Tiga

252 16 0
                                    

Kuharap kau akan bahagia.
Aku bahkan tidak bisa mengatakan kebohongan yang sama.
Aku hanya berdoa agar kau kembali, maafkan aku.




Enjoy!


Hari ini aku datang ketoko lebih awal, untuk menunggu pengiriman paket baju yang sudah aku pesan.

Beberapa pegawai wanita ku datang juga untuk membantu. Kami sudah seperti keluarga sendiri karena pada dasarnya kami pernah mengenal sebelumnya.


"Ini sudah semua, trimakasih ya Pak Azka,". Aku tersenyum setelah mencentang pesanan terakir yang juga sudah terkirim.

"Sama-sama Na, gimana bayi kamu sehat?,". Azka melihat perutku.

Aku tersenyum. "Alhamdulilah Sehat Pak,".

"Kemarin Suami kamu ke Jakarta kan, Kenapa gak coba omongin baik-baik sama dia siapa tau peka,". Pak Azka ini orangnya humoris dan serius di saat yang bersamaan.

Aku tersenyum sembari menunduk, "Kami bertemu kemarin saat di Grandmedia dan ku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan pak,".

"Dia tau kan kamu hamil Na?,". Pak Azka mengerenyitkan dahinya.

"Ya dia tau,". Aku tersenyum lemah.

"Brengsek banget suami kamu itu, kok gak ada niatan bawa kembali istrinya yang lagi ngandung anak dia?,". Pak Azka nampak emosi .

Aku hanya terdiam, tak mempunyai jawaban akan apa yang di ucapkan pak Azka.

"Nak Om harap jangan meniru Papamu, jadilah laki-laki kuat yang menjaga Mama mu,". Aku tersentak saat Pak Azka menyentuh perutku,

"Bagaimana bapak tau kalau anak saya Laki-laki,". Aku menatapnya binggung kemudian mundur selangkah merasa tak nyaman pak Azka menyentuh perutku.

Dan dia tertawa, "kelihatan dari semangat kamu Na dan juga kalau kamu ingin sesuatu bilang sama aku jangan sungkan setidaknya ada yang memenuhi keinginan Anak mu,".

Aku tersenyum, "trimakasih atas perhatianya Pak,".

"Sama-sama, aku pergi dulu ya masi ada yang harus aku urus,", kemudian Pria berumur 26 itu meninggalkan Emperan toko dan pergi dengan mobil Box besarnya.

Aku menarik nafas dalam merasa agak kurang nyaman dengan situasi ini. Apa lagi tak sedikit yang tau aku adalah seorang istri .

"Mbak Naya keliatanya Pak Azka ada rasa lo sama mbk,".

"Jangan Ngaco San Pak Azka itu udah mau nikah,". Aku tersenyum menepuk pundak Santi yang mengangkat selusin Kaus pesanan ku.

"Iya lo mbk keliatan banget perhatian kalau gak suka lalu apa mbk,".

"Dia hanya Kasian pada mbk, Hirma gak ada lebih. Mbk masuk dulu ambil gantungan bajunnya ya,". Aku melangkah memasuki Toko.

Bayiku kembali bergejolak dengan cepat, menendang kesana kemari dengan antusias. Membuatku agak mengerenyit sakit pada perutku.

Aku berjalan keluar dari toko dengan setumpuk Gantungan baju kosong dan memyerahkanya pada Santi.

"Kardus apa San?,". Aku mengamati kardus besar seukuran Kardus TV keluaran lama.

"Gak tau mbk tadi ada mas-mas kesini nganterin ini katanya paket buat Mbk Naya,". Aku semakin penasaran.

Aku tidak melakukan pemesanan apapun tapi kenapa ada kardus.

"Jangan-jangan Bom mbk,".

"Hush jangan ngaco Hirma, sini coba pinjam cutter,".

Aku duduk perlahan untuk membuka Kardus ini,.

"Grandmedia,". Aku semakin penasaran karena kemarin aku meninggalkan belanjaan ku di sana.

Segera aku menyayat isolatip coklat yang menutupi sela Kardus, membukanya perlahan dan menemukan berbagai macam alat tulis yang ku beli kemarin.

Tak ada nama pengirim, dan aku tidak tau siapa yang membayar ini untuk ku.

"Belanjaan Mbk kemarin kan itu?,".

"Iya San, kamu simpen ini jangan di bongkar mbk mau pulang dulu ya,".  Aku bergegas masuk kedalam toko dan mengambil tas ku serta kunci mobil.

"Iya mbk, hati-hati di jalan mbk.,".

"Iya San, Hir mbk pergi dulu,". Aku memasuki mobil, memasang sabuk pengaman kemudian menyalakan mobil.

Melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah ku yang tak jauh dari sini. Aku ingin bersembunyi, aku tau siapa yang mungkin bisa jadi tersangka pengiriman barang itu.

Dan aku tak ingin bertemu denganya sampai kapan pun.

Aku tidak ingin melihatmu kembali Kwon Ji Yong





Aloha ini chapter hanya 600 an work ya maaf pendek 🤗

UNTITLED 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang