•Tujuh• Kayla? •

64 16 0
                                    

"Ku melihat dirinya, wajahnya masih sama, sama seperti hatiku. Masih berdebar ketika ku melihat wajahnya"

•Raka Sitorus Gideon•

Kriiing

Bel istirahat pun berbunyi, disertai di akhirinya jam pelajaran kimia di kelas Sarah dan Raka. Mereka pun merapikan buku-buku yang ada di atas meja mereka masing-masing. Sarah pun berdiri dari duduknya. Namun, teman sebangkunya itu menahan dirinya saat melangkahkan kakinya. Namun, tangan laki-laki itu berhasil ditepis oleh Sarah.

"Apa?", tanya Sarah sinis.

"Mau kemana?", tanya Raka.

"Kantin", singkat Sarah.

"Gue ikut", Raka pun bangkit daru duduknya. Tiba-tiba saja, seorang gadis berambut pirang datang memeluk Sarah dari belakang.

"Bu ketos dah sombong, ga pernah ngechat gue, telpon gue, atau jangan-jangan kontak gue dah dihapus, nih?", Gadis berambut pirang itu memeluk erat Sarah.

"Ga salah nih, bule cantiknya yang sombong? Ga pernah datengin gue di kelas", ucap Sarah sambil tersenyum. Mereka pun tertawa.

Raka yang sedari tadi melihat pemandangan itu, tak bisa memalingkan pandangannya pada gadis berambut pirang itu. Jantungnya berdegub kencang, tak karuan. Gadis berpirang itu pun menoleh, dan tatapan mereka pun saling bertemu.

Gadis itu tak kalah terkejut. Ia pun melepaskan pelukannya pada Sarah. Mereka saling tak menyangka akan bertemu dalam keadaan seperti ini.

Raka pun membuka suara.

"Kayla?", tanya nya dengan mata yang berseri-seri.

"Iya", jawabnya singkat. Raka pun menarik gadis berambut pirang itu kedalam dekapannya, dan memeluknya erat.

Raka pun tak dapat membendung lagi kerinduan yang selama ini ia pendam. Pelukannya semakin erat, disertai air matanya yang mengalir, dan jatuh pada pundak gadis itu.

Sarah yang sedari tadi menjadi saksi hidup kejadian itu hanya bisa terdiam. Isi kepalanya dipenuhi tanda tanya. Namun, ia hanya bisa terdiam melihat semua itu.

Ada rasa sakit yang tak bisa ditampakkan, dan hanya diamlah jalan satu-satunya untuk menyampaikan semuanya. Hati Sarah seperti tersayat oleh silet yang tajam. Hatinya berdarah, membuat matanya berkaca-kaca. Ada rasa sesak melihat Raka memeluk sahabatnya itu.

Ketika rasa bahagia menyelimuti kedua orang itu, ada rasa kecemburuan yang menyelimuti diri Sarah. Tak mau air matanya jatuh di hadapan kedua orang itu, ia memilih meninggalkan ruangan tersebut.

Ia berlari sekencang mungkin, dan berharap rasa kecewa itu lekas pergi. Ia terus berlari tanpa arah. Namun, seseorang terus mengikuti kemana gadis itu berlari.

Gadis itu terhenti pada suatu tempat yang tersembunyi. Atap sekolah. Yap, gadis itu memilih atap sekolah sebagai tempat dimana ia melepaskan segala kesedihannya. Laki-laki yang sedari tadi mengikuti Sarah itu pun, melihat tetes demi tetes air mata Sarah yang berjatuhan, sederas sungai.

Ia pun perlahan mendekati gadis yang sedang bersedih itu.

"Lo kenapa, Sar?", tanyanya dengan sangat lembut, sambil mengusap punggung Sarah. Gadis itu sangat terkejut dengan kehadiran laki-laki itu, namun, dirinya lebih memilih masuk kedalam dekapan hangat laki-laki itu.

Laki-laki itu juga terkejut, namun, ia memeluk hangat gadis itu, sembari menenangkan gadis itu.

"Ssshh, udah, Sar, ada gue, kok", laki-laki itu terus menenangkan Sarah dengan lembut. Namun, hanya isak tangis yang terus keluar dari bibir Sarah.

DINOTORUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang