Chapter 8: Rasa Canggung

419 32 9
                                    

Yuju POV

Sudah beberapa jam mataku terpejam—berusaha untuk tidur, tetapi kenyataannya aku tak bisa. Aku tahu hari sudah pagi dan matahari sudah terbit mungkin sekitar setengah jam yang lalu, tetapi aku belum tidur sama sekali dati tadi malam.

Sedari tadi, aku tidak bisa tenang memikirkan ancaman Sang Malaikat Maut yang telah menghantuiku selama berhari-hari. Mataku sudah terasa perih karena rasa kantukku tak kunjung datang. Tangan dan pahaku pun sudah mati rasa karena posisiku saat ini sedang memangku Eunha yang sudah tertidur sebelum aku selesai menyanyikan sebuah lullaby untuknya.

Aku memilih untuk membuka mataku dan mengikhlaskan jam tidurku. Mungkin aku bisa tidur lain waktu. Perkiraanku benar, sinar matahari yang masih redup sudah bisa menembus tirai yang menutupi jendela kamar Eunha. Jam weker yang terletak di nakas menunjukkan angka 05:15 a.m. Hari sudah pagi.

Lebih baik aku membangunkannya sekarang, ia harus segera bersiap-siap untuk sekolah. Tanganku yang masih bebas mengguncang pelan tubuhnya dan aku membangunkannya dengan perlahan.

"Eunha-unnie," panggilku dengan suara yang agak keras agar dia segera bangun. Tapi respon yang kudapat hanyalah erangan kecil. Tangannya malah bergerak ke bahuku dan memelukku.

Ah, bocah ini tak pernah berubah.

Bibirku menyunggingkam sebuah senyuman kecil. Mataku memandangi wajahnya lebih dekat. Matanya yang indah terpejam, memperlihatkan helaian-helaian bulu matanya dengan lebih jelas. Bibirnya yang sedikit berwarna merah muda sedikit terbuka, membuat celah kecil yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara.

Sialan.

Dia terlihat sangat imut.

"Monyet kecilku~" bisikku dengan sedikit bersenandung dengan nada theme song kartun My Little Pony. Aku terkekeh sendiri mendengar sedikit senandung yang merupakan sebuah parodi theme song kartun anak-anak yang sedang nge-trend tersebut.

Tanganku yang mulai jahil mendarat di pipi chubby miliknya. Aku membelai pipinya sebentar—merasakan kehangatan yang ada di pipinya menyentuh kulit telapak tanganku yang dingin, lalu menyingkirkan beberapa helai rambut hitamnya yang mendarat di pipinya itu. Pelan-pelan aku mencubit pipinya dengan jari telunjuk dan jempolku.

Lembut sekali.

Alisnya sedikit bergerak, tetapi ia belum terbangun.

Hal itu semakin membuat pikiranku bertambah iseng.

... 'iseng'.

Kedua tanganku mengangkat tubuh mungil Eunha dan menaruhnya di tengah tempat tidur, tepatnya di sebelah kananku. Aku mulai naik ke tempat tidur dan duduk di atas tubuhnya. Aku mendekatkan wajahku kearah wajah imutnya. Tanganku memainkan poni rambut Eunha yang menggantung diatas dahinya. Kini, mataku menatap bibir mungilnya.

Bagaimana ya rasanya?

Tak ada salahnya jika aku mencobanya, toh dia masih tidur. Batinku.

Aku mendekatkan bibirku ke bibirnya dan pada akhirnya bibir kami bersentuhan. Aku mulai mengecupnya dan merasakan bibirnya.

Manis.

Cukup lama aku bermain dengan bibirnya dan merasakan manisnya. Sampai akhirnya ia mengerang dan mulai menggerakkan tangannya. Melihat reaksinya, aku hanya tersenyum dan kembali mendekati bibirnya dan menggigit pelan bibir bagian bawahnya.

Goodbye [gxg| A GFriend Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang