•Sembilan• Faktanya •

60 13 0
                                    

"Ketika kenyataan lebih pahit dibandingkan kebohongan"

•Sarah Amaretta•

Dua orang yang duduk berhadapan, dan saling menyimpan seribu pertanyaan. Raka dan Kayla. Yap, dua orang itu sedang berada di sebuah kafe yang tak jauh dari sekolahnya.

Lebih dari setengah jam mereka habis kan waktu berdua, dengan pertanyaan-pertanyaan omong kosong. Namun, didalam benak mereka tersimpan beribu bahkan berjuta pertanyaan yang ingin mereka lontarkan satu sama lain.

"Ga nyangka, ya, kita ketemu seperti ini", Raka yang membuka suara, dan dibalas dengan senyuman manis oleh Kayla.

"Lo ga balik Jerman?", tanya Kayla.

"Ga tau juga sih, gue maunya kuliah disini, bosan juga di Jerman", jawab Raka, dan Kayla pun hanya tertawa kecil.

Mereka pun saling memandang satu sama lain, dan satu persatu kenangan manis masa lalu mereka terngiang kembali.

"Umm... Kay...", Kayla pun menatap Raka.

"Kenapa waktu itu lo pergi tinggalin gue?", tanya Raka dengan nada serius. Kayla pun hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Itu adalah kesalahan besar yang pernah gue lakuin, dan sampai sekarang gue menyesal", jawab Kayla sambil mencoba tersenyum simpul. Raka pun meraih tangan Kayla di atas meja makan itu.

"Lo bisa jelasin semua, Kay, gue bakal dengerin", ucap Raka.

"Waktu itu nyokap gue meninggal...", Kayla pun berhenti.

"Nyokap gue meninggal karena ada peluru tersasar yang nembak tepat di kepalanya. Gue nyesel karena hari itu gue lagi marahan sama nyokap gue gara-gara dia ngelarang gue ikut kontes menyanyi, gue sampai bentak nyokap gue. Dan gue ga tau itu hari terakhir gue bicara sama nyokap gue, dan gue belum minta maaf sama dia", Kayla pun terhenti karena tak bisa menahan air matanya lagi.

Raka pun hanya bisa turut bersedih, sambil mengelus tangan Kayla.

"Jadi, bokap gue nyuruh gue pindah ke Indonesia karena gue ga punya siapa-siapa lagi di Jerman. Dan gue ga mau kasih tau lo karena pas itu lo baru aja menang kompetisi matematika waktu itu", Kayla pun menyelesaikan ceritanya.

"Maaf gue ga tau kalau ternyata ceritanya begitu", ucap Raka, dan dibalas dengan senyuman oleh Kayla.

"Dan hari ini, gue pengen kita ulangin lagi seperti dulu lagi, lo mau, kan?", Kayla pun mengangguk iya. Dan mereka pun saling tertawa, menghilangkan kesedihan yang sudah berlalu.

Dua insan itu bahagia satu sama lain. Tapi kebahagiaan itu bisa jadi hal yang paling menyakitkan bagi seseorang yang hanya bisa memendam rasa selama ini.

Tapi apalah daya, cinta identik dengan kekecewaan. Cinta bisa datang karena kekecewaan, atau kekecewaan datang karena cinta.

•••

Seorang gadis berambut hitam legam, sedang berdiri di depan sebuah jendela. Hanya berjarak 3 meter, ia bisa melihat pemandangan yang sungguh menyayat hatinya. Tanpa ia sadari, air matanya pun jatuh.

Ia melihat dua orang yang saling berbincang, dan sesekali mereka saling berpegangan tangan. Raka dan Kayla. Ya. Dua orang itu tengah asik berbincang di dalam kafe tersebut, sedangkan Sarah sedari tadi telah memperhatikan mereka.

Air matanya tak kunjung berhenti mengalir. Ia tak beranjak pergi dari tempat itu. Walaupun ia tahu, semakin lama ia berdiri di sana, semakin deras pula air matanya terjatuh.

"Ekhem", seorang laki-laki dengan jaket mengenakan jaket abu-abu berdiri tepat di samping Sarah. Aroma yang sangat khas bagi Sarah. Gibran. Dengan tangan yang menyilang di dadanya itu, ia menatap Sarah heran.

"Lo kenapa nangis?", tanya Gibran. Sarah menyadari kehadiran Gibran, dan segera mengusap air mata yang ada pada pipinya.

"Gara-gara itu, lagi?", tanya Gibran dengan tatapan menuju sepasang kekasih yang ada di dalam kafe tersebut.

"Ga", jawab singkat Sarah. Gibran yang sedikit kesal dengan kebohongan Sarah pun, segera memutar badan Sarah. Dan memegang bahu Sarah.

"Please, Sar... Gue udah capek ngeliat lo sok kuat kayak gini. Gue tau lo sakit hati gara-gara cowok brengsek sama dia. Tapi please lo ga usah buang air mata lo demi cowok sampah kayak dia!", ucap Gibran.

"Buat apa lo peduli sama orang, yang sama sekali ga pernah peduli sama lo!", lanjutnya. Sarah pun terdiam karena kata-kata Gibran yang cukup menyadarkan dirinya.

"Gue cuma ga mau lo sedih, Sar... Gue ga mau lo berjuang mati-matian buat orang, tapi dia mati-matian buat ngehindar lo", ucap Gibran dengan nada yang semakin melembut. Sarah pun meraih salah satu tangan Gibran yang ada pada pundaknya.

"Makasih, Gi... Makasih lo udah nyadarin gue. Tapi, biarin gue mati-matian perjuangin orang yang ga pernah ngeliat perjuangan gue, seengganya gue mati karena perjuangin dia, bukan karena berusaha mati-matian buat ngelupain dia", Sarah pun melepaskan tangan Gibran dari pundaknya, dan segera pergi dari tempat itu.

Gibran yang hanya bisa melihat Sarah dari belakang, seolah-olah ada awan hitam yang mengikuti dirinya. Ia sudah tak sanggup melihat sahabat kecilnya itu terus bersedih.

Gibran pun memasuki kafe tersebut dengan emosi yang terpendam. Membuka pintu kafe dengan sedikit keras. Sapaan hangat dari barista pun ia acuhkan. Langkahnya hanya tertuju pada sebuah meja yang ditempati oleh sepasang kekasih.

Ia tepat berdiri di hadapan meja yang duduki oleh Raka dan Kayla. Kedua orang itu sungguh terkejut dengan kehadiran Gibran dengan ekspresi yang tak mengenakkan hati itu.

Tanpa komando, Gibran langsung menarik kerah baju Raka.

"MAKSUD LO APAAN!", Gibran yang masih menarik kerah Rama itu membentak dihadapan seluruh pengunjung kafe tersebut.

Raka pun ikut menarik kerah Gibran. "LAH, GUE YANG HARUS NANYA GITU! MAKSUD LO LABRAK GUE KAYAK GINI APAAN, HAH?", emosi keduanya pun tak bisa tertahankan.

"LO BRENGSEK TAU GA! LO BISA-BISANYA NYAKITIN HATI CEWEK KAYAK SARAH! KALAU LO EMANG GA SAYANG, JANGAN KASIH HARAPAN GOBLOK!", emosi Gibran pun makin meledak.

"SARAH? GUE GA PUNYA HUBUNGAN APA-APA SAMA SARAH! DIA AJA YANG TERLALU MURAHAN SAMPAI BAPER KE GUA, DAN SAMPAI SURUH LO KAYAK GINI, KAN?", ucap Raka.

BUUKK

Satu pukulan keras mendarat tepat di pipi Raka.

Suasana semakin memanas tak karuan. Tak ada yang berani melerai keduanya, dan membiarkan semuanya berjalan seperti itu.

Tiba-tiba seorang gadis berambit hitam pun datang diantara kerumunan pengunjung kafe tersebut. Tiba-tiba saja kedua orang tersebut berhenti melakukan aksi kekerasan yang sedari tadi berlangsung.

Gadis itu mengepal tangannya kuat-kuat. Matanya berkaca-kaca. Ia tak berbicara sepatah kata pun. Namun, ia berhasil menghentikan perkelahian tersebut. Seseorang yang menjadi bahan perkelahian itu akhirnya datang diantara mereka.

Ya, gadis itu adalah Sarah.

•••

HELLA!!! Lama tak berjumpa readers ku tercintahhh♥ Ok fix, ini sedikit alay:v

Well, sedih banget ya si Raka sama Gibran berantem gara-gara Sarah:'(, kenapa ga gara-gara authornya aja sih diperebutin:')

Hahahahah.... Btw, maafin author yang ga update... Itu karena author habis UAS gituu, blablabla. Oke next.

Jangan lupa vote + komen kritik dan saran yang bisa buat author jadi lebih baik lagi👍

Dan share ke teman-teman kalian yaaa:)

See you next chapter, guys:*

DINOTORUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang