Bukan Ryan namanya jika setiap harinya tidak terlambat datang ke Sekolah. Cowok nakal yang selalu saja membuat onar ini tidak pernah ada jeranya. Bahkan guru 'kesayangan'nya saja sampai lelah menghitung point Ryan yang kini sudah minus 90, yang artinya jika ia mencapai minus 100, maka Ryan akan drop out dari Sekolah Bhakti Mulya ini.
Disaat murid lain sibuk mengumpulkan point, tetapi Ryan malah sibuk membuang-buang point miliknya. Katanya "gak apa-apa, secara gue Ryan ganteng yang dermawan, suka sedekah".
***
"Ryan lagi, Ryan lagi." Sambut Pak Dadang di depan meja piket sambil mengelus-elus dadanya, lelah.
"Ehhh, bapak lagi. Apa kabar pak?" Jawab Ryan sambil cengegsan dengan wajah yang tanpa dosa.
"Kamu ini nggak ada kapoknya ya bikin masalah? Apa kamu mau cepet-cepet saya DO dari sekolah ini, hah!?"
"Wah enggak dong, Pak. Saya masih mau sekolah disini kok. Saya cuma mau......."
Tiba-tiba omongan Ryan terhenti. Ia tak fokus.
"Cuma mau apa kamu? Lanjutkan!" Perintah Pak Dadang.
"Ngg.. anu pak... anu" jawab Ryan terbata-bata sambil menunjuk kearah celana Pak Dadang.
"ASTAGHFIRULLAH! ISTIGHFAR RYAN! Kamu ini melecehkan saya? Walaupun saya duda, tapi saya ini masih normal!" Kata Pak Dadang yang sontak kaget sambil refleks menutup 'bagian' yang ditunjuk oleh Ryan tersebut.
"Yeeee, Bapak. Pikiran jangan kemana-mana pak, tuh liat lesreting celana Bapak turun tuh" Jawab Ryan sambil menahan tawa.
"Udah ya, Pak, saya masuk dulu" sambungnya lagi sambil berlari cepat meninggalkan Pak Dadang.
Pak Dadang yang merasa malu langsung saja menutupi bagian celana depannya dan berlarian menuju toilet guru.
Dan ketika ia sampai. Ternyata Lesreting celananya tidak turun sedikit pun. Alias baik-baik saja. Ia ditipu oleh Ryan.
"RYAAAAAANNN!!!!!!!" Geram-Nya. "KURANG AJAR KAMU!!"
***
"Hahaha, aduh Ryan, Ryan, kok ganteng-ganteng makin goblok ya" gelak tawa teman-teman Ryan menggeleger akibat cerita Ryan yang mengerjai Pak Dadang tadi.
"Abisnya rese banget tuh 'curut' satu. Nggak ada capeknya mantau gue. Secara sih Ryan terlahir tampan nan dermawan, jadi banyak fans" pujinya sendiri kepada Bagas, Iky, dan Athan, sohib Ryan.
"Jijik lo, bego. Sampe merinding gue dengernya" Jawab Athan sambil bergidik geli.
"Hm, kayaknya Mas Athan minta dicium sama lo, Yan" ledek Bagas sambil mengkompori Ryan.
"Aku sih, yes" timpal Iky, ikut-ikutan.
"Nggak mau ah, kasihan nih tangan suci gue jadi kotor ntar kalo harus nyium Athan" Cium yang dimaksud adalah meninju dengan tangan.
"RYAN, ATHAN, BAGAS, IKY! Kalian bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam, bicara saja diluar sana!" Bentak Bu Devi, guru Fisika dikelas XI-1.
Karena saat ini mereka sedang di kelas, pelajaran Fisika.
"Ngomong-ngomong, Ryan, kenapa kamu ada di kelas ini? Kamu kan harusnya di kelas sebelah!" Sambungnya lagi.
"Saya bete, Bu. Sahabat saya disini semua, saya kan jadi kesepian kalo dikelas" jawab Ryan dengan muka memelas. Ini adalah ulah Pak Dadang yang sengaja memisahkah Ryan dengan sahabatnya, karena dari kelas 10 mereka selalu saja membuat onar jika disatukan. Dan tidak usah ditanya, Ryan lah pencetus segala ide-ide 'onar' tersebut.
"Serius nih bu, kita boleh keluar?" Tanya Bagas, polos.
"Yeeey, Bu Dewi emang baik banget ya" timpal Iky menambahkan.
"Emang dah, cocok sama namanya, Dewi. Dewi kebahagiaan kayaknya dia. Hihihi" tambah Bagas lagi sambil senyum-senyum 'idiot' kegirangan.
"Desi, bego. Bukan Dewi" tempeleng Ryan ke kepala milik Iky.
Athan yang notabennya paling 'normal' diantara mereka berempat, hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengelus dada melihat betapa bodohnya teman-temannya itu.
Padahal sudah jelas nama guru mereka adalah Devi. Bukan Dewi maupun Desi. Ckckckck.
"Yaudah, Bu. Karena ibu ngizinin kita keluar, kita semua pamit ya bu, Assalammualaikum" pamit Ryan sambil beranjak keluar kelas yang diikuti oleh ketiga sahabatnya itu.
Ryan berjalan sambil membelakangi pintu karena sibuk dadah-dadah kepada Ibu Devi.
Karena tak melihat, Ryan pun menabrak seorang gadis yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas.
"Aawww. Liat-liat dong kalau jalan!" ringis gadis itu kesakitan ketika bahunya sukses terhantam oleh punggung Ryan.
"E-e-eh, sori sori. Gue nggak liat. S-sori ya...... Ran—" Kata Ryan sambil mencoba membaca badge nama yang tertera di seragam gadis itu.
"Dasar mesuuum! Kurang ajar banget!!" Refleks gadis tersebut menendang kaki Ryan karena ia merasa bahwa mata Ryan tidak sopan melihat 'bagian' yang sensitif tersebut. If y know what i mean.
"Aaaaawww, aduh-aduh kaki tampan gue. Cup-cup-cup" kata Ryan kesakitan sambil menepuk-nepuk kakinya, pelan.
"Ya, Allah, KALIAN INI!!! Sudah cepat sana kalian berempat keluar. kelas. sekarang. Juga." Perintah Bu Devi penuh penekanan kepada Ryan and the gank.
***
Jadi lah mereka berempat pergi keluar kelas untuk menuju ke Kantin. Bagi mereka, ini bukanlah sebuah hukuman. Melainkan sebuah hadiah yang diberikan oleh Bu Devi karena mereka adalah murid 'teladan'.
Ya, namanya juga perkumpulan orang kurang waras."Gas, elus-elus kaki gue dong. Sakit nih" pinta Ryan merengek sambil menjulurkan kakinya kedepan tubuh Bagas.
"Duh duh, kasihan kaki mas Ryan tampanku. Sini eneng elus, bang" ledek Bagas menggoda dengan suara sok manja.
"Ah tai. Geli banget, anjing." Jawab Ryan sambil menarik kembali kakinya. "Kagak jadi dah, nggak usah"
"Hahahahahahaha, kenapa sih kalian semua tolol banget" tawa Athan melihat tingkah konyol sahabat-sahabatnya itu.
"Duh, mas Athan kalo ketawa ganteng banget ya. Jadi gemes, ih" ledek Bagas, lagi.
"ANJINGGG! Mati aja lo, Gas!" Bentak Athan berapi-api.
"Btw, itu cewek tadi siapa, ya? Kok gue nggak pernah lihat" celetuk Iky, yang tiba-tiba mengganti topik. Ia mencoba mengingat apakah dirinya pernah melihat gadis itu di Sekolah ini atau tidak.
"Jadi, dari tadi lo diem doang gara-gara mikirin itu cewek, Ky?" Tanya Athan memastikan. Karena sejak keluar dari kelas tadi, Iky hanya diam saja tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Iya juga. Itu cewek siapa, ya? Berani-beraninya nendang kaki tampan gue. Huhu. Kalau gue nggak bisa main bola lagi gimana, guys?" Rengek Ryan kepada sahabatnya.
"Anak baru kali?" Tanya Athan.
"Lucu" deham Ryan dalan hati.
***
Sementara di tempat yang berbeda. Gadis itu diminta sang guru untuk memperkenalkan diri.
"Hai, kenalin nama aku, Rania Putri. Tapi orang-orang biasa panggil aku, Rara. Aku pindahan dari SMA Kharisma di Bandung. Semoga kita bisa berteman dengan baik, yaa" jelas Rara memperkenalkan diri. Ia adalah siswi pindahan dari Bandung, yang kebetulan pindah ke Jakarta karena pekerjaan ayahnya yang mengharuskannya.
"Baik, Rara. Silahkan kamu pilih tempat duduk yang kosong" perintah Bu Devi kepada Rara setelah ia selesai memperkenalkan diri.
Hanya tersisa 4 kursi kosong, dan posisinya ada dipaling belakang dan kedua dari belakang. Posisi meja itu depan-belakangan. Rara pun memilih tempat kosong yang berada di kedua dari belakang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYAN
Teen FictionHanya ada dua akhir dalam sebuah pertemuan. Kebahagiaan, atau kesedihan? Ryan, seorang lelaki yang tidak sengaja dipertemukan oleh Rara, anak baru disekolahnya. Entah takdir apa yang akan membawa mereka berdua nantinya. N.B Dicerita ini akan banyak...