3 | Hujan

234 37 15
                                    




Perasaan yang dipermainkan oleh siklus yang terus menerus berjalan
Berevaporasi menuju atmosfer hanya karena sepercik panas matahari
Dan juga tertarik gravitasi untuk segera jatuh dari harapan yang sunyi kepada langit

Di kala melihat butiran presipitasi yang jatuh satu per satu ke bumi,
teringat sebuah klise kehidupan

Air yang semakin cepat jatuh ke darat dan membasahi payung yang terbentang lebar
Untuk melindungi seseorang dari kedatangan sang hujan
Namun ia tak bisa lari
Air menetes dan meresap ke dalam kain baju si penggunanya

Kumulonimbus menutupi mentari
seakan akan memperlihatkan amarahnya pada alam semesta

Si pengguna payung bergidik ketakutan
berlari dalam keputusasaan
Lagi lagi tak bisa lepas dari ribuan tetes air yang semakin membasahi pakaiannya
Yang memperlihatkan bahwa amarah sang kumulonimbus tak pernah padam
Seperti masa lalu yang kelam dan gelap

Melihat mentari yang tak kunjung datang
Melihat kilat yang terus menyambar
Mendengar suara hujan yang terus berbisik dalam kegelapan
Ia tahu bahwa ia tak bisa berhenti
Berlari dari hujan
Yang menjadi ketakutan seumur hidupnya
Untuk kembali mengingat sebuah kenangan
Yang selalu berputar pada penyesalan
Sedalam lautan yang berubah menjadi hujan


-aika


---

Aika's note:

Hei hei heiii... Makasih teman teman yang udah ngebaca puisi sampah ini :'v terharry beneran deh pada ngebaca puisi ini, vomment ya kawan, tinggalkan jejakmu atau beri kritik dan saran karena saya butuh semua itu. Terima kasih!

Makasih juga untuk 150 reader yang setia sama puisi ini!

Pro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang