Diri ini menginginkan mereka memahami.
Tapi, sudahkah diri ini memahami mereka?
Dan benarkah mereka akan benar-benar memahami diri ini?
Bila memang ada yang memahami, ku ucapkan terima kasih.
Bila tidak, tak mengapa.
Karena, sejatinya manusia tak akan ada yang benar-benar memahami manusia lainnya.
Hanya Dia (Allah) lah satu-satunya yang benar-benar memahami ku.
Memahami inginku, gelisahku, sakitku, dukaku, sedihku, bahagiaku, dan segalanya tentangku.
Meski lisan tak berucap, hati tak berniat, otak tak terfikir, namun dia tetap memahamiku, memahami segala yang terbaik untukku.
.
.
Tak pantas rasanya aku mengeluh, sementara Dia telah memberikan yang terbaik padaku.
Tak pantas rasanya aku tertawa, sementara dosa telah menyelimutiku.
Tak pantas rasanya aku bahagia, sementara neraka telah lama menyala menyambutku.
Tak pantas rasanya aku bersenang-senang, sementara malaikat maut telah lama siap untuk menghentikan nafasku.
Tak pantas rasanya aku aman-aman saja melakukan dosa kecil, sementara malaikat tak pernah lengah mencatat perbuatanku.
Tak pantas rasanya aku tenang-tenang saja, sementara tak tau akankah aku bertemu dengan-Nya dan Rasul-Nya di surga nanti?
Tak pantas rasanya aku berharap surga menjadi tempat kembaliku, sementara dunia masih menjadi prioritasku.
.
.
Namun, aku percaya bahwa Allah akan mengampuni hamba-Nya yang benar-benar bertaubat.
Dan Allah lah satu-satunya tempatku berharap.
Yang masih menjadi tanya, kapankah aku bisa istiqamah dalam taqwaku pada-Nya?
.
Ya Rabbii...
Istiqamahkanlah kami dalam taqwa pada-Mu.
Naungilah kami dengan perisai hidayah-Mu.
Rangkulah kami dengan rangkulan mesra penuh cinta dari-Mu.
Izinkan kami merasakan nikmatnya iman pada-Mu.
Izinkan kami menikmati manisnya ibadah pada-Mu.***