Happy Reading
😻😻😻
***
Lama Jiae terhanyut dalam ciuman Myungsoo, hingga Jiae sadar akan sesuatu. Jiae mendorong Myungsoo menjauh agar mengakhiri ciuman. Jiae masih bimbang dalam hatinya."Harusnya tidak seperti ini, Oppa. Kau melupakan sesuatu." Jiae menatap Myungsoo serius.
"Apa?" Myungsoo bertanya karena memang dia tak mengerti apa yang Jiae bicarakan.
"Bagaimana keadaan Soojung? Kau meninggalkannya begitu saja bersama Woohyun. Bagaimana kalau Woohyun gelap mata dan benar-benar menyakiti Soojung. Apa kau tak kasihan padanya? Setidaknya kalau ingin kabur, kau harus bawa Soojung juga."
Myungsoo benar-benar tak bisa berpikir demikian. Saat itu pikirannya kacau, yang ia pikirkan hanya bagaimana menghindar dari situasi yang sulit itu tanpa bisa memikirkan keadaan yang lebih buruk lagi.
"Maafkan aku, aku tak bisa berpikir jernih saat itu. Tapi aku yakin Woohyun tak akan membunuh Soojung, karena dia tak akan sanggup."Ttakk
"Kenapa kau menjitak kepalaku Ji?"
"Karena kau menyebalkan. Harusnya kau khawatir Oppa, nyawa Soojung dalam bahaya. Cepat cari tahu keadaan Soojung, apakah dia baik-baik saja."
"Baiklah, baiklah." Myungsoo mengambil ponselnya dari saku celana. Myungsoo tak punya nyali kalau harus menghubungi nomor Soojung, akhirnya Myungsoo menghubungi Woohyun.
Jauh di sana, Woohyun mengangkat telepon dari Myungsoo. Tanpa mengucapkan apapun, Myungsoo menyimak pembicaraan Woohyun dengan baik. Namun wajah Myungsoo berubah aneh. Ada sesuatu yang janggal menurutnya. Panggilan telepon itu diakhiri oleh Myungsoo. Jiae yang heran melihat Myungsoo tak mengucapkan apa-apa, tak tahan untuk bersuara.
"Kenapa kau diam saja Oppa? Bagaimana keadaan Soojung? Ala dia baik-baik saja?" cecar Jiae pada Myungsoo.
"Ya, tapi aku rasa aku harus menemui Woohyun sekarang."
"Aku ikut denganmu."
Myungsoo dan Jiae segera menuju apartemen Woohyun. Tak jelas kenapa Myungsoo tiba-tiba bersikap demikian. Jiae pun semakin bingung dibuatnya, bertanya pada Myungsoo pun percuma karena Myungsoo sendiri tak berniat memberi tahu.
Woohyun sendiri di apartemennya. Seperginya Jaehyun dan kedua purtinya malah membuat Woohyun semakin hampa. Makna memaafkan sama sekali tak dapat Woohyun dapatkan di sini. Hati yang terlanjur menjadi pembenci, pendendam, seketika membutakan perasaan cinta terhadap Soojung. Jung Sooyoung, wanita itu berderai air mata begitu mengucapkan kata maaf. Woohyun tahu, idealnya dia harus memaafkan jika seseorang memohon maaf, tapi ini berbeda. Saat Woohyun mendengar kata maaf itu, yang terlintas di benaknya adalah senyuman hyung-nya, dan beralih lagi wajah hyung-nya yang pucat pasi tak bernyawa.
"Kenapa harus seperti ini Hyung? Tak bisa kah kau hidup lebih lama, kenapa harus meninggalkanku Hyung,..."
Tangisnya kembali pecah. Woohyun menangis dengan keras, agar perasaanya lebih baik. Woohyun terdiam. Dia menoleh pada cangkir soju yang telah ia campur dengan cairan insektisida. Rencana awalnya ingin mati kembali mencuat dalam pikirannya. Tak ada gunanya juga Woohyun hidup, dia sudah tak punya cinta lagi selain untuk Soojung dan Boohyun. Kedua orang itu telah jauh dari yang bisa Woohyun jangkau. Hyung-nya yang tak ada lagi di dunia ini, dan Soojung yang sangat dekat dengannya tetapi Woohyun tak bisa menjangkau hatinya.
Woohyun perlahan mendekat ke arah cangkir itu. Hanya dengan satu teguk dia bisa bertemu dan menjangkau hyung-nya. Cairan itu sudah seperti pintu masuk untuk bisa bertemu dengan Boohyun. Namun sebuah panggilan memecah fokus Woohyun. Woohyun mengambil ponselnya yang berada dekat dengan cangkir tersebut hingga cangkir itu terjatuh dan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By Me
FanfictionBerisi tentang FF yang dibuat secara estafet oleh grup WA bernama Inspirit Author.