Kwon Ji Yong hanya tau satu cintanya untuk gadis berparas cantik dan juga imut bernama Kiko Mizuhara yang secara sepesial bahkan dia tato dalam tubuhnya.
namun dia malah menikahi gadis lugu yang tak tau menau akan dunia, Naya mencoba bertahan akan c...
Pria itu begitu memperihatinkan. Rambut blondenya yang kusut sudah semakin memanjang.
Bajunya tak teratur dengan baik, entah sudah berapa lama dia tak membersihkan diri.
Tatapanya kosong, hanya duduk diatas ranjang putih di ruang sempit yang pengap.
Kuku-kuku nya bergemelutuk, bergesek satu sama lain dengan sembarangan.
Tatapan matanya tak pernah fokus dengan kepala menunduk dalam
Seorang wanita paruh baya dan suaminya hanya mampu menangis memandang putra semata wayangnya yang begitu hancur terpukul.
"Jiyong kita,". Wanita itu kembali menangis menatap putranya dari balik kaca.
"Semuanya akan baik-baik saja,". Laki-laki paruh baya itu memeluk istrinya. "Dia akan melupakan Naya seiring berjalannya waktu,".
Hanya itu yang mampu keduanya harapkan, semoga dengan berjalanya waktu luka di hati Jiyong mampu sembuh.
⚁☙⚀⚄
Waktu berlalu begitu saja, sudah bertahun-tahun berlalu.
Tak pernah ada yang berubah dalam diri pria itu, walau mentalnya telah sembuh namun keseharianya masih sama.
Hanya terdiam menatap layar ponsel dengan gambar wanita yang dulu di sia-siakan penyesalan begitu dalam mengerogoti hatinya.
2 orang anak laki-laki mendekatinya, dengan tas punggung yang masih berada di punggung dan baju seragam musim dingin.
Anak bayi itu sudah masuk ke bangku taman kanak-kanak, Begitu tampan dan mengemaskan.
"Appa!,". Salah satunya memeluk Jiyong di kaki dan satunya naik keatas kursi mencium pipi Jiyong.
Pria itu hanya tersenyum dan mengusap rambut putra-putranya.
"Ada apa lagi?,". Wanita paruh baya yang semakin tua berjalan dari pintu menuju ke 3 pria kebanggaanya.
"Hari ini hari ulang tahun Naya, sudah hampir 5 tahun,". Pria itu tersenyum.
"Aku akan pergi sebentar,". Pria itu beranjak dari duduknya, mengabaikan kedua purtanya yang menatap heran pada sang Ayah.
"Sudah ayo makan,". Wanita paruh baya itu mencoba tak perduli lalu mengiring kedua cucu kesayanganya menuju meja makan.
⚁☙⚀⚄
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku kembali sayang,". Jiyong Tersenyum kemudian duduk dan meletak kan kue tart diatas pusara Gadis itu.
Sebuket bungga mawar yang masih segar, dengan kotak kecil seagai kado.
Sudah hampir 5 tahun setiap peringatan hari ulang Tahun dan juga pernikahan Jiyong akan berada di sana.
Perlahan pria itu mematik korek apinya, menyalakan sumbu lilin.
Air mata mengikuti nyala lilin, jatuh begitu deras
"Selamat ulang tahun gadis ku, selamat ulang tahun,".
Jiyong menutup sebelah matanya dengan bibir yang meringis menahan isakan, kepalanya tertunduk begitu dalam. Angin kencang berhembus menerbangkan debu-debu dan daun-daun kering. Nyala lilin mati begitu saja.
"Selamat ulang tahun,". Pria itu tersenyum begitu sendu
Rasa bersalah masih menggerogoti hatinya lebih dalam, luka itu tak pernah mengering. Seiring berjalanya waktu luka dihatinya semakin sakit dan memanas.
Mencengkram dadanya begitu kuat dan menyakitkan, sesak dan sakit itu yang di rasakan Jiyong.
"Berdirilah Tuan Kwon tak sepatutnya kau menangis di kuburan kakak ku,". Seorang pemuda dengan wajah dinginya menatap Jiyon tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wajah orientalnya yang tampan dengan alis tebal dan tatapan mata tajam.
Tubuh tinggi yang terbalut jas Armani dan sepatu kulit mengkilap.
Jiyong mendongak menatap empunya suara "Kau tak pantas berada di sisi jasad kakak perempuan ku!,". Pemuda itu berdiri dengan angkuhnya.
Seorang laki-laki lain yang berdiri di belakangnnya dengan payung di tangan.
"Sean?,". Jiyong mencoba berdiri dengan tubuh yang lemas.
"Kau masih mengingatku? Setelah kau menghancurkan hidup kakak ku hanya untuk kesenangan mu Tuan Kwon yang terhormat?,". Pemuda itu masih menatap Jiyong dengan dingin.
"Maafkan aku". jiyong menunduk dalam
"Pria sekacau dirimu ini tak pantas membesarkan kedua keponakan ku, tunggu saja aku akan membuat mu semakin hancur setelah ini,". Pemuda itu berbalik dan melangkah perdi di susul laki-laki lain di belakangnya.
Jiyong meremas dadanya, rasanya semakin nyeri.
Potret di nisan Gadis itu, dengan senyuman yang manis hanya menatap tanpa bersuara.