•Satu• When I Met Him

162 17 5
                                    

Sarah keluar dari kamar apartemennya, dan bersiap untuk ke sekolah. Pakaian sekolah yang melekat rapi di tubuhnya, menambahkan karisma gadis itu.

Tepat di seberang kamarnya, ada seorang laki-laki seumuran dengannya, baru saja masuk ke dalam kamar tersebut. Samar terlihat wajahnya, namun Sarah yakin bahwa laki-laki itu baru saja pindah di gedung apartemen ini.

Sarah memang tinggal sendirian di apartemen. Ia memilih tinggal sendiri, semenjak orang tuanya berpisah rumah. Walaupun telah berpisah, orangtua Sarah tetap memenuhi kebutuhan dan keinginan Sarah. Maka dari itu, ia meminta kepada orangtuanya untuk tinggal disebuah apartemen.

Kalian pasti berpikir, mengapa orangtuanya tidak ada mau tinggal bersama sarah, bukan? Mereka adalah workholic, dan tentu saja waktu untuk memperhatikan Sarah semakin sedikit. Maka dari itu Sarah lebih memilih untuk menjaga dirinya sendiri. Dan tentu saja, Sarah tetap berhubungan keluarganya.

Sarah pun mengendarai sebuah mobil terios hitam. Dan ia pun melaju dengan kecepatan normal menuju sekolahnya. SMA Binus.

•••

"Sarah, saya tau kamu sedang sibuk, tapi ibu minta tolong, kamu jadi tour guide buat anak baru nanti ,ya", pinta Bu Farah-Kepala Sekolah SMA Binus. Seketika mata Sarah membulat.

"Maksud ibu, saya harus ngajak keliling anak baru, bu?", tanya Sarah. Bu Farah pun mengiyakan.

"Kapan, bu?", tanya Sarah lagi.

"Besok, jadi ibu minta tolong, anak itu bakal jadi tanggung jawab kamu, dan dia satu kelas sama kamu", seketika jawaban dari Bu Farah membuat isi kepala Sarah blank. Seharusnya, besok ia ada rapat panitia lagi, namun dengan adanya amanah baru untuknya, ia semakin pusing memikirkannya.

Sarah pun hanya bisa pasrah mengiyakan. Dan Sarah pun keluar dari ruangan kepala sekolah.

Kini, ia harus menjernihkan isi pikirannya terlebih dahulu.

•••

Sarah dikenal disegani oleh siswa di Binus, atau lebih tepatnya ditakuti. Ia tak segan-segan berargumen dengan siapa saja jika dirinya memang benar. Jadi wajar saja, apabila ada hal yang jauh dari perencanaan Sarah, siap-siap saja kalian akan berkeringat dingin karena Sarah.

Dan hal itu, membuat tak banyak ingin mendekati Sarah. Namun, tidak dengan Kayla. Kayla adalah sahabat Sarah sedari awal mereka masuk SMA. Dan Kayla sudah mengerti bagaimana sifat Sarah secara detail.

Sarah pun memeriksa dengan teliti lembaran-lembaran laporan OSIS. Tak jarang ia mengerutkan dahinya. Hal itu pun disadari oleh sahabatnya, Kayla.

"Serius amat, sih", Kayla yang sedari tadi memperhatikan Sarah. Sarah pun hanya bergumam.

"Lo udah makan?", tanya Kayla lagi. Tapi Sarah hanya bergumam lagi.

"Mau gue bantuin, gak?", Kayla yang menawarkan diri untuk membantu Sarah.

"Ga",singkat, padat, dan jelas.

Kayla pun mengerti, kini Sarah memang sangat sibuk, akhirnya pun ia memberikan sebotol air mineral, dan sebuah kotak makan.

"Nih, jangan lupa dimakan, kalau ada apa-apa di apartemen, telpon gue aja", ucap Kayla sambil tersenyum. Sarah pun memalingkan wajahnya ke arah Kayla. Dan terlihat sebuah garis lengkung di ujung bibirnya.

"Makasih", jawabnya singkat, dan melanjutkan memeriksa laporan demi laporan.

•••

Sarah pun menaiki lift apartemen, dan dia menekan tombol lantai 7. Ketika pintu lift akan tutup, tiba-tiba seorang laki-laki masuk ke dalam lift tersebut.

Sarah pun menanyakan ia akan ke lantai berapa. "Lantai berapa?".

"Sama kok, lantai 7",jawab laki-laki itu sambil tersenyum.

Tak ada suara di antara mereka. Terkadang mereka saling melirik satu sama lain. Rambut cokelat legam, dan mata cokelat nya juga membuatnya terlihat gagah. Alis tebal yang warnanya selaras dengan rambutnya itu sungguh membuat mata wanita susah berpaling dari wajahnya.

Ting

Pintu lift pun terbuka. Sarah pun keluar dari lift lebih dahulu dari laki-laki tersebut.

Mereka pun masuk ke dalam kamar masing-masing, tanpa kata perpisahan.

•••

"Gi, gue minta tolong lo pimpin aja dulu rapat nanti, gue lagi disuruh Bu Farah, laporannya jangan ada diubah", pintanya pada Gibran, dan segera meninggalkan Gibran, sebelum lawan bicaranya itu mengiyakan.

Gibran pun hanya bisa menggeleng kepala dengan kesibukan Ketua OSISnya itu.

Sarah pun memasuki ruang kepala sekolah. Di dalamnya ada Bu Farah serta seorang laki-laki sedang berbincang di sebuah sofa yang berhadapan. Bu Farah pun melihat kehadiran Sarah, dan segera bangkit dari duduknya.

Saat ia melihat laki-laki yang duduk membelakanginya, terlihat sangat familiar baginya.

"Maaf ya Sarah, Ibu tau kamu lagi ada rapat, tapi kamu satu-satunya harapan ibu", ucap Bu Farah sambil menepuk pundak Sarah. Dan Sarah hanya tersenyum.

"Oh, ya ini anak barunya, ayo kesini, Raka", panggil Bu Farah pada anak baru itu.

Anak baru itu pun berdiri tepat di samping Bu Farah. Rambut, mata, dan alis yang sangat familiar itu, membuat Sarah sedikit terkejut.

"Dia Raka Sitorus Gideon, pindahan dari Jerman, semoga kalian akrab", ucap Bu Farah pada Sarah memperkenalkan anak baru itu.

"Oh ya Raka, ini Sarah, dan dia ini Ketua OSIS di sini, ayo kenalan dulu", ucap Bu Farah memperkenalkan Sarah pada anak baru itu.

"Gue Raka, salam kenal", laki-laki itu mengulurkan tangannya. Dan sarah berjabat tangan dengan anak baru itu.

"Gue Sarah, salam kenal juga", dan melepas jabat tangan itu. Dan mereka berdua pun keluar dari ruang kepala sekolah itu.

Sarah memperhatikan cowok itu dengan sangat detail. Mulai dari rambut, hingga kaki. Dan benar-benar sangat familiar baginya.

"Nih cowok ga asing banget deh", ucap Sarah dalam hati.

•••

TAAAARAAAAAA!!!!

Gimana? Hahahaha agak jayus kan😂 Oh ya, tetap tungguin Sarah dan anak baru itu di chapter selanjutnya♥♥♥

Jangan lupa komen-komen di bawah yaaa😊

DINOTORUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang