gytha yang paling pertama menikah di antara Geng Gytha. Tentu saja rival terbesar Gytha selama SMP hingga lulus.

"hmm minggu ini, kami berencana untuk berfoto di pantai Hawaii. " jawab Gytha sambil tersenyum miring.

"Ohh.. kalau honeymoon? " tanya Alina lagi.

"Maldives, kebetulan Marcus punya tawaran villa di sana. Jadi yahh... why not ?" balas Gytha dengan senyuman yang sama. Ia sangat senang melihat Alina tidak bisa berkata-kata lagi.

"O...Ohh.. not bad.. aku juga berencana membeli rumah di Maldives dan tinggal di sana.." seru Alina sambil menunjukkan rumah yang ia akan beli.

Gytha hanya memandang malas, kemudian melihat ponselnya yang telah bergetar sedari tadi.

'Gytha, malam ini kita mau cari souvenir dan desain untuk acara pernikahan. Tolong datang ke rumah aku di jalan XXXX , jam 8 malam ini . Jangan telat. ' Pesan dari Marcus membuat Gytha panik, karena begitu ia melihat jam ponselnya di sana menunjukkan pukul 7.50.

"Guys, aku harus pulang sekarang. Ada yang mau ku bicarain dengan Marcus. " Gytha mengambil tasnya dan beranjak pergi.

Dengan cepat, Ia memasuki mobilnya dan mengendarai dengan lihai.
Ia adalah orang yang sangat tepat waktu , tentu saja hal seperti ini membuatnya panik.
.
.
Sesampainya ia di alamat yang tertera, Ia menekan bel rumah tersebut.

Bukannya Marcus yang keluar membuka pintu , melainkan seorang berambut cepak seperti lelaki yang keluar dan Ia sangat terkejut melihat Gytha.

"Anu.. maaf, apa ini benar-benar rumah Marcus?" tanya Gytha pelan.

"Ehem... Ya.." setelah berdeham dan menjawabnya, orang itu berlari keluar.

Gytha memandang heran orang itu sebentar, kemudian berjalan masuk.

Saat Gytha membuka pintu rumah besar itu, tak jauh darinya terdapat sebuah meja makan besar.
Di sana, Marcus duduk dan di hadapannya terdapat map serta makanan.

"Akhirnya kau datang, untung saja kau adalah ornag yang tepat waktu. Tadi aku sempat cemas." gumam Marcus, kemudian mempersilahkan Gytha duduk di hadapannya.

"Apa ini akan lama? Aku masih ada pekerjaan.." balas Gytha tenang.

"Hmm... Mungkin, tapi aku sudah membereskan souvenir dan desainnya. "

Gytha menarik satu alisnya, " lalu untuk apa aku disini? "

"Hooh.. tentu untuk membicarakan hal yang lebih penting. " jawab Marcus sambil menyodorkan map di hadapannya kepada Gytha.

Gytha membuka berkas itu dan ternyata hanya berisi 1 lembar kertas.

'Peraturan Pernikahan' Begitu judul kertas itu.

"Hmm.. jadi kita hanya Menikah Kontrak?" tanya Gytha sambil membaca satu persatu isinya.

"Bukan.. Menikah kontrak berbeda dengan ini. Menikah Kontrak ada batasan waktu , setelah itu mereka akan cerai. Sedangkan kita, agama kita tidak memperbolehkan kita cerai bukan? Maka itu, aku hanya membuat peraturan saja." jelas Marcus sambil menyesap tehnya.

Gytha menunduk dan tersenyum, "Hmm... Aku senang bersependapat denganmu. Tapi, tidak butuh membuat sesulit ini. Intinya, Kamu pilih itu, Aku pilih ini. Jadi kita urusi diri kita sendiri. Aku tidak perduli kau selingkuh atau tidak, intinya kita tidak boleh bercerai. "

Marcus tersenyum pula, "Ok, aku terima pendapatmu!" Setelah itu, Marcus merobek kertas yang di pegang Gytha.

Malam itu sudah pukul setengah 9, Gytha akhirnya selesai makan dan selesai mengurusi peraturan mereka.
Ia berdiri bersama Marcus.

"Mulai hari ini, peraturan ini akan dibuat dan bagi yang melanggar harus menuruti apapun yang di katakan oleh yang lain. " Gytha menjulurkan tangannya.

Marcus menerima salam dari Gytha, "Baik."
.
.
"Ngomong-ngomong, kau ada berapa saudara? Aku belum begitu tahu keluargamu."

"hm? Hanya aku dan Rina."

Gytha mulai berprasangka buruk, "Hmm... lalu siapa yang menyambutku tadi diluar? Dia berambut cepak dan lumayan tinggi."

Marcus terdiam dan berkata, "Bukankah kita berjanji untuk mengurusi diri kita masing-masing? Tidak perlu campuri urusan keluargaku!"

"Oh aku hanya mengira dia pencuri atau apa, tidak perlu menaikan nada suaramu begitu." Balas Gytha datar tanpa rasa takut.

Setelah berkata seperti itu, Gytha pulang.

Ms and Mr ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang