Chapter 14 (Fafa)

95 8 0
                                    

Happy Reading
😻😻😻
***

Ambulans telah tiba, perawat rumah sakit mengangkat tubuh Woohyun yang sudah tak sadarkan diri masuk ke dalam ambulans. Jiae ikut masuk ke dalam ambulans tersebut sedangkan Myungsoo mengikuti ambulans dengan mobilnya. 30 menit perjalanan sampai ke rumah sakit, Woohyun langsung dibawa ke ruang UGD.

Myungsoo dan Jiae menunggu di depan ruang UGD selama dokter menangani Woohyun. "Oppa sebaiknya kau hubungi Soojung."

"Apa Soojung mau mengangkat teleponku setelah kejadian kemarin Jiae-ya?"

"Setidaknya kau mencobanya kan, cepat hubungi Soojung."

Myungsoo memang paling tidak bisa menolak permintaan Jiae. Dia mengambil ponsel di saku celananya dan mencari nama Soojung di kontak ponsel lalu menelponnya.

"Yeobseo, ada apa kau menghubungiku Oppa?"

"Soojung-ah, Woohyun ada di rumah sakit, bisakah kau datang kesini?"

"Kau tidak usah bercanda. Aku baru saja menemui Woohyun."

"Aku serius, datanglah di Rumah Sakit Daekyung." Myungsoo langsung mengakhiri panggilannya.

Awalnya Soojung tidak menghiraukan ucapan Myungsoo, tapi kata hatinya  mendorong dirinya untuk datang ke rumah sakit. Soojung ganti baju kemudian pesan taksi dan menuju Rumah Sakit Daekyung. Begitu sampai di rumah sakit, Soojung bertanya pada suster penjaga, "Suster apa ada pasien yang bernama Nam Woohyun?"

"Iya benar nona, pasien masih ada di ruang UGD."

Soojung langsung jalan mencari letak ruang UGD, dan dia melihat Myungsoo dan Jiae di sana. "Apa yang terjadi?"

"Soojung-ah, kau datang. Woohyun berusaha bunuh diri dengan menggoreskan kaca pada nadinya," jelas Myungsoo kalut.

"Apa itu benar Jiae-ya?"

"Iya itu benar Soojung, Woohyun Oppa memang mencoba bunuh diri, saat aku dan Myungsoo sampai di apartemennya, darah sudah bercecer dimana-mana dan itu tidak sedikit."

Tess..Tess..

Air mata Soojung menetes dengan sendirinya, entah kenapa dia menangis.

"Waeyo? Kenapa Woohyun Oppa melakukan itu?"

"Karena dirimu Soojung-ah, karena kau tidak pernah bisa melihat cintanya yang tulus untukmu."

"Aku tidak mencintainya Myungsoo Oppa, kau sendiri tahu kan siapa orang yang ku cintai."

"Iya aku tahu, kau mencintaiku kan? Dan aku minta maaf karena aku tidak bisa mencintaimu. Cinta yang ada di hatiku sudah sepenuhnya aku serahkan untuk Jiae, bukan untukmu. Aku mohon bukalah hatimu sedikit saja untuk Woohyun."

Soojung semakin menangis mendengar pengakuan Myungsoo.

"Maafkan aku Soojung, aku juga sangat mencintai Myungsoo, aku tahu kau sangat terluka," timpal Jiae ikut merasakan kepedihan di hati Soojung.

"Gwaenchanayo Jiae-ya, aku baik- baik saja, aku menangis bukan karena pengakuan Myungsoo, namun karena aku merasa bersalah pada Woohyun."

Percakapan mereka terhenti ketika dua dokter yang mengurus Woohyun keluar ruang UGD.

"Dokter bagaimana keadaan sahabat saya, Dok?"
"Pasien kehilangan banyak darah dan itu membuatnya koma."

"Koma? Lalu kapan dia akan sadar, Dok?"

"Itu belum bisa saya pastikan, saya permisi dulu. Kami masih meninjau perkembangan pasien."

Myungsoo menitikkan air mata. "Arghhh kenapa jadi seperti ini"

Jiae mencoba menenangkan Myungsoo yang terlihat frustasi. Soojung masih berderai air mata masuk ke ruang rawat Woohyun, melihat Woohyun yang terbaring lemah tak sadarkan diri dengan infus dan selang transfusi darah di tangannya. "Woohyun Oppa. Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau sangat bodoh hah? Kau masih bisa kan mendapatkan cinta dari gadis lain, kematian bukan satu-satunya cara untuk mengakhiri semuanya." Soojung berbicara pada Woohyun yang koma, "Kau harus sadar WoohyunOppa , kau tidak boleh pergi, kau harus bangun."

Tangis Soojung semakin menjadi.

"Soojung-ah sebaiknya kau pulang, biar aku yang menjaga Woohyun."

"Tidak Oppa , kau dan Jiae saja yang pulang, biarkan aku yang menjaga Woohyun Oppa, aku yang membuat Woohyun seperti ini, biarkan aku yang menjaganya."

"Kalau begitu aku mengantar Jiae pulang dulu, kalau ada apa-apa hubungi aku ya."

"Iya hati- hati."

Kini hanya ada Soojung sendirian menjaga Woohyun. Soojung tanpa henti memandang wajah Woohyun yang terlihat memucat, teringat kenangan- kenangan masa lalu bagaimana Woohyun sangat bersikap baik padanya tapi justru dia mengacuhkan Woohyun.

"Oppa, maafkan aku... maafkan aku karena dulu sering mengacuhkanmu, kau masih ingat kan dulu kau pernah mengajakku makan malam berdua dan aku menolaknya. Tapi sekarang aku mau Oppa.  Kau bangun ya, jangan seperti ini huh?"

"Dulu kau pernah memberiku sebuah kalung dan aku menolaknya juga, tapi sekarang jika kau memberikannya lagi akan aku terima Oppa.. Meskipun kita tidak bisa menjadi sepasang kekasih, kita bisa menjadi sepasang sahabat.Terkadang persahabatan jauh lebih indah daripada cinta. Kau dengar aku kan Woohyun Oppa?"

Untuk kesekian kalinya air mata Soojung menitik setiap melihat Woohyun, tangisnya tak bisa tertahan meskipun telah mencoba untuk tegar. Tapi kenapa Soojung menangis? Apakah dia takut kehilangan Woohyun, apakah dia hanya merasa bersalah atau mungkin dia jatuh cinta pada Woohyun? Entahlah??

***** Skip Time 7hari kemudian****


Pagi ini seperti biasa Soojung sudah rapi dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Kali ini Jaehyun dan Sooyoung ikut menemani Soojung ke rumah sakit .

"Sudah satu minggu Woohyun seperti ini Appa, dan kata dokter keadaannya masih sama."

"Woohyun itu pemuda yang baik Soojung, apa kau tidak mau menerimanya jika dia sadar kelak?"

"Iya Soojung-ah, kau tidak ingin kan membuat Woohyun bernasib sama seperti kakaknya. Kau juga tidak ingin kan menjadi yeoja jahat seperti aku?"

"Akan aku pikirkan itu. Appa berangkatah ke kantor dan Eonnie pergilah bekerja. Aku mau menyeka tubuh Woohyun dan mengganti bajunya."

"Baiklah kalau begitu aku dan appa pergi dulu ya."

Soojung mulai membasahi handuk kecil dengan air hangat dan menyeka tubuh Woohyun pelan-pelan sampai bersih kemudian mengganti baju Woohyun. Selama tujuh hari ini Soojung selalu menjaga Woohyun dari pagi sampai larut malam, bahkan terkadang sampai menginap di rumah sakit. Soojung sendiri tidak tahu kenapa dia mau melakukan hal itu, namun hati kecilnya selalu memberi dorongan padanya untuk melakukan semuanya.

"Oppa, kau sudah bersih sekarang, sudah wangi dan terlihat tampan." Soojung memegang tangan Woohyun. "Apa kau tidak lelah tidur terus seperti ini? Kau pasti ingin jalan- jalan kan, bangunlah, aku rindu Woohyun Oppa yang ceria seperti dulu."

Soojung memegang tangan Woohyun dan terus berbicara pada Woohyun sampai akhirnya dia ketiduran.

Tiba- tiba jari tangan Woohyun bergerak perlahan namun matanya masih saja terpejam.


***

TBC

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang