GHEA
"BUKA PINTUNYA!!!" teriakan keras menggema ke seluruh penjuru rumah sederhana nan kecilku.
Dengan gemetaran, aku menarik kakiku menuju ke pintu. Lalu membukanya.
Beberapa pria berjas hitam dengan wajah tak bersahabat menatapku.
"Cepat bayarkan uangnya! Kalau tidak kau akan dijual pada bos kami!" seru pria berdiri di paling depan.
Jantungku seakan-akan berhenti menggetar. Tidak! Aku tidak mau di jual! Demi apa pun!
"Berikan aku waktu beberapa hari lagi. Kumohon...sampaikan pada bos kalian."
"HUH?! Sudah bertahun-tahun lama kau berutang!"
Mulutku tak lagi membuka suara. Benar perkataannya, dari sebelum peninggalan Ayah sampai sekarang. Jika dihitung-hitung sudah hampir 7 tahun.
"Bawa dia pergi!" Pria itu memerintah.
Sontak mataku terkuak lebar, berusaha mundur terus.
"Aku tidak mau! Jangan mendekat!"
Tolong! Siapapun itu, tolongilah aku!
"Argh!" rintihku saat kedua lenganku berhasil dibekap oleh anak buah berjas hitam.
🔥
"Masuk!!"
Pria berjas hitam itu mendorongku paksa masuk ke dalam sebuah kamar.
Apa yang akan terjadi padaku?
Apakah aku akan mati di bunuh nanti?
Seketika, mataku menangkap sosok seorang pria bertubuh sedang, berambut tipis. Memakai kacamata. Dasar tua bangka!
"Kumohon, berikan waktu lagi padaku," pintaku memelas.
Dia membenarkan kacamatanya yang bertengger cantik di batang hidungnya yang pesek.
"Bagus," katanya seraya mengerlingkan sebuah senyuman mengerikan. "Kalian boleh keluar sekarang."
Beberapa pria yang tadinya ada diruangan tersebut berjalan keluar meninggalkan aku berdua dengan laki-laki tua dengan umur sekitaran ayahku.
"Jangan mendekatiku!" seruku sembari menarik langkahku ke belakang.
Masih dengan senyumannya yang mengerikan, dia tidak mendengar perkataanku. Semakin pula ia berjalan menghampiriku.
Aku melirik ke kenan ke kiri, mendapati sebuah vas bunga yang berada dimeja sebelah kiriku. Segera aku ambil dan melempar ke arahnya.
Apa yang bisa kugapai sudah kubuang padanya. Sekarang ia semakin murka, langkahnya mempercepat. Aku berlari ke arah pintu, tetapi sebelum sempat memegang gagang pintu itu, rambutku ditarik dengan kencang membuatku meringis.
"Sialan, kau! Beraninya bermain-main denganku! Kau tahu aku siapa, hah?!" teriaknya dan memukul pipiku keras.
"Aw!" Kepalaku serasa pusing, telingaku berdengung.
Penglihatanku mulai berkabur akibat genangan air di pelupuk mataku. Aku berusaha bangkit untuk kabur.
Dia kembali menjambak rambut panjangku. Dan menabraknya ke lantai.
"Rasakan kau!"
Kenapa aku harus hidup seperti ini? Kenapa ayah tega meninggalkan utangnya padaku?
Belum merasa puas, ia menginjak-injak punggungku. Usai, ia berjongkok di depanku.
"Kalau tadi kau menurut, kau tidak akan akhir seperti ini." Dielusnya pipiku lalu ia menekan dengan erat.
Aku masih bisa menangkap kesadaranku meskipun sedikit. Masih sama, aku belum pasrah begitu saja. Aku memberontak dengan memukul atau mencakarnya.
"BITCH!!!" umpatnya kala wajahnya terkena cakaranku.
Dengan kesempatan ini, aku bangkit dan lari keluar dari ruangan sialan ini. Kakiku terus saja berlari tanpa arah, sesekali aku menabrak orang-orang yang tengah berdansa ataupun sedang berciuman panas.
Persetan dengan mereka!
Kutolehkan ke belakang, anak buah dari tua bangka mesum itu mengejarku.
Dug! Prang!
Saat kumalingkan kepala ke depan, keningku tercium ke dada bidang seseorang.
Sakitnya benar meminta ampun.
"Kau buta ya?!" marah seorang pria berjas kelabu. "Atau kau sengaja!"
Di belakangnya, aku memandang lelaki lain dengan jas biru serta kemeja putihnya yang memiliki noda cairan kuning itu.
Oh my, aku baru menabraknya? Dan ... dan dia terlihat sangat kaya!
Perlahan-lahan, kedua kelopak mataku memberat dan akhirnya yang kuketahui adalah alam gelap yang menyambutku.
🔥
Happy reading! Hope you all enjoy this story
And,
Happy New Year!
Bye, See you next year!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita 5 Miliyar (Tersedia E-book)
Romance⚠️ 21+++++++ Link direct : WANITA 5 MILYAR - https://play.google.com/store/books/details?id=RMawDwAAQBAJ ===================== "Tubuhmu sangat indah dan nikmat, aku jadi kecanduan." Ghea tidak menyangka demi membayar hutangnya, malah kembali berhut...