Jati Diri Sesungguhnya

14 2 0
                                    

Malam ini Letta bersandar di kepala ranjang kamarnya. Ia mencoba tidur setelah barusan memikirkan Maxim.

Ya. Maxim. Pria yang belum lama ia temui. Anehnya ia merasa nyaman saat bersama Maxim. Apapun itu ia nyaman. Bicara bersamanya membuat hati Letta tentram. Tak ada rasa asing dalam hatinya. Hanya gejolak dalam hatinya yang tak menentu saat mereka bersama. Letta tak tahu apa itu. Ia hanya membiarkannya menjalar di seluruh hati dan tubuhnya.

Mata Letta mulai terpejam dengan senyum lebar di wajahnya. Bayangan langit-langit temaram mulai kabur.

~~~~~

"Mom, aku akan keluar sebentar" pamit Letta pada Anna dengan kecupan singkat di pipi kanan Anna.

"Hmm"

Letta sudah sampai di pekarangan rumah yang ditinggali Maxim selama ini. Dibukanya pintu rumah besar itu. Ia tak menemukan siapapun di dalamnya.

"Kemana dia" batin Letta.

Ia memutuskan mencari keseluruh ruangan, tapi yang dicarinya tidak diketemukan.

"Max, dimana kau? Max, keluarlah. Kau tidak sedang bersembunyi kan? "

"Kenapa juga aku bertanya seperti itu " batin Letta merutuki ucapannya sendiri.

Letta keluar setelah rasa keputusasaannya muncul. Ia mulai lelah mencari Maxim. Dengan langkah gontai ia menuju danau.

Langkahnya tiba-tiba terhenti karena mata emasnya menemukan punggung Maxim. Melangkah gembira ia mendekati Maxim.

"Kau kenapa? " tanya Letta karena ekspresi Maxim yang ketakutan.

"Tempat apa ini? Kenapa mereka bisa melakukan itu? " jari telunjuk Maxim mengarah pada segrombolan gadis kecil bersama lima wanita berlatih menyenandungkan nyanyian mereka. Kemudian bunga-bunga indah mulai tumbuh. Bermunculan.

"Kau tidak tahu? Apa kau tidak dapat menyenandungkan mantramu? "

"Mantra? Mantra macam apa yang kau bicarakan? Di tempatku berasal tidak ada hal semacam ini"

Letta terkekeh. "Apa kau bercanda, Max? "

Tidak ada. Tidak terlihat raut candaan di wajah Maxim. Letta tak menemukannya. Hanya ekspresi terkejut sekaligus takjub yang nampak.

"A..apa kau serius Max? "

"Wah.. Ini benar-benar ajaib. Kau tahu, aku belum pernah melihat ini. Apa benar kalian penyihir? Kupukir itu hanya legenda atau cerita dongeng"

"A..aku tak mengerti maksudmu. Bagaimana bisa kau tidak tahu penyihir? Bukankah kau juga penyihir? Kenapa berkata seperti itu? "

"Aku tidak berasal dari kota ini, Le. Aku bahkan tidak tahu kalau penyihir benar adanya. Bagaimana bisa aku seorang penyihir"

"Tidak mungkin. K..kau harus secepatnya pergi dari sini. Kau harus pergi Max! " Letta mulai meneteskan air mata. Ekspresi wajahnya menakutkan. Ia amat sangat ketakutan. Tangannya mulai gemetar. Teringat akan sesuatu yang amat berbahaya. Baginya, keluarganya, bahkan kotanya.

"Kau kenapa, Le? Kenapa menangis? "

"Kau harus pergi Max" tersadar dari keterkejutannya, Letta menarik tangan Maxim menjauh dari penyihir lain.

~~~~~

"Le, jelaskan padaku. Kenapa kau seperti ini? " tanya Maxim.

Saat ini mereka sedang berada dalam rumah Anson. Letta tengah mencari sesuatu di ruang perpustakaan rumah ini. Lebih tepatnya mencabik-cabik tumpukan buku itu. Ia tidak bisa tenang. Ia harus cepat menemukan buku itu. Rahasia dunia lain yang belum pernah ia ketahui seluk beluknya. Ia hanya tau.

~~~~~

Para penyihir dulunya tinggal berdampingan dengan para manusia. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Para penyihir menumbuhkan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh para manusia. Juga memelihara alam dengan nyanyian mantra mereka.

Hanya saja sebelum para pemburu penyihir ada. Mereka muncul karena para penyihir menolak ajakan untuk bekerjasama mendirikan sebuah tempat penghasil smirk. Tumbuhan berbahaya yang hanya dapat ditumbuhkan para penyihir. Harganya amat mahal, karena itulah orang-orang jahat itu berencana memperalat para penyihir untuk menumbuhkannya.

Sebab konflik itu, sekarang panyihir dan manusia hidup terpisah. Para penyihir berhasil menciptakan gerbang menuju kota Lombert. Ya. Gerbang rahasia di dalam danau.

~~~~~

"Letta, jawab aku! " teriak Maxim yang mulai kesal karena sedari tadi Letta tidak menjawab pertanyaanya. Letta terus saja mencari buku itu.

"Ketemu! " seru Letta. Dengan cepat dibukanya buku itu. Lembar demi lembar sampai pada gerbang rahasia. Gerbang yang berada di dalam danau. Tertulis, gerbang itu dapat terbuka saat bulan purnama naik tepat di atas kepala.

"Apa itu? " tanya Maxim yang sedari tadi menyimak.

"Akan kujelaskan padamu"

Kenapa aku terlambat update lagi :'(
Maafkan author yang keparat ini :'(
Moga suka ya..
Keep Vomment ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Own SongsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang