Chapter 3

344 51 16
                                    


Wonwoo melirik jam yang terpaku di dinding kamarnya, tepat pukul sebelas malam. Dan gadis yang baru dinikahinya sehari lalu itu belum menunjukkan tanda-tanda kembali.

Sudah hampir tengah malam dan dia masih berkeliaran diluar sana. Wonwoo menjadi curiga pada Hayoung. Wonwoo memilih merebahkan tubuhnya sambil memejamkan mata. Menyalurkan rasa penatnya satu hari ini.

Hal itu membuat Wonwoo kembali mengingat kejadian tadi. Saat ia memutuskan hubungan dengan Seulgi secara sepihak. Wonwoo tahu itu tak adil bagi gadis bermata sipit itu, tapi mau bagaimana lagi. Bukannya dia sudah tak mencintai Seulgi lagi atau bahkan sudah bosan dengan gadis itu, tapi Wonwoo sadar sekarang statusnya siapa. Setidaknya dia harus menghargai ikatan suci itu walaupun tak ada bumbu cinta didalamnya.

Tit tit

Bunyi pin apartemen yang ditekan membuat Wonwoo membuka mata. Tak lama kemudian, sosok Hayoung masuk kekamar Wonwoo. Gadis itu bersikap biasa, seperti tak melakukan apa-apa. Hayoung bahkan sudah masuk kekamar mandi, mungkin ingin membersihkan diri. Hayoung belum menyadari pandangan datar Wonwoo kearahnya, mungkin karena keadaan kamar yang gelap.

Sehabis mandi, Hayoung bergegas mendekati kasur yang sudah dipasangi Wonwoo 'batas suci' untuk mereka berdua. Sebelum merebah, Hayoung menatap kearah Wonwoo sekilas yang tampak sudah menikmati alam mimpi.

Hayoung mengambil ponselnya, hendak mengirimi Mingyu pesan sebelum tidur. Layaknya pasangan kekasih baru. Namun, baru mengetik beberapa kata, sebuah suara berat menegur keheningan ditempat itu.

"Kau melanggar jam malam.."

"Eo?" Hayoung dengan cepat mematikan ponselnya sesaat setelah mendengar ucapan Wonwoo.

"Bagaimana jika ayah dan ibumu tahu kalau kau seliar ini?" Hayoung menatap 'batas' itu tak suka, seolah sedang menatap Wonwoo dengan ucapan sembarangannya.

"Jangan berisik. Tidurlah." Hayoung menaikkan selimutnya sampai sebatas dada dan hendak memejamkan matanya saat itu juga.

"Apa kau menemui kekasihmu?"

Hayoung tak jadi tidur. Ingin sekali rasanya dia menjahit bibir lelaki itu saat ini juga, sok tahu sekali. Walaupun sebenarnya memang benar apa yang dia katakan barusan. Tapi tetap saja membuat Hayoung kesal. Kalau iya, dia mau apa?
Wonwoo sendiri juga telah memiliki kekasih dibalik label 'suami Hayoung' nya. Jadi keduanya impas bukan?

Hayoung memilih diam dan menunggu respon Wonwoo padanya. Hayoung sempat mendengar batukan kecil dari mulut pria itu, sebelum akhirnya Hayoung mendengar tarikan nafas orang disebelahnya menjadi teratur. Hayoung mengintip sedikit, ternyata benar, dia sudah tertidur.
Hayoung tersenyum miris, "Aku bahkan masih tak percaya dengan statusku sekarang,"

***

Mulai hari ini Hayoung harus bangun dengan cepat. Menyiapkan perlengkapan Wonwoo dan tentunya sarapan sebelum bekerja. Setelah menyiapkan pakaian Wonwoo, Hayoung mendekati Wonwoo yang sedang menyusun kertas-kertas dan memasukkannya pada tas kerja.

"Aku sudah menyiapkan bajumu diatas kasur. Kau mau sarapan apa?"

"....."

"Wonwoo-ssi,"

Bukannya menjawab, Wonwoo malah pergi begitu saja memasuki kamar mandi. Hayoung yang diabaikan mati-matian menahan rasa kesalnya.

Lima belas menit kemudian, Wonwoo turun lengkap dengan tas kerjanya. Tepat saat Hayoung sudah menyusun rapi makanan diatas meja. Hayoung memutuskan memasak apa saja, yang penting makhluk batu itu makan.

Wonwoo melewati meja makan begitu saja, ia menuju ke sofa didekat televisi untuk memakai sepatunya. Hayoung heran.

"Sarapan dulu, Wonwoo-ssi,"

Wonderful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang