Empat

253 18 2
                                    

Mungkin lebih mudah mati.
Daripada menerima pengampunanmu.
Aku menyanyikan lagu ini.
Tapi aku tak tahu apakah perasaanku yang sesungguhnya akan sampai padamu.

Listen Untitled 2014-G-Dragon

♥♥♥

Aku berjalan memasuki pekarangan rumah dengan mata berembun. Kepalaku mendadak sakit serta perutku terasa begitu tidak enak.

Aku segera membuka pintu dan keluar dari mobil avanza hitam milik ku. Berjalan menunduk sembari memegangi perutku yang nyeri karena bayiku terus menendang-nendang begitu antusias.

Saat aku tiba di teras mataku terpaku pada sosok tinggi yang berdiri sembari menendang-nendang udara. Dengan topi hitam juga jaket hitam serta celana merah.

Tatapan kami bertemu, dapat kulihat ada lingkaran hitam di sekeliling matanya.

Apa dia sangat sibuk hingga tidak ada waktu istirahat?.

Aku meringis merasakan tendangan bayiku yang semankin antusias, dia segera berlari memegang kedua bahuku dan menatapku dengan hawatir.

"Gwancana?,". Dia menatapku lekat-lekat.

"Ne,". Aku menjawab lirih sembari berjalan pelan kearah pintu dengan bantuanya.

Mengeluarkan kuci dari dalam tas, aku membuka pintu rumah minimalis tempat ku tinggal beberapa bulan ini,.

Dia memapahku menuju sofa, kami duduk berdua diatas sofa yang sialnya berwarna merah warna favoritnya.

"Butuh sesuatu? Katakan saja atau kita ke rumah sakit?,". Dia menatapku yang masih menahan sakit.

"Tidak perlu aku baik-baik saja,". Aku menyandarkan tubuhku di sofa.

"Jangan pergi lagi, maafkan aku,". Dia menyandarkan kepalanya di bahuku dengan tangan mengelus perutku.

"Aku tidak bisa, mungkin dengan begini kita akan bahagia.". Aku memejamkan mata merasakan sensasi membuncah dalam dadaku.

"Tidak-tidak aku tidak ingin kehilangan kalian apa lagi bayi kita,". Sedikit aneh mendengarnya mengatakan bayi kita namun aku malah tersenyum.

"Aku akan pulang,". Aku membuka mata dan tatapan kami bertemu.

"Kemana? Kamu mau kembali ke Korea Naya?,". Dia tersenyum antusias namun aku mengeleng.

"Aku ingin mengunjungi ibu dan ayah ku,". Aku tersenyum lemah.

"Aku ikut,". Dia menatapku serius.

"Tidak perlu, selesaikan dulu konsermu setelah itu jemput aku,". Aku tersenyum.

"Jadi kita baikan lagi?,". Dia tersenyum memamerkan giginya dan pandangan ku tertuju pada gigi taring yang terdapat berlian kecil disana.

"Ya,". Aku tersenyum sekilas

Dan sebuah pelukan menghangatkan tubuhku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi ini. Apa keputusanku sudah benar?

Apa dengan begini aku tidak akan di sakiti lagi?.

"Aku akan mengantarmu, aku masih punya beberapa hari sebelum ke Jepang,". Dia berbicara dengan antusias namun saat mendengar kata Jepang kenapa hatiku nyeri sekali.

Senyum di bibirku seketika menghilang, dia menempelkan keningnya dan keningku.

"Aku akan memutuskanya aku berjanji pada mu dan bayi kita,". Dia tersenyum

Aku mengeleng pelan, "tidak perlu, sejak awal aku sudah siap dengan situasi seperti ini, aku hanya minta satu hal darimu. Tolong berikan keluarga yang bahagia untuk anak ku,". Aku menundukan pandangan ku, enggan menatap manik kelamnya yang tepat di depan mataku.

UNTITLED 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang