BAB 15 [END]

7K 762 286
                                    



Taehyung akan berikan empat pertiga nyawa yang dia miliki asalkan ibunya bisa kembali tersenyum untuknya, dia akan memberikannya secara percuma bahkan seluruhnya pun rela dia berikan asalkan dia bisa melihat tawa itu kembali merekah untuknya. Namun, tentu saja Tuhan tak serta merta mengabulkan permintaan konyolnya itu. Dia tak akan pernah bisa menggadaikan nyawanya, tidak akan pernah bisa. Dan kenyataan dihadapannya hanyalah elegi yang kembali harus dia ratapi dalam hitam yang masih setia sebagai hidupnya.


"Hey, kau juga harus istirahat Tae." Jimin mengusap punggung Taehyung yang terlihat begitu kecil. "Aku bisa melakukannya nanti." Jawab Taehyung keras kepala.


Jimin mendengus, mengusap rambutnya kasar lantas duduk disamping Taehyung. "Ibu menjual restaurant kami hari ini." Ucapan Jimin sukses membuat Taehyung menoleh. "Kau harus sehat, Tae. Itu pesan ibuku dan kau tidak perlu cemas dengan para penagih hutang itu. Semua hutangmu telah lunas."


"Jim─"


"Sudahlah, kau dan ibumu sudah kuanggap seperti keluargaku. Lagipula ibu juga sudah lelah mengurus restaurant kami." Jimin mengusap lembut jemari punggung tangan Taehyung yang masih setia merangkum tangan ibunya yang tetap diam. "Kita doakan saja yang terbaik untuk bibi, semoga dia lekas bangun dari tidurnya."


Lalu, hari-hari yang panjangpun segera bergulir. Hari dimana biaya pengobatan ibu Taehyung makin menumpuk, hari dimana Jimin semakin jarang datang untuk menengok ibunya, hari dimana Taehyung mulai khawatir dengan apa dia akan membayar semua biaya pengobatan jika dia hanya bergantung pada Jimin sedangkan Jimin juga punya kehidupannya sendiri bukan hanya mengurusi dia serta ibunya.


Di hari yang cerah, di mana harum manis musim semi membuat Taehyung mengusap hidungnya yang terasa gatal, hari di mana Jimin datang dengan hela nafas kelelahan seperti biasanya.


"Kau datang?" Suara Taehyung membuat Jimin tersenyum singkat, pemuda itu meletakkan tas dikursi lantas mengusap kepala Taehyung. "Bagaimana keadaan bibi?" tanyanya penasaran, matanya yang sipit melihat sosok ibu Taehyung yang masih tampak cantik walaupun terlilit kabel serta alat bantu pernafasan.


"Masih seperti biasa." Jawab Taehyung getir, ibunya. Harus bagaimana lagi Taehyung berusaha agar ibunya segera bangun. Taehyung merindukannya begitu merindukannya.


Karena bulan-bulan itu telah lama berlalu, dan Taehyung semakin merasa kecil hati setiap kali mendengar hela nafas kelelahan Jimin saat dia datang untuk menjenguk ibunya. Taehyung ingin sedikit membantu. Membantu apa saja agar dia bisa meringankan biaya pengobatan ibunya yang selama ini ditanggung oleh Jimin.


"Jimin." Panggil Taehyung kemudian, Jimin berdeham. Menatap Taehyung yang semakin hari entah bagaimana semakin terlihat menawan dengan berbagai pesonanya. "Aku ingin bekerja."


Kernyitan tak suka hadir didahi Jimin. "Aku masih bisa membantumu Tae." Ucap Jimin tegas, namun Taehyung masih keukuh. Itu keputusannya. Dia memang harusnya tak bergantung pada Jimin seperti ini. Karena ini tidaklah benar, dia seolah memanfaatkan Jimin. Walaupun Jimin sendiri yang melakukannya tetap saja itu tidaklah benar. Dia bukan siap-siapa Jimin, dia dan ibunya hanya orang lain yang kebetulan telah dianggap keluarga oleh keluarga Park. Ya, kebetulan.

RASA [KOOKV] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang