Awalnya Taehyung begitu bahagia saat malam-malam dia terlelap tawa bahagia sang ibu selalu menjadi lagu penghantar paling indah untuknya. Namun, itu tak lama. Tidak selama gelap yang selalu hadir dalam hidupnya, tidak selama itu bahagia ada. Karena setelahnya hanya tersisa isak tangis sang ibu yang teredam saat malam mulai mengelam.
Harapan itu masih ada namun telah terkubur begitu banyak kenyataan pahit yang harus mereka hadapi. Mimpi-mimpi indah yang kerap hadir itu kini tak ubahnya awal dari mimpi buruk yang sekarang tengah mengukung kehidupan Taehyung dan Baekhyun. Tak ada tawa, tak ada bahagia, karena yang tersisa kini hanya hampa.
Mereka tertipu, tertipu oleh Yifan yang berjanji akan menikahi Baekhyun secepatnya saat mereka sampai di Seoul, tertipu oleh senyumnya yang selalu bercerita jika dia memiliki seorang teman dokter yang begitu piawai dan berjanji akan membuat Taehyung bisa secepatnya mendapat donor mata. Mereka terpuruk, terjatuh pada lubang yang terlalu dalam hingga berteriakpun tak sanggup mereka lakukan.
Yifan dan semua kebusukannya, semua itu terkuak begitu ibunya sah menjadi istrinya. Awalnya hidup mereka baik-baik saja. Yifan selalu baik pada Taehyung begitu juga pada ibunya. Namun, satu minggu berlalu dan semua hilang bagai buih.
Tawa itu berganti dengan makian, belaian sayang itu berubah menjadi pukulan, lalu semua kata-kata lembut itu bermetamorfosa menjadi bentakan dan itu semakin bertambah parah setiap harinya.
Lalu, tiba-tiba neraka itu hadir tanpa satupun pemberitahuan.
Beberapa orang berbaju hitam datang saat senja bahkan baru saja menguning, membawa serta sebuah map yang berisi perjanjian hutang piutang bahwa Baekhyun terlilit hutang sebesar satu juta won. Baekhyun tentu saja tak tahu menahu tentang hutang-hutang itu namun saat melihat tanda tangan Yifan terbubuh indah disana Baekhyun mengerti apa yang kini terjadi padanya. Karena sudah hampir tiga hari ini Yifan tak kembali, mereka bahkan diusir dari rumah dengan sangat tragis. Barang-barang mereka dibuang layaknya kotoran dan makian itu tersemat begitu apik diantaranya.
Mereka harus bertahan di kota sebesar Seoul tanpa satupun sanak saudara. Baekhyun bahkan mengambil seluruh tabungannya untuk menyewa sebuah ruangan kecil yang hanya cukup untuk keduanya berbaring. Lalu, apalagi sekarang? Hutang? Apa ini lelucon?
Baekhyun menatap orang-orang itu tegas, mengembalikan map yang baru saja dia baca lantas berucap. "Maaf, tapi saya benar-benar tidak tahu menahu soal hutang itu."
Orang-orang itu berdecih, meludah pada Baekyun lantas menyentak. "Nyonya, anda pikir kami perduli dengan alasan anda. Kami tidak perduli apapun alasan anda sebab tugas kami hanya menagih hutang anda ini. Maka, jika anda tidak mau membayar jangan salahkan kami jika bertindak kasar!" memberi peringatan serta ancaman, orang-orang itu lantas pergi sejurus dengan gebrakan kaki mereka pada pintu.
Dari ambang pintu Baekhyun melihat Taehyung yang berdiri ketakutan disudut ruangan, ia tersenyum miris. Beranjak dari sana untuk pergi memeluk Taehyung yang tampak seolah menahan tangis.
Karena semua nasib buruk ini adalah kesalahannya, ini semua adalah balasan untuknya karena telah menyakiti hati sahabatnya. Dan sekarang yang Baekhyun lakukan hanya mengusap perlahan rambut halus Taehyung, memberikan kata-kata penenang baginya karena apapun yang terjadi selama masih ada Taehyung bersamanya. Baekhyun berjanji akan melakukan apapun agar Taehyungnya bahagia. Bahkan pergi ke neraka sekalipun akan dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [KOOKV] ✅
Fanfiction[SUDAH DI BUKUKAN] Bagaimanapun akhirnya, kita akan selalu di pertemukan. [KookV fanfiction-YAOI] #426 in fanfiction 171109 #507 in fanfiction 171108 #586 in fanfiction 171107 #672 in fanfiction 171106 #747 in fanfiction 171103 #843 in fanfiction 17...