Tujuh

204 15 3
                                    

"Trimakasih dokter Choi,". Aku tersenyum menatap pemuda tampan itu.

"Jangan lupa obat mu dan juga jaga kesehatan Nyonya Kwon saya menunggu kabar baik dari anda,". Dokter itu tersenyum.

Dan aku berjalan meninggalkan rumah sakit, berjalan dengan bantuan ibu mertua ku dan juga sopirnya yang membawakan seluruh barang-barang ku.

Dan kami pulang kerumah.

⚁☙⚀⚄

Jiyong Oppa sedang makan dengan tenang, hari ini keluarga besernya berkumpul untuk menyambut kepulangan ku.

Kami makan bersama dengan canda dan tawa, aku baru tau bahwa Jiyong Oppa memiliki 3 keponakan yang cantik dan tampan.

"Ibu sebenarnya aku ingin sekali makan daging buaya,". Aku menatap Jiyong dengan pandangan memelas.

Laki-lakiku itu menyemburkan air yang di minumnya dari hidung, "ah maaf," dia segera mengelap hidungnya.

"Apa Naya?,". Ibu mertuaku terperangah.

"Aku ingin daging buaya bu, di bakar,". Jawabku tanpa dosa.

"Astaga sayang kepalaku sakit sekali,". Ibu mertua ku memegangi tengkuknya dan ayah mertuaku segera memeganginya.

"Naya jangan bercanda,". Jiyong Oppa menatapku tak percaya.

"Aku serius! Aku mau makan daging buaya,". Aku menangis setelah mengatakanya.

Jiyong berdiri kemudian menghampiriku, memeluk ku kemudian mengusap punggung ku.

"Iya nanti kita beli ya,". Dia tersenyum sabar dan aku berhenti menangis.

"Janji?,". Aku mendongak menatapnya.

"Ya aku janji,". Dia tersenyum kemudian satu kecupan mendarat di kening ku.

Acara makan masih di lanjut, aku mendengarkan semua cerita tentang masa kecil Jiyong dan tersenyum saat mendengar bantahanya.

Mereka keluarga yang hangat satu sama lain, setelah selesai makan malam aku memutuskan naik kekamar milik Jiyong di rumah orang tuanya.

Aku duduk bersandar di tepi ranjang membaca beberapa pesan dari sahabat-sabahatku dan juga pesan dari Dokter Choi.

Jiyong masuk dengan gelas berisi air putih, ia meletakannya di atas meja kemudian mengelus rambut ku sebelum naik keatas ranjang.

"Ayo tidur, besok pagi-pagi sekali aku harus pergi lagi,". Dia tersenyum kemudian aku beringsut kedalam dekapanya,

"Tubuhmu kurus sekali,".

"Karena konser sebentar lagi akan selesai, aku juga akan gemuk lagi,". Dia mengelus kepalaku.

"Apa setelah bayi ini lahir kau akan mencampakan ku dan kembali ke wanita itu?,". Dia hanya terdiam tak menjawab.

"Aku tau kamu belum tidur,". Aku melepaskan pelukanku.

"Jangan membahas hal itu, sebaiknya kamu tidur,". Dia menarik ku kedalam dekapan hangatnya.

Dan kami tertidur setelahnya.

Aku terbangun sekitar pukul 1 dinihari, merasakan kram pada perut ku dan juga rasa tak nyaman.

Aku terbangun meraih ponsel ku dan menonton chanel youtube dan juga membuka Instagram sekedar untuk mengalihkan rasa jenuh ku.

Dia masih terpejam dengan tangan yang melingkar diatas perutku, dia mengeliat pelan kemudian membuka matanya. Aku masih fokus dengan ponselku.

UNTITLED 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang