#Wish15: Nggak makin kepo (Aldo)
#Wish16: Nggak ketahuan (Olivia)
**
Aldo mengotak-atik iPhone Olive yang tadi ia ambil di dalam tas cewek itu. setelah menemukan kontak mamanya, ia langsung meneleponnya. Selang beberapa detik, wanita setengah baya itu mengangkatnya.
“Iya, Liv?”
“Ha—Halo, tante..” suara Aldo terdengar gugup.
“I.. iya? Ini siapa, ya?”
“saya Aldo, tante. Temennya Olive. Cuma mau ngasih tau, kalo tadi Olive pingsan, terus saya bawa ke RS Merpati. Sekarang lagi ditangani dokter”
“Olive pingsan?” dapat Aldo rasakan kepanikan terpancar dari cara berbicara Rista. “Oke, tante kesana sekarang”
Setelah bertikar salam, Aldo kembali duduk di kursi tunggu. Pikirannya menjalar kemana-mana. Dari mulai apa penyakit yang diderita Olive sampai lantas mengapa cewek itu bisa menjadi kepten basket di sekolahnya dulu sedangkan ia tahu kalau dirinya mempunyai penyakit? Oke, sebenarnya Aldo hanya sok tahu. mungkin saja Olive tidak mempunyai penyakit, tapi ia hanya terlal capek. Tetapi jika hanya terlalu capek mengapa tadi ia menelan beberapa pil obat saat kondisinya seperti itu?
Sebelum pertanyaan yang muncul di otaknya semakin banyak, ia buru-buru menepis dan membuang ini jauh-jauh. Buat apa juga memikirkan hal yang sama sekali bukan urusannya? Dengan cepat ia mengambil iphone miliknya di saku dan mengabari mamanya bahwa ia sedang di rumah sakit mengantar temannya yang pingsan.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka. Pintu kamar yang ditempati Olive ternyata. Ia buru-buru berdiri di hadapan sang dokter.
“Maaf, anda siapa-nya Olivia?” tanya dokter itu dengan sopan. Aldo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Saya temennya, dok”
Mendengar jawaban Aldo, dokter itu manggut-manggut dan membuka pintu lebih lebar lagi. “Kalo begitu anda boleh masuk. Tetapi Olivia belum sadar dan masih butuh istirahat. Anda sudah menelepon keluarganya?” tanyanya. Aldo mengangguk, “Saya sudah menelepon mamanya dok, kayaknya bentar lagi dateng”
“kalo sudah datang, suruh ia ke ruangan saya, Dr. Tony” pintanya. Aldo lagi-lagi mengangguk dan akli in ia berjalan memasuki kamar Olive.
Terlihat Olive yang terbaring tak berdaya. Nafasnya teratur dan wajahnya sangat tenang. Tangan kirinya tersambung dengan selang infus. Aldo menarik salah satu kursi lalu duduk tepat di sebelah ranjang Olive.
Ia hanya memandangi dan memperhatikan wajah Olive dengan seksama dari mulai alisnya yang tergolong tebal, hidungnya yang tidak mancung dan tidak juga pesek, dan mulutnya yang tipis. Tanpa sadar Aldo tersenyum tipis, sayang ya, lo disekolah gak pernah ada ekspresi. Keliatannya aja jutek, angkuh, tapi kalo tidur gini lo keliatan kayak orang gak berdosa. Batinnya.
Tetapi jelas ia tahu bahwa dibalik wajah damai Olivia ketika tidur, ia banyak rahasia yang ia simpan dengan rapi sehingga sama sekali tidak diketahui oleh orang-orang. Ia terlihat kuat di depan, di luar. Rapuh di dalam.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, menampakkan seorang wanita setengah baya dengan rambut yang terurai panjang. Sangat mirip dengan sosok Olivia. Tanpa berpikir panjang, ia sudah dapat menyimpulkan kalau itu mamanya Olive.
Aldo tersenyum kaku, “hai, tante..” sapanya. Rista tersenyum hangat, “makasih udah bawa Olive kesini, ya” selanjutnya Rista berjalan ke arah ranjang yang Olive tiduri.
Aldo teringat sesuatu, “Maaf tante, tadi aku disuruh Dokter Tony katanya tante disuruh ke ruangannya”
Rista mengangguk paham, “kalo gitu kamu tunggu disini dulu sampe Olive sadar, gak apa-apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldolivia [ DISCONTINUED ]
Ficção AdolescenteRivaldo Bagaskara yang notabene merupakan ketua klub basket putra SMA Jaya Bangsa awalnya merasa risih dengan tergantinya ketua klub basket putri. Olivia Geraldine, murid baru yang belum apa-apa sudah diangkat menjadi ketua klub basket putri SMA Jay...