Chapter One

132 71 56
                                    

Rindy

  Hari ini hari senin aku sengaja bangun pagi karna sekolah datang lebih cepat. Aku juga punya banyak sekali pekerjaan hari ini. Usai sholat, aku membangunkan adik - adikku untuk bersiap kesekolah.

"Amira ayo bangun pagi inikan upacara" perintahku seraya menggoyang - goyangkan badannya. Amira adalah adikku yang usianya 7 tahun, aku membangunkannya duluan karna dia paling susah dibangunkan.

Belum selesai aku membangunkannya bibi memanggil ku.

"Rindy! Ayo kedapur" titahnya.

Yups aku biasanya membantu bibi masak terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.

 
Namaku Rindy. Lengkapnya Rindy adelia aku dibesarkan di panti asuhan PENUH HARAPAN di sini aku tinggal besama bi Ina dan beberapa adikku. Disini akulah anak yang paling besar jadi akulah yang paling sering nembantu bibi.

***

SMA ACHIARA HIGH SCHOOL
Ah akhirnya sampai juga, mataku menyapu seluruh halaman sekolah. Aku menemui salah satu gadis yang tidak asing lagi di hidupku.

"Hai rindy" katanya dan ia berlalu menyenggol bahuku dan menatapku dengan sinis.

Aku tidak memperdulikannya dan langsung masukk kelas. Baru aku memasuki kelas tiba - tiba ada benda berat menimpaku. Seketika pandanganku memudar, ragaku tak lagi mampu menopang badanku, pikiranku pun mulai melayang seperti layaknya daun - daun yang tersapu oleh angin begitu saja.

Aku terjatuh.

Lalu teman - temanku menyurakinya. "Hey teman- teman lihat pahlawan kita jatuh" kata salah satu teman sekelasku yang membuat keadaan kelas tiba - tiba menjadi ramai.

Aku berusaha bangun walau kakiku masih terasa sakit. Tanpa sadar aku mengepalkan tanganku.
Lalu aku menduduki bangkuku.

Suasana kelas masih saja ramai hingga akhirnya guru bahasa inggrisku masuk ke kelas.

"Kenapa kelas ini sangat gaduh? Siapa biang onarnya?" Tanya Mr. Rina.

Lalu satu telunjuk mengarah kepadaku.

"Rindy?" Tanya Mr.Rina dengan ekspresi tidak percaya.

  Aku dipanggil Mr.Rina ke kantor pada jam pelajaran berakhir.

"Apa benar kamu yang membuat kelas menjadi ramai tadi" tanya Mr.Rina lembut.

"Yang tadi itu... Emmm bu" tak sampai aku selesai berbicara guru perempuan itu memotong omonganku.

"Sepertinya ada yang mengganggumu selama ini Rindy!" hatiku tergoncang, batinku mengatakan ya tapi pada kenyataannya mulutku hanya membungkam seolah tidak ingin dikhawatirkan. Aku hanya terdiam tak berani berbicara ketika Mr.Rina mengatakan itu.

"Rindy... Jika ada yang mengganggumu kau harus bilang kepada ibu biar ibu bisa membantunya, ok?" ucapannya sangat lembut sampai terasa menenangkan dihati. Namun, aku hanya memberikan anggukan kepadanya

Aku pun keluar dari kantor.

Baru aku melangkahkan kakiku keluar Amel menyambutku.

"Rindy! Lo abis ngapain jangan - jangan lu abis di tegur ya gara -gara bikin onar mulu. Makanya jadi orang tuh jangan sok jadi pahlawan" celoteh Aurel panjang lebar.

Aurel adalah pengikut setia Amel. Amel adalah orang yang tadi menyenggol bahuku di halaman sekolah.

Aku tidak tahu mengapa Amel sangat membeciku dari awal.

Aku hanya menatapnya dan berlalu begitu saja karna aku tidak mau mencari masalah dengannya.

Walau yang aku dapati selama ini adalah tidak ada orang yang memihak padaku tapi aku yakin bahwa nanti ada orang yang membelaku walau hanya satu.

Detik demi detik, jam demi jam, waktu demi waktu. jam pelajaran terakhir pun selesai kini saatnya aku kerja.

Ya, aku punya pekerjaan paruh waktu setelah sekolah. jadi aku tidak punya waktu banyak seperti teman - temanku yang lainnya.

Tepatnya di cafe capucinolate aku bekerja dari jam 2 hingga jam 5 petang.

"Bi rindy berangkat ya"

"Iya hati - hati" jawab bi ina.

"Pesen milk teanya satu" kata seorang lelaki paru baya.

Aku pun melangak - longok mukanya. tetapi dia berusaha menutupinya.

Lalu aku menyiapkan pesanannya.

Dia pun mengambilnya dan mengatakan terima kasih tanpa menoleh sedikit pun. 

Tanpa sadar aku memerhatikan liontin kecil berbentuk daun yang ada di genggamannya.

Aku memfokuskan kembali pandanganku dan melayani pembeli yang lain.

Sesekali aku melihat punggung lelaki paruh baya itu semakin lama semakin menjauh dan mengecil

"Misterius" batinku

Hanya Untukku #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang