Empat

20.6K 1.2K 33
                                    

#Wish7: Melepas rindu (Aldo)

#Wish8: Dugaan benar (Olivia)

**

Diam-diam Olive tersenyum. Cowok itu tidak benar-benar membencinya. Tapi seketika senyuman itu luntur. Mungkin sebagai seorang cowok tulen, Aldo tidak mungkin meninggalkan dirinya di sekolah di saat sore menjelang malam itu. Dan sampai sekarang ia tidak tahu mengapa Aldo terlihat tidak suka dengannya.

"Perempatan belok kiri, komplek Puri Kencana" ujar Olive dangan kepala yang agak condong ke depan agar Aldo dapat mendengar jelas suaranya. "Rumah lo?" Tanya Aldo tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan kota Jakarta itu.

"Iyalah bego, yakali rumah lo" Olive menoyor kepala Aldo dan sempat membuat cowok itu oleng mengendarai motornya. "Heh, curut! Gausah pake noyor bisa kali. Gue lagi nyetir nih, kita jatoh lo juga yang sakit" protes Aldo.

"Lah elo, pake nanya segala. Gue jadi greget sendiri, kan" jelas Olive. "Rumah gue juga di PK, oding!" Ujar Aldo dengan nada yang lebih tenang.

Olive membelalakan matanya, "demi apa lo? Blok apa? Semoga gak deketan". Aldo refleks menautkan alisnya, walaupun tentu saja perempuan yang sedang diboncengnya itu tidak bisa melihat. "Emang siapa yang mau deketan sama lo, idih. Gue blok B"

Olivia refleks juga menghembuskan nafas lega, "gue blok E, yes!"

"Siapa?" Tanya Aldo.

Olive mengernyit bingung, "siapa apanya?"

"Yang nanya" jawab Aldo datar, membuat Olive mengumpat, "sialan"

Tak beberapa lama kemudian motor ninja merah itu memasuki komplek Puri Kencana. Aldo tersenyum kecil pada satpam yang sedang berjaga.

"Yang ada mobil CR-V item, tuh" tunjuk Olive pada sebuah rumah bercat oranye. Lantas Aldo segara menepikan motornya. Setelah turun dan mengucapkan terima kasih, Olive langsung memasuki rumahnya dan disambut oleh adiknya yang sedang bermain playstation.

"Mama mana, dek?" Tanya Olive pada Rayhan. "Dapur" jawabnya singkat. Olive langsung berjalan menuju dapur dan menyalami ibunya itu. "Tadi ada tugas fisika, banyak banget, ribet kalo dibawa ke rumah" jelas Olive sebelum Rista--ibu Olive-- sempat bertanya.

Setelah itu Olive meninggalkan ibunya dan menaiki tangga menuju kamarnya. Sebelum ia memasuki kamar mandi, ada satu pertanyaan yang mengganjal di pikirannya. Emang kalo rumah gue deketan sama Aldo kenapa? Toh, gak ada benefitnya juga buat gue. Siapa juga yang mau main ke rumahnya?

**

Berbeda dengan Olive, Aldo yang pulang terlambat lantas diomeli oleh mamanya. "Kemana aja kamu, Do? Kok baru pulang jam segini? Jangan bilang ngapelin pacar dulu?" Tanya mamanya bertubi-tubi. "Ya kali ngapelin pacar. Ketiduran di perpus ma, hehe" Aldo nyengir kuda.

Rossie--mama Aldo-- hanya menggelengkan kepalanya, "mabal aja, terus, mabal. Gedenya pengangguran baru tau rasa"

Aldo tertawa garing, "cuma pelajaran bahasa kok, tadi gurunya sempet ganti gak kayak biasa dan kelasnya ngebosenin setengah mampus," jelasnya. Rossie menaikan sebelah alisnya, "emang kalo gurunya kayak biasa kamu gak akan mabal?". Aldo nyengir lagi memperlihatkan giginya yang bederet rapi, "mabal juga, sih,"

 
"Mulai sekarang gaboleh mabal lagi ah, udah mau kelas 12. Mau UN" nasihat Rossie pada anak bungsunya itu. Aldo mencibir, "kelas 11 semester dua aja baru mulai ah ma. Kampret lagian Indonesia kenapa mesti ada UN coba?"

Rossie berdecak pinggang, "apa? Mau ngejek Muhammad Nuh?" Aldo langsung menggelengkan kepalanya. "Udah ah, Aldo mau mandi dulu"

**

"Sorry Div, gue telat. Macet" ujar Olive kepada Diva yang sedang pemanasan diikuti anak basket lainnya. "Macet dari hongkong! Nih gue aja gak telat" ejek Aldo. "Katanya ketua, kok belum apa-apa udah telat?"

Olive langsung mendelik ke arah Aldo yang berada cukup jauh darinya. Tetapi suaranya masih jelas terdengar. Dan sekarang cowok itu sedang melihat ke arah lain, pura-pura tidak tahu. "Berisik si yang di ujung!" Sewot Olive. Hari ini hari sabtu. Ada latihan tambahan basket untuk mengumumkan ketua klub basket baru, yaitu dirinya.

"Duh, udah keliatan nih benih-benih cintanya" ejek Diva. Olive langsung melotot dan menjitak kepalanya, "sembarangan lo, ah." Diva terkekeh kecil dan setelah itu menepuk tangan dua kali, menginstruksikan semua anggota basket putri untuk mengakhiri pemanasan dan memberikan perhatian sepenuhnya untuk dirinya yang akan berbicara.

"As you know, besok gue bakal pindah ke Bandung," jeda Diva. "Otomatis ketua basket putri bukan gue lagi. Sedangkan kita bakal ada turnamen besar dua bulan lagi. Oke ralat, kalian. Dan dari waktu itu gue udah mutusin siapa yang bakal gantiin gue" oceh Diva panjang lebar dan selanjutnya melirik ke arah Olive.

Olive hanya tersenyum kaku. Diva segera lanjut berbicara, "iya, cewek yang beridiri di sebelah gue ini bakalan jadi ketua klub basket putri JB nantinya. Olive. Mungkin beberapa dari kalian baru ngeliat, karena dia emang anak baru disini. Maaf karena gue langsung pilih dia dan gak pilih salah satu dari kalian aja. Asal kalian tahu, Olive itu mantan ketua klub basket SMA Nusantara Bandung, dan mereka udah beberapa kali menangin turnamen besar. Se-Jawa Barat juga udah, ya, Liv?" Diva mengerling jail pada Olive. Yang dilirik hanya tertawa garing, "Yaaa, gitu deh". Anak-anak lantas bertepuk tangan. "Bukan cuma gara-gara dia mantan ketua basket Nusantara. Skill-nya mantep abis. Kemaren baru aja ngalahin Aldo" lanjut Diva yang malah lebih terdengar seperti salesman mempromosikan produknya. Sial.

Kini giliran Olive yang menyampaikan sepatah dua patah katanya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ehm, sejujurnya gue bingung mau ngomong apa," jedanya. "Yang penting, salam kenal, ya. Semoga kalian bisa menerima gue dengan baik dan tentunya bisa bekerja sama untuk turnamen dua bulan lagi." Melihat anak-anak yang belum juga meresponnya, lantas ia bertanya, "ada pertanyaan?"

"Olive! Udah punya pacar belom?" Celetuk seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari Aldo. Yang ditanya hanya memutar bola matanya, "out of topic! Kalo udah, kenapa? Kalo belom, kenapa?"

Laki-laki yang berada di sekitarnya tertawa keras, "sewot amat, om!" Sumpah demi apapun ini horror abis. Berasa berhadapan sama preman pinggir jalan, Batin Olive.

Setelah itu semua anak-anak yang tergabung dalam klub basket JB kembali latihan seperti biasa.

**

Sepulang latihan, Aldo memutuskan untuk mampir ke Starbucks Coffee. Hanya sekedar nongkrong seperti anak remaja pada umumnya. Kebiasaan yang selalu ia lakukan tiap kali malas untuk langsung pulang ke rumah.

Setelah memesan càffe americano, minuman favorite-nya, ia menempati salah satu meja yang tidak telalu berada di pojokan, tetapi cukup nyaman karena bersebalahan dengan kaca besar. Bingung, akhirnya Aldo mengotak-atik iPhone-nya yang sebenarnya tidak terdapat notif apapun.

Tiba-tiba ia teringat Katya. Berlandaskan iseng, akhirnya Aldo menelepon sepupunya itu. Nada dering ketiga, Katya menjawab panggilannya.

"Bang Aldo! Kemana aja? Katya kangen gilak!" Pekik gadis itu, membuat darah Aldo sedikit berdesir. Ia rindu panggilan 'Bang Aldo' yang notabene hanya Katya yang memanggilnya dengan panggilan itu.

"Kamu yang kemana aja Kat, kapan nih Jakarta lagi?" Tanya Aldo dengan semangat. Bagaimana tidak, ia memang rindu sekali pada sepupunya itu yang sempat mencuri ha--ehm, tidak usah dibahas.

"Minggu depan, yuk! Jemput aku di Bandung"  

Aldo tampak menimbang-nimbang, kemudian mengangguk. Walaupun ia tahu bahwa Katya tidak mungkin melihatnya. "Kayaknya bisa, fix ya minggu depan. Awas php"

Katya terkekeh kecil, "alay ah,"

Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Aldo memberanikan diri untuk bertanya, memantapkan hatinya bahwa ia sudah benar-benar berpaling. "Gimana gebetan kamu yang waktu itu, Kat?"

Sabtu, 3 Mei 2014

Hai, hai! Ada yang kangen? Ngga? Okay. Ternyata gue sempet update di hari-hari menjelang UN hahahah. Ini juga ngetik di tab disela-sela ngerjain kumpulan soal sampe butek. Dan ini gak enak parah. Jadi maaf kalo ada cacat dan sebagainya. Maaf juga makah jadi curhat, sekian.

H-2 gila! Perasaan udah campur aduk.

Aldolivia [ DISCONTINUED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang