Selepas kepergian Jimin serta Taehyung dari Busan keduanya kembali menjalani hari-hari mereka seperti biasa. Taehyung masih sibuk membantu ibunya di restaurant milik orang tua Jimin, lalu Jimin. Dia juga masih sibuk memperhatikan Taehyung yang tampak biasa. Seolah-olah tangis yang tumpah itu tak pernah ada, sesak yang menikamnya hanyalah angin lalu belaka, dan hal itu membuat banyak tanya dalam benak Jimin. Pertanyaan semacam, apa dia tidak apa-apa? Apa dia hanya menutupi semua sedihnya? Apa dia masih Taehyung yang dikenalnya?
"Kalau kau tidak berniat membantu lebih baik kau pergi saja, Jimin."
Jimin berdeham, menggaruk tengkuknya yang tak gatal lantas berkata. "Memangnya untuk apa aku membantumu, aku kan pemilik restaurant ini!" melihat wajah datar Taehyung, Jimin diam-diam merasa kikuk. "Hei, Kim Taehyung. Bicaralah!"
Taehyung berhenti melipat lap, dia menghela nafasnya dengan begitu lambat sebelum tersenyum. "Aku bicara."
Jimin mendesah frustrasi, "Kau tahu bukan itu maksudku." Jeda tanpa suara itu meciptakan hening, Taehyung yang diam tampak seolah berpikir sebelum dia menjawab pertanyaan Jimin dengan suara lembutnya. "Ya, aku mengerti. Terima kasih."
Karena hatinya yang kacau itu tak bisa secepat luka yang bisa sembuh dalam beberapa hari, hatinya yang terlanjur koyak itu butuh lebih banyak waktu, lebih banyak lagi daripada waktu-waktu yang telah berlalu untuk merindu, lebih daripada itu.
[][][]
Dan musim dingin itu datang, bersama dengan semua sakit yang menyeruak perlahan. Merambat melalui sunyi malam, bergabung bersama udara beku yang menyakitkan, serta ribuan salju yang turun dengan begitu menawan.
Seperti biasa Taehyung akan pulang bersama ibunya setelah restaurant Jimin tutup, seperti biasa mereka akan berjalan bersama dengan saling menggenggam tangan sepanjang jalan, seperti biasa pula keduanya akan tertawa bersama untuk hal-hal lucu yang diceritakan Baekhyun─ibunya.
Namun, tampaknya hari ini tetaplah tidak seperti biasa.
Karena saat kedua langkah itu berhenti, bahkan sebelum Taehyung sempat bertanya kenapa ibunya berhenti berjalan. Suara-suara menakutkan yang sering Taehyung dengar itu menyapa keduanya.
Rentenir-rentenir itu datang, dan kali ini pasti akan lebih buruk. Pikir Taehyung ketakutan.
"Saya mohon, tolong beri saya waktu. Saya pasti akan melunasi hutang-hutang itu." Ibunya memohon untuk kali kesekian, dan tawa itu lalu menguar bersama dengan bentakan yang tak kalah sumbang. "Kau hanya akan meminta lebih banyak lagi waktu jika kami memberikannya!"
Orang-orang itu menatap Taehyung yang menunduk dibelakang Baekhyun, menyeringai pada masing-masing lantas bersuara. "Anakmu cukup cantik nyonya." Mereka mendekat dan hal itu membawa sebuah rambu awas bagi Baekhyun. "Bagaimana jika kau serahkan saja anakmu itu untuk kami? Dan akan kami anggap semuanya lunas, bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [KOOKV] ✅
Fanfiction[SUDAH DI BUKUKAN] Bagaimanapun akhirnya, kita akan selalu di pertemukan. [KookV fanfiction-YAOI] #426 in fanfiction 171109 #507 in fanfiction 171108 #586 in fanfiction 171107 #672 in fanfiction 171106 #747 in fanfiction 171103 #843 in fanfiction 17...