BAB 11

4.1K 633 114
                                    



Taehyung tak henti-hentinya tersenyum saat Jimin berkata padanya jika dia kan menemani Taehyung mengunjungi Jungkook. Ya, dia akan pergi bersama Taehyung menemui Jungkook─pemuda sialan yang tak pernah mau membalas ratusan surat dari Taehyung- dengan semua rasa kesal yang bertumpuk di hatinya. Wajar saja dia merasa kesal, Jimin toh bukan Taehyung yang bodoh itu. Dia manusia normal yang punya kadar kesabaran terbatas dan setiap kali Taehyung murung lantas menyuruhnya menulis sebuah surat hingga satu itu berubah menjadi ratusan surat tanpa balasan Jimin diam-diam mengumpat. Dia ingin sekali memberi pelajaran pada manusia bernama Jungkook itu. Well, barangkali satu atau dua pukulan sudah cukup untuk mengurangi rasa kesalnya.


"Kau kan tidak tahu jalan, mana tega aku membiarkanmu pergi tanpa pawang." Seloroh Jimin dengan wajah khasnya, pemuda yang baru saja dinyatakan lulus SMA itu bukannya bersiap untuk masuk keperguruan tinggi malah berleha-leha mengganggu Taehyung mengupas timun dan hal-hal remeh lain seperti sekarang.


Taehyung tersenyum, sembari menyusun tumpukan piring yang sudah bersih dihadapannya ia memajukan tangannya untuk mengambil tongkat. "Lihat, mengambil tongkat saja kau butuh bantuanku." Tongkat itu dibawa Jimin kehadapan Taehyung.


"Aku tahu, aku tahu. Tuan Park yang baik hati ini memang sungguh mulia." Balas Taehyung kemudian.


"Jadi, kapan kita berangkat?"


"Besok pagi."




[][][]




Menaiki kereta paling pagi Taehyung dan Jimin berangkat menuju Busan, temapat dimana Taehyung menghabiskan masa kecilnya yang indah bersama Jungkook. Bocah ketus yang selalu saja memperhatikannya dalam diam. Taehyung mengerti, dia merasakannya walaupun matanya yang indah itu tak bisa melihat apapun. Dia tahu dan tersenyum hanyalah satu dari sekian banyak hal yang Taeyung lakukan agar Jungkook selalu melakuan hal itu.


Dan begitu suara pintu gerbong ditutup, mesin itu mulau berpacu, membelah angin, menampar udara dingin yang masih menghujam kulit walaupun telah terlapis jaket. Jimin yang ada disamping Taehyung menggigil, dia tidak pernah bersahabat dengan udara pagi namun hari ini dia harus rela melakukan hal itu untuk Taehyung, teman dan sahabat yang begitu dia kasihi.


"Dingin ini benar-benar membuatku gila." Dengus Jimin sembari menggosok-gosokkan kedua tangan agar sedikit hangat. Taehyung yang ada disamingnya diam-diam tersenyum, merogoh tas ranselnya untuk mencari sekantung hot pack yang memang sengaja dia bawa untuk keadaan seacam ini. Jimin dan dingin memang tak pernah satu hati, keduanya itu benar-benar musuh. Tinggal lihat saja siapa yang menang, jika sepulangnya dari busan pemuda itu tidak terjangkit flu berarti dialah yang menang, jika tidak. Ya sebaliknya.


"Pakai ini agar kau tidak kedinginan." Uluran tangan Taehyung disambubt Jimin dengan dengusan. "Kenapa kau tidak memberikannya sedari tadi. Dasar, Aku sudah hampir mati menggigil tau!"


Taehyung terkekeh, ia membayangkan bagaimana kedinginannya Jimin namun tak lama karena tiba-tiba ingatan tentang Jungkook menyeruak tanpa pemberitahuan dalam tempurung kepalanya. 

RASA [KOOKV] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang