Kok yang baca sama vomment makin dikit? Hm:"
---
Jihoon kesepian. Guanlin udah nggak ada di sini. Nggak ada di apartemennya.
Kenapa?
Karena setelah kejadian kemarin, Jonghyun negasin kalo kedua anaknya itu nggak boleh tinggal bareng lagi, takutnya mereka malah makin keluar bates. Jadi, Guanlin pulang ke rumahnya.
Jihoon masih inget seberapa serem dan marahnya Jonghyun kemarin. Padahal ayahnya itu nggak pernah marah sampe kaya gitu karena Jonghyun itu pribadi yang dewasa, baik, dan tegas.
Jihoon sama Guanlin sampe nggak berani buat jawab pertanyaan ayahnya itu. Bahkan Minki aja nggak bisa nenangin Jonghyun.
Kebayang kan seberapa seremnya Jonghyun pas marah kemarin?
"Ugh kangen Guanlin," rengek Jihoon. Pengen nelfon Guanlin tapi HPnya Guanlin lagi disita. Jadinya nggak bisa.
"Telfon bunda Minki aja kali ya?" tanya Jihoon ke dirinya sendiri. "Ah, telfon aja deh."
Jihoon segera nelfon Minki dan nggak lama kemudian diangkat.
"Hallo Bun? Jihoon kangen," ucap Jihoon sambil mewek.
"Kangen Bunda apa kangen Guanlin?" tanya Minki jail.
Jihoon tersipu. "Ih Bunda. Nggak ada Ayah 'kan?"
Minki ketawa pelan. "Nggak ada kok. Disini aman."
"Guanlin mana, Bun?" tanya Jihoon penasaran.
"Guanlin dari semalem nggak mau keluar kamar, Hoon. Makan malem aja Bunda yang nganterin ke kamar." jawab Minki.
Perasaan Jihoon jadi nggak enak. Khawatir banget sama keadaannya Guanlin.
"Bisa bujuk dia nggak, Bun? Aku beneran kangen sama dia," nada bicara Jihoon keliatan banget kalo dia sedih.
"Bentar ya."
terdengar suara ketukan pintu yang Jihoon yakin pasti itu suara ketukan tangan bundanya di kamar Guanlin.
Setelah itu Jihoon denger bundanya maksa Guanlin biar mau telfonan sama Jihoon. Dan kemudian dia denger suara Guanlin jelas banget.
"Halo," sapa Guanlin.
"Ha-halo Guanlin. Kata Bunda kamu nngak mau keluar kamar ya?" tanya Jihoon.
"Hm. Nggak nafsu." jawab Guanlin singkat.
"Kamu jangan begitu. Ntar kalo mau sakit, Bunda sama Ayah yang repot. Kalo kamu sakit juga pasti aku bakal kepikiran kamu terus. Kamu nggak mau keluar kamar saja aku udah kepikiran." jelas Jihoon. Guanlin diem. Nggak berminat buat bales omongan Jihoon.
"Kamu dengerin aku 'kan?" tanya Jihoon memastikan.
"Hm." setelah itu sambungan diputus.
Jihoon nangis. Tiba tiba sekelebat kenangannya sama Guanlin muncul. Kenangan pas dia sama Guanlin masih kecil. Masih belum tau apa itu cinta. Apalagi cium ciuman sampe nafsu, belum tau sama sekali. Ya kecuali pas mereka udah SD.
"Telat banget ya kalo kita ngulang masa dimana kita nggak suka satu sama lain. Nggak brother complex kaya gini."
---
"Woy, Hoon! Kecut banget dah muka lo," ucap Woojin setelah nepuk keras bahu Jihoon.
"Setan! Sakit banget bego," marah Jihoon sambil ngusap ngusap bahunya.
"Cemen lo, gitu aja sakit." ejek Woojin.
Jihoon ngedengus kesel.
"Mana Hyungseob?" tanya Jihoon celingukan.
"Nggak tau. Sudah ayo ke kelas sama gue." Woojin langsung ngerangkul bahu Jihoon dan jalan ke kelas mereka.
"Kok lo aneh banget sih? Hyungseob kenapa nggak bareng lo? Dia lagi sakit?" Jihoon penasaran banget. Bagaimana nggak, orang tiap hari Woojin sama Hyungseob nempel kaya perangko.
"Udah nggak usah tanyain dia. Ayo ke kelas." dengan nggak berperasaannya, Woojin sekarang nyeret Jihoon. Jihoon pasrah saja digituin sama sahabat buluknya itu.
Jihoon beneran dibikin bingung sama Woojin juga Hyungseob. Dia ngira kalo Hyungseob lagi sakit makanya nggak bareng sama Woojin, taunya sekarang Hyungseob udah duduk di bangkunya dengan earphone yang terpasang di telinganya dan satu buah novel yang ada di tangannya.
"Tumben banget dah, ada apa sama nih anak?" batin Jihoon yang sedang kebingungan.
"Seob, tumben banget lo baca novel? Biasanya juga lo anti novel novel club," tanya Jihoon.
"Euhm nggakpapa kok, Hoon." jawab Hyungseob kikuk.
Jihoon tau banget kalo sahabatnya itu lagi boong.
"Serius deh, Seob. Btw gue mau tanya, lo sama Woojin kenapa?" Jihoon sudah geregetan.
"Lah emangnya gue kenapa sama Woojin? Nggak kenapa napa kok. Ciyus." jawab Hyungseob sambil bikin V sign.
"Yaudah deh, bodo amat sama kalian berdua." bales Jihoon kesel. Diem diem Hyungseob hembusin nafasnya lega.
"Seob, gue kangen Guanlin." ucap Jihoon sedih.
"Lah emangnya Guanlin kemana, Hoon?" tanya Hyungseob bingung.
"Guanlin sekarang nggak tinggal di apartemen gue lagi. Dia sekarang balik tinggal ke rumah" jawab JIhoon.
Hyungseob ngerutin alisnya bingung. "Emangnya ada apa kok dia sampe balik ke rumah?"
Jihoon ngerutukin dirinya sendiri. Dia lupa kalo Hyungseob 'kan nggak tau masalah dia sama Guanlin. "E-ehm nggakpapa kok, Seob."
"Serius?"
"Iya, Seob. Gue keluar dulu ya. Mau ke kamar mandi." Jihoon segera keluar dan mukulin kepalanya. "Bego kalo Hyungseob tau gimana!"
Di jalan mau ke kamar mandi, dia nabrak seseorang. Pas dia lihat ternyata itu Guanlin. Jihoon langsung meluk Guanlin, tapi sama Guanlin langsung dilepas.
"Ini masih di sekolah. Kalo nggak mau kita makin jauh, jangan kaya gini lagi." ucap Guanlin dingin.
"Aku kangen kamu, Guan. Emangnya aku meluk kamu doang nggak boleh?" tanya JIhoon sedih. Matanya berkaca kaca.
"Maaf. Kita memang perlu jaga jarak, Kak. Lagian Kakak harus inget, kalo aku masih punya Seonho."
Guanlin ngomong nggak difilter dulu, bikin hati Jihoon sakit.
"Oke kalo memang mau jaga jarak sama aku. Jaga Seonho. Jangan sakitin dia kaya kamu sakitin aku, okay?"
JIhoon langsung lari dengan matanya yang sekarang udah ngeluarin air mata.
××CSJ××
So guys aku kembali. Ada yang kangen?
Mulai sekarang aku nggak bakal janji janji apdet karena aku pikir jadwalku banyak yang free ternyata big no. Aku aja sampe rela bolos les demi kalian:"
Dan yah kenapa readers BC semakin berkurang? Apakah pada kesel sama BC yang konflik mulu? Ingat, habis gelap terbitlah terang. ((kode))
Semoga kalian suka sama chapter ini. Makasih:*
27.10.17
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex +panwink
FanficBoleh nggak sih jatuh cinta sama kakak kita sendiri? Panwink; Yaoi; [Chapter 8 and 16 privated] #FanfictionLine