Chapter 2

372 54 11
                                    

Happy reading!

"Hufftt..." Hayoung menghela nafas cukup panjang.

Ingin sekali rasanya dia merebahkan tubuh diatas kasur empuk saat itu juga. Hari ini cukup melelahkan. Mulai dari pagi hingga malam tidak ada istirahat.

Hayoung menjemur handuk yang dipakainya untuk  mengeringkan rambut dan segera melompat ke atas kasur tanpa menyisir rambut terlebih dahulu.

Matanya menerawang ke langit-langit kamar, membuat kepalanya memutar kejadian beberapa jam yang lalu. Saat dirinya secara resmi dimiliki oleh seorang dingin bernama Jeon Wonwoo.

Pernikahan yang berjalan sederhana, namun tetap saja membuat lelah. Orangtua mereka mengundang rekan kerja beserta pegawai-pegawai yang jumlahnya lebih dari dua ratus orang. Pinggang dan kaki Hayoung cukup tangguh bertahan menghadapi tamu-tamu sebanyak itu.
Belum lagi perasaan canggung yang terus terasa selama keduanya berdiri bersampingan, membuat kelelahan Hayoung semakin bertambah.

Saat mata Hayoung perlahan menutup, tiba-tiba seseorang masuk kekamar yang dia tempati. Hayoung terpaksa bangkit dari rebahannya untuk melihat siapa yang masuk barusan.

Itu Wonwoo. Pria itu masih lengkap dengan jas yang menutupi tubuhnya. Maklum, tadi dia masih berurusan agak lama dengan orangtua dan mertuanya, jadi Hayoung yang lebih dulu membersihkan diri.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Wonwoo datar saat melihat Hayoung duduk di atas kasurnya.

Hayoung hanya diam karena bingung ingin menjawab apa. Jelas saja pria itu kurang suka. Ini kamar Wonwoo dan dirinya seenak jidat masuk bahkan menempati tempat tidur Wonwoo.

Hayoung masuk kekamar Wonwoo pun bukan karena keinginannya, tentu saja mertuanya yang menyuruh. Walaupun sebenarnya Hayoung juga sudah punya hak atas kamar itu. Tetap saja terasa aneh, karena aslinya pun dia dan Wonwoo tak mengenal satu sama lain.

"Eung.. aku tak tahu harus tidur dimana." Hayoung menjawab seadanya.

"Terserah kau saja." Wonwoo segera meninggalkan Hayoung yang masih kebingungan, pria itu memilih kekamar mandi untuk menyegarkan diri.

Tak lama kemudian, Hayoung yang sepeninggal Wonwoo tadi berbaring, kini harus bangun lagi karena suara pintu kamar mandi yang terbuka. Hayoung terlalu canggung untuk menjawab ucapan Wonwoo nantinya, maka dia memilih bangkit lebih dulu dan duduk dilantai.

Wonwoo menatap Hayoung yang terduduk dilantai, sebuah handuk melingkar dilehernya yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut. Tanpa mengucap apa-apa, Wonwoo kembali balik menuju kamar mandi.

Tak sampai semenit, tsundere itu kembali tanpa handuk tadi dileher. Kini dia berbaring di kasur dan membelakangi tempat Hayoung terduduk.

Hayoung sebenarnya sangat kesal. Tega sekali Wonwoo membiarkan dirinya terduduk dilantai, atau mungkin dia ingin Hayoung tidur di lantai.
Hayoung menatap punggung Wonwoo.

"Wonwoo-ssi.."

"Naiklah, kau tidur disini." Wonwoo membalikkan tubuh dan menepuk kasur disebelahnya, memberikan tempat untuk Hayoung tidur. Pria itu masih punya hati rupanya.

Hayoung merebahkan tubuhnya, sebenarnya agak tidak nyaman. Tapi apa boleh, dia sudah sangat lelah.

"Jangan melewati batas ini," suara Wonwoo membuat Hayoung menoleh kesebelah kirinya, tepat dimana Wonwoo berada. Tapi yang ditangkap matanya adalah tumpukan bantal dan selimut yang menjadi dinding diantara keduanya. Hayoung mengerti. Dia memunggungi tumpukan itu dan mencoba untuk tidur. Menahan rasa kesalnya terhadap pria dingin itu.

Kini keduanya sudah menjelajahi alam mimpi, melepaskan penat untuk satu malam.

---

Sinar mentari menelusuk masuk melalui celah-celah tirai gorden yang terbuka. Membuat cahaya pagi menyengat kedalam kamar Wonwoo dan Hayoung.

Wonderful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang