Aku mencium aroma sosis panggang dan telur yang membuatku terbangun. Tanpa kusadari, aku berjalan begitu saja sampai ke dapur. Aku menatap sarapan di meja dan langsung menyambarnya. Tanpa pikir panjang, aku menghabiskannya hanya dalam waktu satu menit saja. Rasanya seperti belum makan berhari-hari, perutku terasa sangat lapar.
"Kau menghabiskan sarapanku?" tanya sebuah suara dari belakangku.
Aku menoleh dan mendapati Xander yang sedang melipat kedua lengannya di dada. "Kukira ini untukku, lagi pula aku kira kau tidak makan-makanan kaum fana," sindirku. Mengingat, dia pernah menyindirku dengan sebutan fana, sekarang aku yang membalasnya.
Xander tidak mengatakan apa pun, bahkan ekspresinya biasa saja. Jika ada lomba wajah datar paling lama, dia pasti akan menang. Dia sering menunjukkan wajah datarnya bahkan hampir setiap kali aku berbicara dengannya. Seperti manusia tanpa ekspresi, tapi dia bukan manusia.
"Aku mengampunimu karena kau baru saja bangun dari tidur panjangmu." Xander kemudian beralih pada lemari pendingin di sebelahnya.
"Mengampuni? Huh? Yang benar saja?" ejekku.
"Kau tertidur selama empat hari dan aku memakluminya," kata Xander.
Aku tersedak. "Empat hari?" tanyaku terkejut. "Bagaimana bisa?" tanyaku lagi sambil melihat pakaianku yang sudah berganti. "Apa yang kau lakukan padaku?"
"Aku tidak melakukan apa pun. Kau yang berusaha melukai dirimu sendiri dengan memanjat gerbang, kau ingat?" Xander mengeluarkan sekotak persedian telurnya.
"Bajuku?" tanyaku panik.
"Aku menggantinya," jawabnya dengan santai.
"Apa?" Sekarang aku membelalakan mata.
"Kau seharusnya berterima kasih," ujar Xander.
Sekarang aku semakin terkejut. Seolah-olah hal itu adalah hal biasa yang sering dilakukannya. "Bawa aku pulang sekarang juga! Aku tidak akan pernah mencintaimu!"
Xander meletakkan telur-telurnya di atas meja dapur, dia kemudian menghadap ke arahku, melihat wajahku yang terbakar api marah. Sekarang, dia mulai mendekatiku, matanya tiba-tiba berubah menjadi hitam semua. Aura gelap muncul dari dirinya saat mata hitamnya menatapku, seolah mengancam.
"Aku tidak peduli kau makhluk macam apa!" kataku, berusaha tidak gemetaran.
"Kau akan selamanya terkurung di dalam sini jika kau tidak bisa mencintaiku, Seraphim." Xander mulai mengancamku.
Aku berusaha untuk tidak takut. Namun, pikiranku semakin kalut karena melihat matanya yang seolah bisa menghipnotis. "Akan aku beri tahu kenyataan bahwa aku tidak mencintaimu," ujarku dan aku mulai mendekatinya.
Mata Xander masih berwarna hitam dan aura gelapnya begitu kuat, sehingga membuat bulu romaku semakin berdiri saja. Tanpa memikirkan apa pun aku mencium Xander. Aku melakukan ini agar dia tahu bahwa tidak ada rasa apa pun bahkan saat aku menciumnya.
Namun, saat aku mencium Xander, justru yang kurasakan adalah aura gelap yang semakin kuat. Mataku seolah dibawa ke sebuah tempat gelap, rusak, dan hancur. Aku melihat kilasan sebuah masa depan. Sayap-sayap malaikat yang terpotong dan berhamburan di tanah, mayat-mayat manusia penuh dengan darah, dan langit gelap yang bermandikan cahaya merah.
Lalu aku melihat Xander, berdiri di tengah-tengah para iblis dan di samping iblis yang memimpin mereka. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan, namun aku bisa mengenalinya. Aku tidak tahu mengapa aku bisa mengenalinya. Kemudian aku melihat diriku, tergeletak di tanah penuh darah. Lalu kilasan itu membawaku lagi, melihat diriku yang sedang mencium Xander dan dia menikamku.
![](https://img.wattpad.com/cover/126521425-288-k989499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAPHIM AND THE NEPHALEM √
Fantasy[Cerita ini akan tersedia gratis pada 25 April] Seraphina Chase seorang Demigod yang dapat melihat makhluk supernatural lainnya harus menyelamatkan umat manusia dari ramalan Armageddon yang membawa kehancuran. Tetapi, kunci dari semua itu ada pada...