12

219 15 2
                                    

Tatapan mata kami bertemu. Dia terpaku cukup lama sebelum melepaskan genggaman tanganya dari seorang wanita muda yang begitu cantik dan sempurna.

Aku tersenyum dan segera berbalik, aku mendengar teriakannya atas namaku.

"Naya! Naya ! Nayaaaa!,".

Air mata sudah membasahi pipiku, beberapa bodyguard menahan pergerakanya untuk tidak mengejarku.

"Nona?,". Sekertaris Yun menatapku iba.

Aku tersenyum dan memasuki mobil begitu saja.

"Jalan,". Aku memalingkan wajah menatap keluar jendela dan mobil melaju sesuai perintah ku.

Hatiku sekali lagi tersakiti.
Sekali lagi tersakiti.

Pov end

"Lepaskan sialan!,". Jiyong memberontak kemudian 4 orang Bodyguard itu melepaskannya dan segera kembali kedalam mobil dan melaju pergi.

"Oppa siapa mereka?,". Gadis itu memegang lengan Jiyong namun pemuda itu menghempaskanya begitu saja.

"Jangan hubungi aku sebelum aku menghubungimu,". Jiyong berlalu pergi begitu saja

Gadis itu terpaku akan tindakan Jiyong padanya. Baru kali ini laki-laki yang menyandang status sebagai kekasihnya itu bertindak sekasar ini.

Dan siapa pula wanita itu?

🎈🎈🎈

Gadis itu terdiam memandang keluar cendela mobil dengan mata yang terus mengeluarkan air mata.

Padahal ini kali pertama setelah sekian lama dia ingin bertemu pujaan hatinya. Pria yang begitu dia cintai, bagaimana bisa.

Setiap pertemuan diantara mereka selalu ada luka yang begitu mengangga.

"Nona anda tidak apa?,". Sekertaris Yun menatap Naya gadis itu hanya mengusap air mata dan tersenyum.

"Aku sudah terbiasa, jangan laporkan kejadian ini pada Sean tuan Yun,". Naya tersenyum kemudian mengusap potret dua anak kembar di tanganya.

"Saga, lang . Kalian sudah sebesar apa sekarang,".

Sekertaris Yun hanya menatap wanita itu dengan iba. Dia sangat tau bagaimana perasaan jika terpisah dari buah hati yang begitu di cintai.


Seperti seorang malaikat yang begitu cantik.
Kau bersinar diantara kerumunan orang banyak.
Kau memiliki cahayamu sendiri.
Dan kau memiliki sesuatu yang begitu menarik.

Naya berjalan diatara kerumunan orang dan juga beberapa bodyguard serta Sekertaris Yun.

Wanita itu memasuki sebuah taman Kanak-kanak. Hari ini dia ingin bertemu dengan kedua putranya meski harus menjadi orang lain.

Ahhh membanyangkan hal itu saja membuatnya tersenyum.

Brughh

Naya menatap kakinya, di bawah sana seorang anak laki-laki terjatuh setelah berlari.

Seorang anak lainya berlari menghampiri Naya sambil membungkuk.

"Maafkan adik saya,". Anak itu membantu menarik tangan adiknya untuk berdiri.

Naya terus menatap keduanya dengan lekat. Jantungnya berdetak begitu kencang, ada dorongan begitu kuat untuk memeluk keduanya.

Namun sekali lagi dia harus menahan semua rasa itu.

Naya mengusap rambut anak yang menabraknya kemudian berlalu, berjalan pergi.

Naya meremas dadanya begitu kencang, berjalan dengan cepat menuju mobilnya.

Air matanya mendesak ingin keluar, Naya memasuki mobil kemudian menangis didalamnya.

Meremas dadanya dengan kencang, meruntuki semua kebodohanya seharusnya dia tak menahan.

Seharusnya dia memeluk kedua putranya dengan sangat erat saat itu.



🎈🎈🎈

Naya menatap langit malam, memeluk tubuhnya dengan mata sembab.

Sean berjalan memasuki kamar kakaknya, gelap gulita hanya di terangi cahaya remang rembulan malam.

"Kau kembali meratapi laki-laki itu?,". Sean menatap kakaknya dengan datar.

"Tidak bisakah kau melupakanya?,".

Naya menatap paras adik laki-lakinya, "tidak semudah itu Sean, kamu tak akan tau rasanya. Suatu saat kamu juga akan merasakan bagaimana cinta itu membutakan,".

"Bulshit!, terserah kakak mau berbuat apa tapi satu yang akan aku lakukan! Aku akan membuat laki-laki itu hancur lihat saja!,". Sean berjalan keluar dari kamar kakaknya.

Brakk! Terdengar suara pintu di banting dengan kerasnya.

Sean membanting apapun yang di lewatinya. Guci berharga ratusan juta hingga potret keluarga mereka di banting pemuda itu dengan emosinya.

Potret keluarga itu retak berantakan, disana terdapat Sean sewaktu SMA dan Naya dengan perut buncitnya. Kedua orang tua mereka berdua serta seorang gadis berusia 15 tahun yang terduduk di kursi roda.

Semua hal yang terjadi, semua yang terlewati begitu membekas di ingatan Sean.

Saat kakaknya di kabarkan meninggal hingga membuat kedua orang tuanya depresi berat hingga meninggal.

Adik nya yang terbelakang mental mengalami berbagai kesulitan saat hidup bersama Sean muda.

Semuanya, Semua sakit hatinya bahkan belum terbayarkan namun kakaknya malah menghancurkan semuanya.

"Sialan!". Sean membanting semua barang di meja sambil berteriak histeris

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTITLED 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang