Chapter 6: My Guardian Angel

64.3K 6.2K 161
                                    

Ibuku sudah berangkat beberapa menit yang lalu, dia meninggalkan uang saku untukku. Padahal aku sudah tidak meminta uang saku darinya lagi, tapi kata ibuku ini hari ulang tahunku. Jadi aku bisa menggunakannya untuk membeli apapun.

Aku bukan tipe gadis yang suka menghabiskan uang untuk hal yang tidak perlu. Tapi belakangan ini aku sangat menginginkan sebuah gitar. Aku bisa memainkan gitar karena aku belajar menggunakannya dengan Kai. Dia mengajariku sampai aku bisa, dan Kai bilang para peri sangat menyukai nyanyian dan suara petikan gitar.

Kelas pertamaku pukul sebelas, jadi aku bisa mampir untuk membeli gitar terlebih dahulu. Dan gara-gara Xander kemarin, aku tidak bisa melamar kerja di salah satu tempat yang sudah aku incar untuk bekerja paruh waktu. Aku tidak yakin mereka masih membutuhkan karyawan, mengingat tempat itu sangat populer.

Aku berdiri di depan salah satu toko alat musik. Kemudian aku masuk dan disambut oleh pemilik toko. "Ada yang bisa saya bantu nona?" tanyanya.

"Aku ingin membeli gitar," kataku.

"Gitar ini adalah yang terbaik, memiliki suara yang bagus dan jernih." Pemilik toko menunjuk sebuah gitar di sampingku. "Harganya 250 dollar."

Aku menelan ludah saat mendengar harganya. Siapa yang mau membeli gitar seharga 250 dollar? "Adakah yang harganya kurang dari 100 dollar?" tanyaku.

Wajah pemilik toko berubah dan dia menghembuskan napasnya panjang. Seolah ingin mengatakan 'pelanggan macam orang ini lagi, hari yang menyenangkan' tapi dia mengatakan yang lain. "Ada di sebelah sini," katanya sambil menuntunku ke tempat lain. "Ini harganya tujuh puluh dollar."

Aku melirik gitar yang ditunjuk pemilik toko. Aku getarkan senar-senarnya dan menyentuhnya lembut. "Aku ambil yang ini," ujarku.

Setelah menyelesaikan pembelian, sekaligus membeli tasnya yang total menjadi seratus sepuluh dollar, aku berjalan keluar toko dan berterima kasih pada pemilik toko. Sekarang tujuanku adalah menuju kampus, karena tidak ada tujuan lain selain pergi ke sana. Lagipula aku bisa meminta Kai untuk mengajarkanku beberapa kunci yang belum aku terlalu kuasai.

Jalanan cukup ramai dan seperti biasa aku melihat makhluk-makhluk immortal itu berkeliaran di jalan. Bahkan para vampire berkeliaran di siang hari, apakah mereka menggunakan pelembab anti matahari? Rasanya aneh sekali melihat mereka berkeliaran di siang hari, walaupun aku sudah sering melihatnya. Dan beberapa peri yang menggunakan sayap mereka untuk berjalan. Beberapa peri yang berpapasan denganku tersenyum, dia tahu aku bisa melihatnya.

Aku menatap jam tanganku, kemudian aku alihkan pandanganku ke jalanan lagi. Dan aku melihat seorang pria berdiri di tengah-tengah keramaian tepat di depanku. Orang-orang seolah tidak melihatnya, tentu saja mereka tidak melihatnya dia makhluk yang tidak kasat mata seperti yang lainnya. Tapi kemudian aku melihat beberapa peri yang tidak menyadari kedatangan pria itu.

Aku menatapnya bingung. Kemudian aku baru menyadari bahwa ada sepasang sayap yang menghiasi punggungnya. Mataku seolah-olah diuji, apakah hal itu nyata atau tidak. Sayap itu mirip dengan sayap yang aku lihat saat menyentuh Xander. Bedanya, sayap itu nyata, benar-benar menempel di punggungnya.

Aku mendekati pria itu, alih-alih berusaha untuk tidak menyadari kedatangannya. Namun ternyata dia menyadariku.

"Seraphina Chase," ujar pria itu.

Aku menoleh. "Ah, kau teman Xander kan? Maaf aku tidak memiliki ketertarikan dengan jenis kalian, apapun itu." Aku berusaha menjelaskan.

Pria itu tertawa kecil. "Aku bukan teman Xander," katanya. "Aku malaikat pelindungmu," tambahnya.

Rasanya aku mau tertawa terbahak-bahak. Xander memintaku untuk mencintainya walaupun aku tidak mengenalnya, sekarang apa? Seorang pria yang mengaku-ngaku sebagai malaikat pelindungku? Dunia ini benar-benar aneh.

"Maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan kaum kalian. Umurku tidak akan lebih dari seratus tahun jika beruntung, tidak seperti kalian yang hidup ribuan tahun. Jadi, maaf aku tidak tertarik ikut dalam permainan kalian." Aku berjalan kembali dan menghiraukan pria itu.

Namun, dia seperti Xander, tiba-tiba saja berada di depanku sambil mengepakkan sayap putihnya. "Kita perlu berbicara," katanya.

Pedang di belakang punggungnya terlihat menyeramkan. Seolah dia sedang menantikan sebuah perang dan sudah siap untuk menghadapinya. Pikiranku jadi teringat kata-kata Kai kemarin mengenai ramalan Armageddon. Tapi aku tidak yakin, aku bahkan tidak yakin dengan apa yang aku jalani sekarang.

"Maaf, tidak tertarik," kataku dan berusaha melangkahkan kakiku.

Pria itu menarik tanganku dan memelukku, kemudian dia mengepakkan sayapnya. Dia membawaku terbang, bensr-benar tidak menyentuh tanah. "Tolong, turunkan aku perlahan. Aku takut ketinggian," pintaku.

"Peluk saja aku dan jangan bergerak. Aku akan menurunkanmu ke tempat yang lebih sepi," kata pria itu.

Kata sepi bagiku terdengar memiliki dua arti, antara dia tidak menyukai keramaian atau dia ingin melakukan sesuatu padaku. Intinya, aku harus tetap waspada, karena kemanapun kaki melangkah, waspada adalah senjata yang paling awal kita keluarkan.

Pria itu kemudian menurunkanku di atap gedung. Sungguh luar biasa, dia membawaku ke atap gedung. Aku takut ketinggian dan jika dia adalah malaikat pelindungku, seharusnya dia menjauhkanku dari sesuatu yang bisa membuatku serangan jantung.

"Oke, terima kasih tumpangannya. Aku akan turun sekarang," kataku dan berjalan menuju pintu keluar.

Pria itu berhasil menggapaiku lagi dan menarikku. "Kau tidak bisa dekat-dekat dengan Xander, dia makhluk yang berbahaya." Sayap pria itu bergerak-gerak dan membuatku mengikuti iramanya.

"Aku tidak mendekatinya, dia yang selalu muncul dan entah bagaimana bisa tahu keberadaanku. Dan siapa kau sebenarnya?"

Pria itu melepaskanku. "Aku Icarus Prometheus." Dia sedikit menunduk untuk memperkenalkan diri.

"Icarus? Malaikat yang jatuh karena terbang terlalu dekat dengan matahari?" aku berusaha mengungkitnya dengan sejarah mitologi yang aku ketahui.

Icarus tertawa. "Sebenarnya bukan seperti itu ceritanya. Tapi makhluk fana pasti tidak mengetahui kebenarannya," katanya.

Aku membuka mulutku. Dia baru saja mengatakan fana, sama seperti Xander. Kenapa makhluk-makhluk ini selalu mengatakan kami dengan fana, aku bisa saja memanggil mereka dengan sebutan makhluk-makhluk aneh. Tapi aku tidak sejahat itu, lagipula sahabatku juga seorang peri.

"Oke, Icarus Promo apalah itu," kataku, sedikit mengejek namanya. "Aku punya urusan lain, jadi sebaiknya cari makhluk fana lainnya." Aku berjalan menuju pintu dan menuruni tangga.

"Prometheus, Icarus Prometheus," teriaknya. Tapi aku tidak menoleh dan terus berjalan menuruni tangga.

"Benar-benar hari yang aneh, belakangan ini benar-benar aneh. Kenapa makhluk-makhluk itu jadi muncul terus di hadapanku," gerutuku.

Aku melirik jam tangan dan sudah menunjukkan pukul sepuluh. Satu jam lagi kelas akan dimulai dan aku masih jauh dari kampus. Kalau tidak cepat-cepat bisa ketinggalan dan kena marah Profesor Jenkins. Aku akan kena omelannya yang seabad dan mendapatkan tugas membersihkan toilet sampai sore. Tidak akan aku biarkan itu terjadi. Dengan cepat, aku berlari keluar gedung dan mencari taksi.

Aku sudah memberhentikan taksi dan aku lihat lampunya menyala dan berarti kosong, tapi saat aku membuka pintu seseorang duduk di sana. "Aku kira taksi ini kosong," kataku pada supirnya. Dan aku tidak melihat penumpang yang duduk di belakang.

Supir taksi itu menoleh ke belakang. "Itu kosong, kau tidak lihat?" tanyanya.

Aku menoleh lagi ke arah penumpang itu dan melihat Xander yang sedang duduk seolah menungguku untuk masuk ke dalam mobil. "Ah," gumamku dan karena aku tidak punya waktu lagi untuk mencari taksi lain, aku masuk ke dalam secara terpaksa.

Aku benar-benar tidak ingin bertemu Xander hari ini. Terlebih lagi karena melihat masa lalunya mengenai peperangan yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Jadi, aku meletakkan gitarku di samping untuk menghalangi Xander dan diriku.

"Kau senang bertemu dengan malaikat pelindungmu?" tanya Xander tiba-tiba.

SERAPHIM AND THE NEPHALEM √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang