Dua

24.8K 1.3K 34
                                    

#Wish3: Move on (Aldo)

#Wish4: Jangan sekarang (Olivia)  

 **

Anjrot, dia cewek apa cowok? Skill nya mantep abis. Batin Diva selaku wasit dalam permainan ini. Daritadi ia berdecak kagum atas permainan Olive. Pasalnya, Aldo sama sekali belum pernah dikalahkan oleh perempuan dalam masalah basket. Ia melihat papan score, dan rupanya Olive hampir menyusul score Aldo. Hanya selisih 3 poin.

Olive sudah beberapa kali merebut bola dari tangan Aldo dengan mulusnya. Dan beberapa kali juga Aldo berdecak kesal. Baik pada Olive maupun dirinya. Bagaimana bisa ia yang notabene dewa-nya basket seantro JB hampir dikalahkan oleh seorang cewek yang skill basketnya melampaui rata-rata.

“Two minutes left!” teriak Diva dari ujung lapangan. Membuat mereka yang bermain menoleh sebentar kearahnya dan langsung menambah fokus pada bola berwarna oranye itu. Begitu bola berada di tangannya, Aldo langsung menggiringnya ke arah ring basket. Bukannya pasrah, tapi Olive malah mengejar Aldo dan dengan gesit ia merebut bolanya. Kini bola berada di tangan Olive. Aldo sendiri hanya mencak-mencak gak jelas, bisa-bisanya disaat ia nyaris mencetak poin cewek itu malah merebut bolanya.

And, Shoot! Olive pun menambah tiga poin untuk dirinya. Dan bertepatan dengan itu Diva berteriak baha waktunya sudah habis . Entah kenapa, yang langsung dilakukan Olive adalah berlari mengambil tas nya yang ada di bangku penonton dan berlari keluar dari area lapangan basket.

“Olive!” walaupun Diva sempat memanggilnya, tetapi itu tidak membuat Olive berhenti dan menoleh ke belakang. Keduanya—Diva dan Aldo—hanya mengernyit bingung.

Diva melirik Aldo yang duduk di salah satu kursi panjang khusus pemain jika ada pertandingan sambil meminum air mineral-nya dengan ganas. “gue jadi heran, Olive tuh cewek apa cowok sih?” tanya Diva tanpa melirik Aldo. Sementara yang ditanya hanya memutar bola matanya, “lo liat aja sendiri. Perosotin celananya”

Detik selanjutnya Diva melotot ke arah Aldo, “ih apaan, deh” jedanya. “bukan itu maksud gue oding, skill basket nya itu loh,”

Aldo berdecak, “gue lagi gak konsen tadi,” dan selanjutnya ia bersender di dinding. Diva menaikkan sebelah alisnya, “emang siapa yang bahas tentang kekalahan lo? Hm? Siapa?”

“anjrit,” umpat Aldo. “tapi kalo udah ngomongin begituan pasti menjurus ke kekalahan gue kan?”. Diva justru terkekeh, “iya juga sih”

“like seriously, dia emang punya skill diatas rata-rata. Gak salah gue ngerekrut dia jadi anggota bakset JB” ujar Diva. Sementara Aldo hanya menanggapinya dengan gumaman.

“Do,” Diva menepuk pundak cowok disebelahnya. “tapi tadi kenapa Olive langsung pergi gitu ya? Bahkan gue belum ngucapin selamat”. Aldo mengangkat bahunya acuh, “tanya aja sama orangnya langsung, sono. Mana gue tau”

Diva berdecak kesal, “ish, sensi amat om”

“berisik”

**

Aldo masuk ke dalam rumah dengan langkah yang gontai dan muka yang kusut. Rasanya ingin segera mandi dan langsung berpacaran dengan kasur tercinta-nya. Begitu dirinya hendak menaiki tangga menuju lantai dua, sebuah suara yang memanggil namanya membuat langkahnya terhenti.

“berisik, elah” jawab Aldo. Kakak perempuannya, Friska, yang sedang menonton tv menoleh ke arahnya dengan wajah kaget den selanjutnya ia menggeleng. Aldo membelalakan matanya, “demi apa?!” detik selanjutnya ia berlari dengan kecepatan tinggi menuju kamarnya di lantai dua. “maaf ma, dikira Friska. Aldo sayang mama muah!”

Aldolivia [ DISCONTINUED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang