Letta sampai di pekarangan rumahnya. Dengan ragu menginjakkan kakinya di teras.
Letta's POV
Bagimana ini. Apa aku akan menceritakan semuanya pada Mommy dan Daddy. Tak usahlah. Toh itu juga hanya laki-laki biasa. Tapi dia lupa ingatan. Ah tidak. Tidak mungkin dia lupa ingatan. Dia ingat namanya. Ingat tempat tinggalnya. Tapi tidak tau ini tempat apa. Ah.. Harus bagaimana aku.
Ku ceritakan saja.
"Mommy.. Aku pulang" teriakku di mulut pintu.
Dimana mommyku, kenapa tak ada jawaban.
Aku masuk melewati ruang tamu yang memiliki aksen nude hampir seluruh bagiannya ini. Terus sampai ruang keluarga. Mommy tidak ada juga. Aku meneruskan langkahku sampai area dapur.
Rumahku tak begitu besar, tapi memiliki ruangan yang bisa dibilang sangat lengkap. Penataan ruangan yang rinci membuat rumah kami terlihat memukau. Dengan dominasi warna nude yang menenangkan, membuatku merasa sangat nyaman di rumah ini. Rumahku.
Aku sampai di ujung pintu bagian belakang rumah. Kuputar kepalaku bersama kedua bola mataku. Mencoba menemukan sosok yang kucari. Tertangkaplah sosok itu oleh mataku. Itu Mommy.
Kulangkahkan kakiku mendekat kearah Mommy yang berada di taman bagian samping. Dengan gerakan tangan yang gemulai, Mommy bersenandung dan sayup-sayup terdengar olehku dari kejauhan.
Menumbuhkan tanaman barunya. Ya. Sesuai dugaanku Mommy melantunkan mantranya untuk benih yang tersembunyi di balik tanah dalam pot merah bata berbentuk persegi panjang.Dengarkan nyanyianku
Serap udara
Ulurkan akarmu
Tinggikan batangmu
Suburkan daunmu
Buat cahaya mentari terus menaungimuPerlahan batang bunga ilac menyeruak dari tanah. Menunjukkan kuncupnya yang perlahan mengembang menjadi semak bertaburan bunga putih yang amat harum. Hidungku menangkapnya.
"Mommy! Baunya wangi sekali" ujarku sambil memeluk mommy dari belakang.
Dengan sedikit terlonjak mommy membalas pelukanku dengan memeluk kedua lenganku. "Kau ini, mengagetkan mommy saja. Darimana saja kau? " balas mommy dengan kepalanya yang mencoba menoleh kebelakang untuk menemukan wajahku.
Aku baru tersadar saat mommy mengatakannya. Ini sudah senja. Matahari hampir menyembunyikan dirinya.
Bagaimana dengan laki-laki itu? Ah, siapa namanya? Maxim. Bagaimana dengan makan malamnya?
"Hmm.. Aku dari danau mom" kataku menjawab mommy dengan pikiran tentang Maxim yang masih berkecamuk.~~~~~
Aku telah menghabiskan makan malamku. Seperti biasa, aku membantu Mommy mencuci piring dan merapikan meja makan.
"Mom" setelah bayangan Maxel terlintas lagu di kepalaku, kuberanikan diri memanggil mommy.
"Kenapa Le? ""Aku tadi berhasil menyuburkan tanaman yang hampir mati di pinggir danau"
"Benarkah? Itu kemajuan besar sayang"
"Dan aku juga bertemu dengan seorang pria"
"Wah.. Siapakah pria yang membuat anak gadisku seperti ini?" ledek Anna dengan senyum jahil mengembang di bibir tipisnya.
"Bukan begitu mom. Aku belum menyelesaikan kalimatku" rengek Letta.
"Baiklah.. Lanjutkan sayang"
"Tadi aku bertemu dengannya di danau mom. Aku sedang duduk dan melantunkan mantra untuk tanaman tadi. Tiba-tiba saja dia muncul dari dalam danau. Kukira dia tenggelam, lalu kutolong dia untuk naik ke tepian. Dia seperti orang linglung mom. Dia tak tahu tempat ini. Sekarang dia ada di rumah Anson. Bukankah sekarang aku harus mengirimkan makan malam untuknya. Aku terus menghawatirkannya. Mungkin saja sekarang dia sedang kelaparan"
"Jadi begitu. Antarkan saja makan malam kepadanya sayang. Mommy rasa itu lebih baik. Daripada kau terus-terusan cemas. Antarkan ini padanya" ucap mommy sambil menyodorkan keranjang kecil berisi roti dan beberapa makanan lain di dalamnya.
Senyumku mengembang. Aku merasa amat lega telah menceritakannya pada mommy. "Terimakasih mom. Aku berangkat ya" pamitku sembari mengecup pipi kanan mommyku sekilas.
"Hati-hati honey"
Author POV
Suara khas malam terdengar menemani Letta menuju rumah Anson. Suara nyaring yang didominasi gesekan sayap jangkrik dan kokok beluk burung hantu menyelingi.Letta sampai di depan pekarangan rumah Anson. Pintu tertutup dari dalam. Nampak seberkas cahaya dari dalam.
Artinya Maxim masih ada di dalam benak Letta. Tanpa sadar senyum mengembang di wajah manis Letta.
Letta membuka pintu yang terbilang besar itu begitu saja. Dilihatnya Maxim sedang duduk termenung di kursi bundar pojok ruangan."Hai! " sapa Letta riang.
"Oh. Hai! Kenapa kau malam-malam kesini? Apa kau tidak takut? "
"Tidak. Ini lingkunganku. Aku sudah terbiasa di sini. "
"Begitu. Kau belum menjawab satu pertanyaanku"
"Oh, iya. Aku membawakanmu makan malam Maxim" ujar Letta sembari menyodorkan keranjang kecil yang dibawanya.
"Wah.. Nampaknya sangat enak" Maxim meneguk salivanya setelah Letta membuka tudung yang menutupi keranjang.
"Kau makanlah, aku akan pulang sekarang"
"Kenapa secepat itu? Tunggulah disini sampai aku selesai makan"
"Tidak Max, aku takut daddy mencariku. Dia akan marah nanti kalau tahu aku berkeliaran malam hari. Dan aku juga belum memberihtaunya tentangmu. Aku hanya bercerita pada Mommy" jelas Letta.
"Baiklah. Berhati-hatilah Le"
"Pasti. Bye"
"Hmm" jawab Maxim dengan masih memandangi punggung Letta yang makin menjauh dan hilang di telan gelap malam.
Bagaimana aku merasa senyaman ini dengan seseorang yang baru ku kenal lirih Maxim.
Wah.. Gak kerasa udah lebih seminggu gak update. Maafin yah. Aku bener-bener lagi ribet sama urusan sekolah. (dilemparin sisa popcorn)
Moga kalian suka dan baca terus yah ^^. (ngarep (banget tau))
Aku udah yakin sama endingnya ini cerita. Kalo dibayangin sih seru, tapi ga tau gimana ntar kalo udah jadi tulisan. Aku selalu berharap kalian suka.
Jangan lupa Vomment yah^^

KAMU SEDANG MEMBACA
My Own Songs
FantasyKembalilah wahai alamku Tidurlah lelap kembali Kan kupanggil kau nanti Saat kubutuhkan bantuanmu