Chapter 13: The Bite

50.6K 5.3K 100
                                    

"Dan aku akan membawa pasanganku." Kai tersenyum.

Untuk yang ini, aku sedikit terkejut. "Benarkah?" tanyaku sambil membelalakkan mata.

Kai mengangguk. "Karena itu kau harus datang, aku akan memperkenalkannya padamu."

Aku sedikit berpikir. Menolak hal ini berarti aku tidak menghargai Kai, sedangkan dia sudah banyak membantuku. "Baiklah, tapi aku tidak akan mengenakan kostum peri," kataku akhirnya.

Kai tertawa mendengar kata-kataku. Aku berharap dia tidak tersinggung. "Omong-omong apa dia seorang peri?" tanyaku.

Kai menggeleng. "Dia seorang manusia biasa."

"Wah, aku kira seorang peri tidak akan tertarik pada kaumku," godaku.

Kai menggeleng-geleng sambil tersenyum. "Aku ada kelas lagi setelah ini," katanya sambil melirik jam tangan. "Sampai ketemu lagi, Sera." Kai kemudian bangkit dari tempat duduk dan meninggalkanku.

Aku membuka laptopku dan langsung mencari tugas yang diberikan Profesor Henna padaku. Aku tahu itu masih lama, tapi karena itu menyangkut Xander seperti yang Kai katakan, aku jadi semakin penasaran. Awalnya, aku mau meminjam buku yang Kai bawa, tapi aku tahu pasti buku itu menggunakan bahasa peri yang tidak bisa aku baca.

Aku mulai mengetik kata kuncinya di kolom pencarian. Tidak banyak penjelasan mengenai hubungan antara malaikat dan iblis yang jatuh cinta. Hanya ada penjelasan mengenai malaikat yang bernama Samael, kadang dia bersikap seperti iblis dan kadang bersikap seperti malaikat. Setelah itu, tidak ada lagi selain nama Lucifer yang muncul di kolom pencarian.

Aku menghela napas. Kemudian melirik ke sekitar. Kali-kali aku menemukan Xander yang sedang mengamatiku. Namun, aku tidak melihat Xander muncul di mana pun. Icarus juga tidak muncul. Sepertinya dia hanya muncul jika Xander juga muncul. Mengingat dia juga datang saat Xander datang, jadi ke mana saja malaikat pelindungku pergi?

"Mencari data mengenai iblis?" tanya seseorang dari belakangku yang benar-benar membuatku terperanjat.

Aku menoleh melirik sumber suara. Seorang pria berambut pirang memandangiku. Warna mata birunya terlihat serasi dengan rambut pirangnya, ditambah lagi dengan telinganya yang ditindik sebelah.

"Uh, ya," kataku ragu. Aku takut dia berpikir sedang ingin melakukan ritual pemanggilan iblis. "Tugas kuliah sejarah mitologi," kataku.

"Ah, kau mengambil mata kuliah palsu itu?" katanya.

Aku mengerutkan keningku. "Mata kuliah palsu?" tanyaku bingung.

"Ya, tidak semua yang kau pelajari itu mitologi. Sebagian dari mereka benar-benar ada," jelasnya.

Aku tahu bahwa dia pasti salah satu makhluk immortal. Jika bukan manusia serigala, dia pasti vampir. Namun, melihat warna kulitnya yang cukup pucat, dia pasti seorang vampir.

"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kau ketahui tentang iblis?" Pria itu kemudian duduk di sampingku dan sedikit menggeser tempat dudukku. "Mungkin aku bisa membantu, katakan saja bahwa aku ahlinya dalam sejarah mengenai iblis."

Aku terus memperhatikan pria itu saat berbicara. Sebenarnya aku memperhatikan taring yang keluar dari bibirnya. Aku yakin dia tidak sadar bahwa aku memperhatikannya dan mengetahui mengenai taringnya. Kau tahu, tanda-tanda seorang vampir menginginkan darah salah satunya adalah mengeluarkan taring.

Melihat keadaan sekitar yang cukup sepi, aku yakin pria vampir ini sedang mencari mangsa. "Aku rasa kau harus menahan rasa haus darahmu," ujarku, tidak melirik sedikit pun ke arah pria itu.

Pria itu kemudian diam. "Bagaimana kau tahu?" tanyanya terkejut.

"Aku melihat taringmu keluar," jawabku. Aku kemudian memandanginya. "Aku bisa melihat hal-hal semacam itu, jadi jangan tanyakan hal itu lagi." Aku beralih lagi pada laptopku.

Pria itu diam lagi. Namun, akhirnya dia mulai berbicara. "Kau bisa melihat taringku, tapi bukan berarti kau tidak bisa aku gigit." Pria itu kemudian menarik tubuhku dan menggigit leherku.

Awalnya aku merasakan sebuah sensasi yang tidak bisa aku gambarkan. Dingin, sebuah taring tertancap di leherku. Seseorang sedang menghisap darahku. Aku mulai menikmati sensasi dari gigitan itu, namun kemudian pria itu melepaskan gigitannya dan aku melihatnya terlempar ke arah rak-rak buku.

Beberapa orang yang berada di dalam perpustakaan mulai mencari-cari sumber keributan. Begitu juga petugas perpustakaan yang mengingatkan lewat pengeras suara.

Aku membuka mataku, kepalaku sedikit pusing sekarang. Mungkin karena baru saja seseorang menghisap darahku dan rasanya dia tidak hanya menghisap sekantung darah saja. Hampir lima menit lebih dia menghisap darahku dan aku hanya bisa merasakan sensasinya. Aku sangat ingin melawannya, namun rasanya tubuhku begitu lemas dengan sensasi gigitan itu.

Xander memungut tasku yang terjatuh di samping kakiku. Wajahnya terlihat marah dan menyeramkan. Dia sangat menyeramkan saat sedang marah. Setelah menutup laptopku, dia memasukkannya ke dalam tas dengan kasar, lalu mengenakannya di punggung. Xander kemudian menarik lenganku dan menggendongku seperti seorang bridal.

Aku tidak tahu kapan dia datang. Namun, aku benar-benar terselamatkan karenanya. Lagu-lagi bukan malaikat pelindungku yang menolongku, tapi makhluk setengah iblis yang menyelamatkanku.

Aku berada di rumah Xander lagi, dia membawaku ke kamar yang pernah aku tiduri. Atau mungkin memang ini juga kamar Xander. Pria itu kemudian pergi keluar kamar. Aku mencoba untuk mengumpulkan nyawaku lagi. Mungkin jika Xander tidak menyelamatkanku, sekarang aku sudah tidak bernyawa. Atau lebih buruknya lagi aku menjadi seorang vampir.

Bukan berarti menjadi seorang vampir buruk. Namun, aku tidak ingin hidup abadi, karena itu akan menyiksaku. Melihat orang-orang yang aku cintai mati satu-persatu sedangkan aku harus hidup lebih lama lagi.

Xander kembali dengan membawa secangkir cokelat hangat dan memberikannya padaku. "Gula membantu memulihkan dirimu," katanya. Seolah-olah aku ini bodoh karena tidak mengetahui itu. Namun, aku tidak ingin berdebat dengannya.

Aku mengambil cokelat hangatnya dan mulai meneguk. Rasa pusingku mulai hilang sedikit demi sedikit. Setelah menghabiskan cokelat hangatnya, Xander mengambil cangkir itu dan meletakkannya di atas nakas.

Xander kemudian mendekatiku dan menyibakkan rambut sebelah kiriku untuk melihat bekas gigitan vampir itu. "Dia cukup dalam menggigitmu dan dia hampir saja membunuhmu," ujarnya.

Aku menunduk, tidak tahu harus mengatakan apa. "Apa aku akan berubah menjadi vampir?" tanyaku tanpa melihat Xander.

Xander hanya diam, dia tidak menjawab pertanyaanku. Atau mungkin dia memang tidak tahu jawabannya. Namun, aku tahu pasti, setiap manusia yang digigit vampir hanya memiliki dua kemungkinan. Vampir akan menggigitnya sampai mati dan membiarkannya menjadi mayat. Kedua dia menggigitnya sampai setengah mati dan membiarkannya menjadi seorang vampir.

Secara teknis, aku tidak ada di keduanya, karena vampir itu tadinya akan menggigitku hingga mati. Namun, Xander menggagalkan rencana vampir itu dan aku berada dalam tahap yang tidak jelas. Mungkin aku setengah mati sekarang, dan sebentar lagi rasa laparku akan berganti dengan rasa haus pada darah.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Menangis? Tetap saja itu tidak membantu. Apa yang harus aku katakan pada ibuku? Apa aku harus meninggalkannya? Aku tidak mau. Ibuku sudah terlalu kesepian selama ini dan aku tidak mau meninggalkannya.

"Aku akan membiarkanmu sendirian," ujar Xander dan dia keluar dari kamar.

Aku hanya tinggal menunggu diriku berubah menjadi makhluk penghisap darah itu. Menunggu diriku berubah menjadi seseorang yang bukan diriku lagi. Berubah menjadi makhluk yang tidak aku kenali. Mungkin Ibuku tidak akan mengenaliku setelah itu, atau buruknya dia tidak akan menganggapku anaknya lagi.

Aku mengambil ponsel milikku. Mencari nomor telepon ibuku, namun rasanya diriku tidak sanggup untuk berbicara dengannya saat ini. Yang ada dia akan khawatir denganku saat mendengarku menangis. Dan aku yakin, aku tidak bisa menahan air mata yang sudah membendung di pelupuk mata ini.

Akhirnya aku hanya mengirim sebuah pesan singkat.

Aku menginap di rumah temanku,

besok aku akan pulang.

Aku mencintaimu, Bu, apa pun yang terjadi.

SERAPHIM AND THE NEPHALEM √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang