Tujuh

16.6K 1K 50
                                    

#Wish13: Terjawab (Aldo)

#Wish14: Tidak ada yang tahu (Olivia)

**

Olive duduk di kursi penonton sambil menyeka keringatnya. Latihannya kali ini benar-benar menguras tenaga, jauh seperti yang dibayangkannya. Benar apa yang diucapkan Aldo, coach mugy sedari tadi tidak berhenti menyuruh anak-anaknya berlatih mulai dari teknik mendribble sampai teknik merebut bola dari lawan. Pantas saja JB selalu memenangkan turnamen basket. Tentu skill itu sudah dikuasai oleh Olive, tetapi tentu mau tidak mau harus mengikuti latihan ini. Tidak mau dikira sombong juga. 

"Olive!" Panggil coach mugy. "Kamu kok udah duduk lagi? Latihannya belum selesai!" 

Olive buru-buru menutup botol air mineral-nya dan dimasukkan ke dalam tas. Lalu terpaksa kembali ke lapangan. Padahal, ia sudah merasakan tubuhnya mulai lemas. Karena tidak mau mengecewakan pelatih dan anak-anak lainnya, ia tetap melanjutkan latihan. 

Kali ini rupanya sesi pertandingan kecil antara tim 1 dan 2 basket putri. Olive sendiri tergabung ke dalam tim 1. Laki-laki memang tidak bertanding karena sudah hari senin. Dan kini mereka boleh pulang. Oh enaknya. Dengan segera ia berdiri di tengah lapangan, berhadapan dengan Naura yang merupakan kapten tim 2. 

Seiring dengan peluit yang dibunyikan, bola dilambungkan oleh Coach Mugy ke udara. Keduanya menepuk bola secara bersamaan. Hingga akhirnya Olive berhasil menguasai bola dan mendribble nya ke arah ring. Merasa posisinya kurang aman karena dikepung oleh lawan, ia segera mengopernya pada salah satu teman satu tim-nya. 

"Do, gila skill-nya Olive mantep abis. Pantes lo kalah waktu itu" celetuk tristan pada Aldo, pandangannya serius ke depan. 

Aldo hanya memutar matanya, "berisik lo gausah ngungkit itu" 

"Santai boss" kini Ricky yang bersuara. Ketiga nya memang masih berada di sekolah setelah latihan putra dibubarkan. 

"Kalo gini caranya sih basket putri JB udah pasti menang entar" ujar Tristan.

Aldo menoleh, "lo belum tau, sih." Tristan mengerutkan dahinya, "apaan?" Tetapi Aldo buru-buru menggeleng,"enggak, bukan apa-apa." Beruntungnya, tristan hanya manggut-manggut tanpa bertanya apa-apa lagi. 

"Lo serius bakal ngepoin dia?" Tanya Ricky kurang yakin. Memang, jika dipikir-pikir tindakan Aldo ini terlihat kurang kerjaan. Tapi kali ini rupanya Aldo serius, tidak main-main. 

"Kapan coba gue bercanda?" Yang ditanya malah balik bertanya. 

"Terus sekarang?" 

"Gue bakal nunggu disini sampai dia pulang. Kali aja dia dijemput telat atau gimana" jawabnya. 

"Oh," jeda ricky. "Gue mau pulang sekarang. Serius lo?" Aldo menjawabnya dengan anggukan yakin. "Iyee, yaudah sana lo kalo mau pulang. Tan? Lo pulang bareng Ricky?" 

Tristan yang dari tadi serius memperhatikan pertandingan putri lantas menoleh. "Enggak, ah. Gue pulang sendiri aja. Gak enak ikut Ricky mele" 

Ricky memandangnya dengan alis yang terangkat sebelah. "Yakin, lo? Mobil lo masih di bengkel kan? Tadi pagi aja ke sekolah masih numpang gue" 

Aldo mendorong bahu tristan, "udah sana lo ikut Ricky. Galih Adit udah pulang kan?" 

"Beneran, nih, gamau?" Tanya ricky sekali lagi. Kali ini ia berjalan keluar area lapangan basket. Tetapi dengan cepat tristan bangkit dan mengejar Ricky. "Tingguin gue!" 

**

Sementara itu Olive masih bermain dengan lincah di lapangan. Meski ia tahu tubuhnya itu sudah benar-benar lemas. Tetapi untungnya sepasang kaki yang ia miliki masih mampu menopang tubuhnya. 

Menurutnya, selama pandangannya belum kabur dan kakinya masih kuat, ia akan tetap bermain. "Dua menit lagi!" Coach Mugy berteriak. "Olivia! Jangan lemes gitu dong" 

Nafasnya benar-benar tidak teratur. Ia menumpukan kedua tangannya di lutut. Begitu peluit tanda waktu habis dibunyikan, secepat kilat Olive menuju kursi penonton dan mengambil tasnya. Lalu berlari meninggalkan area lapangan. Berlari tak peduli kemana, yang penting tidak ada satu orangpun yang melihatnya dalam keadaan seperti ini. Alasannya sederhana; ia tidak mau orang-orang menatapnya dengan tatapan mengasihani. Ia benci itu. 

Tempat aman yang ia lihat saat itu adalah lab biologi. Tanpa berpikir panjang ia masuk kesana dan duduk memojok. Mengobrak-abrik tasnya dan mencari sebotol air mineral dan obat yang selalu ia bawa. Dengan kasar ia memasukkan obat itu ke dalam mulut dan mendorongnya menggunakan air. Setelah itu ia mencoba menormalkan deru nafasnya yang tersenggal-senggal. 

Tanpa ia sadari, Aldo sedang memperhatikannya di balik tembok lab biologi. Anjrit, gue gak tau kalo dia gak sekuat keliatannya. Batinnya. Saat itu juga ia merasa ada yang aneh pada dirinya. Hatinya -mengatakan kalau ia harus menghampiri Olive. Tetapi otaknya berkata bahwa ia tak perlu repot-repot menemuinya.

Setelah terjadi peperangan antara batin dan otak, akhirnya ia memutuskan untuk masuk dan segara menghampiri Olive. Meski ia melangkah pelan karena sejujurnya ia masih ragu. Namun setelah jarak dirinya dan Olive semakin dekat, ia memberanikan diri untuk memanggilnya. “Liv..”

Sepersekian detik kemudian ia mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya. Raut wajahnya benar-benar tak bisa dijelaskan. Antara menahan sakit dan kaget melihat Aldo yang ada di depannya.

Aldo maju satu langkah mendekatinya, tetapi dengan cepat ia berteriak. “jangan mendekat!”. Aldo lantas kaget, ia mengerutkan keningnya sambil maju satu langkah lagi.

“gue bilang jangan mendekat!” Olive memegang dadanya, perlahan air matanya turun. Menahan rasa sakit yang terasa begitu hebat di dalam tubuhnya.

“Liv, gue—“ omongan Aldo terpotong begitu Olive kembali berteriak. “KELUAR!”

Tetapi Aldo tetep diam di tempatnya, tidak mundur ataupun maju. Cewek ini lemah. Batinnya. Olive yang masih mencoba menormalkan deru nafasnya kembali bersuara. “lo yang keluar atau gue yang keluar” tetapi kali ini suaranya rendah.

“liv,” panggil Aldo. “niat gue nyamperin lo itu ba—“ omongannya lagi-lagi terpotong karena seketika tubuh Olive terkulai di lantai.

“Olive!” tanpa ragu-ragu ia mengangkat tubuh cewek itu masuk ke dalam mobilnya. Sialnya semua anak basket termasuk coach mugy sepertinya sudah pulang. Karena JB memang sudah terlihat sepi.

Agak repot juga mengangkat tubuh Olive yang notabene tidak kurus dan tidak gemuk itu sendirian dari lab biologi menuju tempat parkir. Jaraknya pun tidak dekat.

Kali ini ia sangat bersyukur hari ini ia berangkat ke sekolah menggunakan mobil. Begitu ia udah meletakkan Olive di jok belakang, ia buru-buru menjalankan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. 

Senin, 19 Mei 2014

Maaf late  update dan ini pendek pake banget. Kegiatan sekolah banyak lagi. Tae. Makasih banget buat yang kemaren kemaren udah jawab pertanyaan gue hehe. Btw banyak yang gak ngerti #Wish nya ya? Sebenernya kalo ini kue, itu cuma semacam garnish. Gak begitu penting. Awalnya gue pengen ngikutin Winna Efendi di bukunya yang Refrain, pake #Wish gitu. Eh taunya banyak yang gak ngerti, mending gue hapus aja apa gimana nih? HEHEHEHE. 

Btw plis ini asdfghjkl kenapa konser 1D di Indo mendadak banget wtf gue galau, sekian.

Aldolivia [ DISCONTINUED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang