"Oke kalau tidak mau, aku akan panggil my fairy God father. Dia akan datang dan membawaku pulang."
"Kau masih ada di Chicago, Seraphim."
"Namaku Seraphina, bukan Seraphim dasar aneh," gerutuku.
"Seraphina itu diambil dari kata Seraphim." Pria itu kemudian memalingkan wajahnya ke arah tempat tidur.
"Terserah, jika aku masih di Chicago, kalau begitu biarkan aku keluar dari sini. Aku bisa pulang sendiri," kataku sambil berdiri.
Pria itu kemudian menggeleng. "Tidak, kau tidak akan ke mana-mana sampai kau mencintaiku."
Aku membelalakkan mata. Hampir tersedak dan setengah tertawa. "Kau pikir mencintai seseorang itu mudah?" tanyaku. "Cinta itu butuh proses dan dalam prosesnya itu kau akan tahu apakah kau mencintainya atau kau hanya sekadar kasihan."
Pria itu memiringkan kepalanya. Dia terlihat sedikit kebingungan. "Aku tidak mau tahu, kau harus mencintaiku. Kalau tidak kau tidak akan pernah keluar dari rumah ini."
Aku bertolak pinggang. Berusaha terlihat galak. "Aku akan mencari pintu keluarnya jika kau tidak mau memberi tahu, dasar pria aneh." Aku kemudian berjalan keluar kamar untuk pergi mencari pintu keluar itu sendiri.
Sekarang, aku sudah menemukan pintu keluarnya, aku bahkan sekarang berada tepat di depan pintu gerbang. Namun, saat aku berusaha keluar, aroma besi terbakar tercium dari pintu gerbang itu. Aku melihat pintu gerbang besi itu mengeluarkan asap, saat aku berusaha memegangnya, membuatku langsung menarik tanganku dari besi itu.
"Apa yang kau lakukan dengan pintu gerbangnya?" tanyaku kesal saat melihat pria itu dari balkon kamar tempat aku tadi tertidur.
"Aku hanya memantrainya seperti gerbang neraka," kata pria itu santai.
"Dasar gila! Cepat keluarkan aku dari sini!" perintahku.
"Sudah aku bilang, kau hanya bisa keluar jika mencintaiku." Pria itu kemudian masuk ke dalam kamar kembali.
"Arghh," gumamku kesal. Sambil melompat-lompat tidak jelas, aku masuk kembali ke dalam rumah untuk membujuknya. "Ayolah, aku tidak bisa mencintai seseorang begitu saja. Lagi pula aku juga tidak tahu namamu."
Pria itu turun dari tangga dan menghampiriku. "Xander Averous," bisiknya di telingaku.
Aku mundur beberapa langkah untuk menjauhkan dirinya dariku. Suaranya membuatku bergidik. "Oke Xander, aku tidak bisa mencintaimu begitu saja. Butuh waktu dan proses untuk mencintaimu dan belum tentu aku bisa melakukannya," jelasku.
"Berapa lama untukmu bisa mencintaiku?" tanyanya.
Aku tertegun. Pria ini benar-benar aneh. Untuk apa dia memintaku mencintainya? Seperti tidak ada gadis lain saja yang menyukainya dan dia sudah putus asa karena tidak mendapatkannya. "Dua tahun mungkin atau lebih," kataku ragu.
"Lebih baik menunggu dua tahun daripada dua ribu tahun." Xander kemudian berjalan ke sofa di tengah ruangan dan duduk dengan santainya.
Aku hanya mengamatinya saat pria itu berjalan dan duduk di sana. Sambil menarik napas panjang, aku memohon padanya. "Aku tahu makhluk immortal sepertimu bisa hidup ribuan tahun. Namun, aku tidak, karena itu aku tidak mau menyia-nyiakan hari-hariku begitu saja," kataku dengan lembut.
Xander tidak menatap ke arahku dan hanya memandangi perapian di depannya. Aku menggeleng-geleng sambil bertanya-tanya. Apa yang dia lihat? Hanya ada perapian kosong, bahkan tidak ada televisi.
"Baiklah aku akan panggil my fairy God father untuk melacak dan menjemputku." Aku merogoh saku celanaku untuk mengambil telepon genggam.
"Dengan apa? Telepati?" tanyanya dengan sinis.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERAPHIM AND THE NEPHALEM √
Fantasía[Cerita ini akan tersedia gratis pada 25 April] Seraphina Chase seorang Demigod yang dapat melihat makhluk supernatural lainnya harus menyelamatkan umat manusia dari ramalan Armageddon yang membawa kehancuran. Tetapi, kunci dari semua itu ada pada...