Sowon POV
Aku ingat persis hari dimana aku hendak bekerja. Tiga hari sebelum mulai bekerja, aku menelepon ayahku dan memberitahunya bahwa aku telah mendapatkan pekerjaan hanya dalam waktu 1 hari mencari pekerjaan. Ayahku terdengar sangat bangga kepadaku, walaupun aku hanya bekerja menjadi guru honorer. Ia bilang, pekerjaanku termasuk pekerjaan yang mulia dan jarang sekali ada anak muda yang bercita-cia menjadi guru.
Tak ada yang lebih membanggakan jika dirimu diterima untuk bekerja di sebuah sekolah yang temasuk sekolah terfavorit di Korea Selatan. Tetapi, ekspektasi manusia selalu jauh dari kenyataan. Sekolah elit di Korea ini tidak seperti apa yang terlihat di mata publik.
Pernah ada pepatah, jangan menilai buku dari sampulnya. Mungkin pepatah itu berlaku di sekolah ini. Di luar, sekolah ini seolah memiliki kumpulan 'siswa teladan' dan sistem pendidikan yang tak kalah bagus dengan sistem milik pemerintah.
Di dalamnya?
Busuk.
Kenyataannya, guru-guru disana tak jauh berbeda dengan guru sekolah negeri pada umumnya. Di depan murid-murid, mereka mungkin terlihat sebagai seorang yang patut diteladani. Tetapi jika mereka sudah menginjakan kaki di ruang guru, sifat asli mereka yang pemalas dan tukang tindas pun langsung keluar. Guru-guru tetap seringkali memperbudak guru honorer untuk melakukan pekerjaan mereka. Buruknya, mereka tidak pernah mau mengakui kalau mereka sering dibantu oleh guru honorer. Dan aku merupakan salah satu korban mereka sampai sekarang.
Kalau guru saja sudah sebegitu bejatnya, bagaimana dengan murid-muridnya?
Percayalah, merekapun tak kalah bejatnya.
Mereka semua sangat apatis dan saling menjatuhkan satu sama lain demi mencapai tujuan mereka sendiri. Bahkan, kata seorang guru tetap yang mengajar Bahasa Inggris, Kim Namjoon, mereka memang berteman, tapi pertemanan mereka tidak ada yang tulus karena mereka saling menusuk punggung satu sama lain. Ia tahu semuanya, ia sudah mengajar di sekolah ini selama 5 tahun.
Disini, murid-murid terbagi menjadi beberapa lapisan.
Murid-murid yang memegang hierarki tertinggi di sekolah adalah para pengurus OSIS dan MPK. Disinilah anak-anak berjiwa ambisius dan munafik berkumpul. Sebagian besar dari mereka yang memegang jabatan sebagai pengurus organisasi tersebut telah membuang teman sepermainan mereka yang lama demi meraih jabatan ini.
Satu tingkatan dibawahnya adalah murid yang merupakan anak-anak basis (barisan anak eksis) dan orang-orang berduit. Mereka merupakan kelompok yang sok berkuasa di sekolah mentang-mentang memiliki orangtua yang kaya. Anak-anak basis ini merupakan anak berandalan yang suka tawuran, nongkrong, bahkan memeras dan membully murid yang lebih miskin.
Di tingkatan paling bawah adalah murid biasa yang terdiri atas murid yang sering dicap sebagai kutu buku, sok alim, dan freak di sekolah. Anak-anak yang tergolong dalam kasta ini kebanyakan memiliki dunianya sendiri dan datang ke sekolah untuk benar-benar belajar. Beberapa anak yang menerima beasiswa dikategorikan dalam kasta ini.
Sebenarnya, pengkategorian murid itu bukan dilakukan oleh siswa disini, melainkan hanya sebuah 'kiasan' yang dibuat oleh para guru yang seringkali dibuat kesulitan oleh murid-murid yang merasa sok hebat dan berkuasa. Tapi kasta itu seakan menjadi semakin nyata melihat kondisi murid di sekolah ini.
Guru-guru menyesal telah membuat 'pengkastaan' pada murid di sekolah ini. Karena, setiap hari pasti selalu ada masalah yang terjadi. Tidak hanya golongan pengurus organisasi maupun anak anak basis, anak-anak kutu buku bahkan pernah diseret ke ruang BK hanya karena berkelahi satu sama lain karena salah satu mereka dituduh menyontek jawaban yang satunya. Untuk masalah ini, guru BK-lah yang paling direpotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye [gxg| A GFriend Fanfiction]
Fanfic"Selamat tinggal dunia, kau payah." -Choi Yuju Jung Eunha kedatangan arwah sahabatnya, Yuju di malam pada hari pemakamannya. Arwah Yuju yang tidak tenang meminta tolong kepada Eunha untuk mencari penyebab Yuju tidak bisa pergi ke surga. Dapatkah Eun...