•Dua belas• Mendung •

71 15 0
                                    

"Jika hujan dapat menghapus air mata, mengapa benci tak bisa menghapus rasa cinta?"

•Sarah Amaretta•

Hujan yang terus turun dan tak kian henti, seperti kesedihan Sarah yang tak kunjung berhenti. Ia berjalan di balik derasnya hujan. Pikirannya kosong, yang ada hanya gemuruh petir yang ada dipendengarannya.

Kriiing

Tiba-tiba saja ponsel Sarah berdering. Gadis itu melihat nomor yang tak dikenalnya itu, dan menjawab panggilan itu.

"Halo?", ucap Sarah pada layar ponselnya.

"Dengan keluarga Pak Bramantyo?", tanya seorang wanita dari layar ponsel Sarah.

"Iya, dengan saya sendiri. Ada apa, ya?"

"Mmm... Saya dari RS Restu, mengabarkan kalau Pak Bramantyo, beserta istri dan seorang anak laki-lakinya telah mengalami kecelakaan. Dan saat ini tengah menjalani perawatan intensif. Dan saya mohon untuk segera datang ke rumah sakit", ujar lawan bicara Sarah.

Sarah pun langsung terbungkam. Tanpa ada sepatah kata pun, ia langsung menuju rumah sakit yang disebut wanita itu tadi.

•••

Sarah yang baru saja tiba di rumah sakit, langsung menuju ruangan IGD dengan tergesa-gesa. Dengan seragam yang basah kuyup melekat pada tubuhnya itu, ia menyusuri lorong-lorong rumah sakit.

Tepat di depan pintu IGD, seorang perawat langsung menghadang gadis berambut hitam itu.

"Mba, mohon tenang di rumah sakit!", tegas perawat itu.

"Sus, keluarga saya dimana?!", ucap Sarah dengan histeris.

"Mba, tenang dulu!", perawat itu pun berusaha menenangkan gadis itu.

"Nama keluarga mba, siapa?", tanyanya lagi.

"Bra-man-tyo", ucap Sarah sambil terisak-isak.

"Oh, pak Bramantyo dan keluarga sedang menjalani perawatan intensif, mba. Mari saya antar!", perawat itu pun mengantarkan Sarah menuju ruangan dimana keluarganya dirawat.

Ia pun tiba disebuah pintu, dengan sebuah kaca tembus pandang, yang dibalik pintu itu adalah tempat dimana keluarganya sedang terbaring lemah dengan memakai berbagai macam alat medis.

Air mata Sarah yang tak dapat dibendung lagi ketika melihat ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya terbaring lemah. Perawat yang sedari tadi menemaninya pun, menawarkan Sarah untuk masuk ke dalam ruangan tersebut, untuk melihat kondisi keluarganya lebih dekat.

Ia pun memasuki ruangan tersebut dengan langkah yang berat. Tak kuasa melihat tiga orang keluarganya terbaring lemah, ia pun menangis tersedu-sedu. Ia tak tahu bagaimana bisa kini seluruh anggota keluarganya bisa terbaring diranjang rumah sakit.

Ia pun duduk tepat di sebelah ranjang ibunya. Air matanya lagi-lagi tak bisa ia bendung. Tangisannya menjadi-jadi. Walaupun wanita yang kini ada di hadapannya, adalah wanita yang selama ini meninggalkannya. Tetap saja, ia adalah wanita yang bisa membuat Sarah ada di dunia ini.

Gadis itu pun menggenggam erat telapak tangan ibunya. Sesekali ia cium, dan melekatkannya di pipinya. Doa nya tak pernah putus, berharap keluarganya tersadar dari komanya.

Tiba-tiba saja, seorang perawat yang tadi mengantarnya pun menepuk pundaknya. Perawat itu pun mengajaknya menuju ruang administrasi, untuk mengurus semua berkas.

Ia pun mengikuti semua perintah perawat itu, dan menjalani segala proses administrasi. Perawat yang sedari tadi menemaninya, sadar bahwa pakaian yang Sarah kenakan telah basah kuyup semenjak ia tiba di rumah sakit.

Perawat itu pun mengajak Sarah ke sebuah ruangan, dan memberikannya sebuah baju kering dan selimut. Dan perawat itu juga memberikannya segelas coklat panas, serta beberapa cemilan untuk mengisi perut kosong gadis itu.

"Kamu itu gadis yang kuat, percayalah keluarga mu itu pasti bangun... Jangan pernah putus asa", ucap perawat itu, seraya menghibur Sarah.

Mereka pun berbincang-bincang berbagai banyak hal. Hingga dapat melupakan kesedihan yang Sarah alamai saat ini. Walaupun hanya sedikit, setidaknya membuat Sarah semakin opitimis akan ketentuan Tuhan untuknya.

•••

Sudah tiga hari semenjak kejadian tempo hari, Sarah tidak masuk sekolah. Gibran yang ada saat itu, merasa sangat cemas dengan keberadaan Sarah. Tak ada pesan ataupun yang lainnya. Seolah-olah Sarah dalam sekejap menghilang dari bumi.

Raka pun juga tak kalah cemas dengan Gibran. Walaupun ia tahu apa yang sudah ia lakukan pada Sarah itu kelewatan, namun, rasa cemas itu menyesaki lubuk hatinya.

Tak satupun orang yang tau dimana keberadaan Sarah saat ini, bahkan wali kelas Sarah pun tak mendapatkan info dimanakah Sarah saat ini.

Jam pulang pub telah tiba. Semua siswa berbondong-bondong untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Raka pun dengan motor CBR nya itu, segera melaju kencang di atas jalanan Ibu Kota Jakarta.

Raka pun berhenti di sebuah toko bunga, di tengah kota. Ia berniat membeli bunga untuk memberikannya pada Kayla.

Kling

Suara bel pintu yang berbunyi ketika Raka hendak memasuki toko tersebut. Di dalamnya terdapat berbagai jenis bunga yang ditempatkan dengan sangat rapi. Interior yang klasik, membuat orang yang di dalamnya betah untuk berlama-lama.

Raka pun, berkeliling melihat-lihat bunga apa yang pantas ia berikan pada Kayla, kekasihnya. Tiba-tiba saja, mata Raka tak lagi tertuju pada bunga-bunga yang ada di dalam toko itu. Ia terfokus pada seorang gadis dengan rambut hitan yang diikat setengah kucir, yang mengenakan t-shirt berwarna selaras dengan rambutnya, dan celana jeans pendek berwarna biru muda.

Gadis itu membeli seikat bunga aster yang berwarna-warni. Gadis misterius itu pun keluar meninggalkan toko tersebut dengan sebuah taksi. Raka yang tadinya  ingin membeli bunga untuk kekasihnya, harus mengurung niatnya itu. Raka pun segera mengikuti kemana gadis itu pergi dengan motornya.

Setelah cukuo jauh, akhirnya taksi yang ditumpangi gadis itu berhenti pada sebuah rumah sakit. Raka pun segera memakirkan motornya, dan menyusul gadis misterius itu.

Mereka pun masuk ke dalam lobby rumah sakit, dengan Raka yang masih berada di belakang gadis itu. Raka pun tak sanggup menunggu lebih lama lagi, mengikuti gadis misterius itu. Ia menghentikan langkahnya.

"Sarah Amaretta!", teriaknya di tengah-tengah lobby rumah sakit. Gadis itu pun sontak berbalik menuju asal suara itu.

Dan benar saja dugaan Raka sedari tadi, gadis itu adalah—Sarah.

Keduanya pun saling menatap tak percaya akan kehadiran mereka masing-masing. Hanya ada beribu pertanyaan yang tersimpan di dalam benak mereka masing-masing.

•••

Hella!!! Lama tak berjumpa readers kutercintahhh🙌🙌🙌

Maafkan author yang pemalas ini yang baru update sekarang🙏

Mungkin jadwal updatenya ngga bisa ditentuin karena authornya juga udah mau ujian🤗 (Mohon doanyaa😭)

Okee, jangan lupa VOTE + SHARE + KOMEN Yaaaaa:)))

See you next chapter♥

DINOTORUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang